Di masa pandemi, kerajinan bebek di Klaten tetap eksis
Minggu, 31 Januari 2021 13:24 WIB
Seorang perajin saat proses produksi pengepakan untuk ekspor ke mancanegara, di Desa Jambu Kulon, Ceper, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Minggu (31/01/2021). (ANTARA/Bambang Dwi Marwoto)
Klaten (ANTARA) - Pengrajin cendera mata bebek yang memanfaatkan bahan baku bonggol bambu dan limbah kayu produksi di Desa Jambu Kulon, Ceper, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, pada masa pandemi COVID-19 tetap eksis ekspor ke mancanegara.
"Kerajinan bebek produksinya selama pandemi COVID-19 pada 2020 permintaan ekspor tetsp berjalan baik dan tidak ada kendala," kata Supriyanto (45), seorang pengrajin cendera mata bebek, di Desa Jambu Kulon RT 02/RW 10 Ceper, Kabupaten Klaten, Minggu.
Kerajinan cenderamata bebek produksinya yang mampu menembus pasar luar negeri masih digemari konsumen mancanegera antara lain dengan aksesori mengenakan bebek bertopi, sepatu bot, dan ski.
Baca juga: Stok pangan di Boyolali masa pandemi aman
Pasar mancanegara yang masih meminta kerajinan bebek produksinya antara lain Yunani, Jerman, dan Belanda. Pada masa pandemi COVID-19 hanya negara Yunani yang tidak melakukan order, tetapi lainnya mudah-mudah tidak terpengaruh.
"Ekspor terakhir ke Yunani pada Februari 2020, sedangkan lainnya masih tetap berjaln seperti biasa," kata supri.
Selama 2020 ekspor kerajinan bebek asal Klaten selain Yunani, pembeli asal Jepara yang dikirim ke Jerman pada Maret, kemudian ekspor ke Balanda, pada April, Juni, Agustus, September dan November. Rata-rata setiap bulan ekspor antara 500 hingga 1.000 buah.
"Alhamdulillah, selama pandemi COVID-19 2020 permintaan ekspor masih lancar," kata Supriyanto yang menekuni kerajinan itu, sejak 1999 hingga sekarang.
Permintaan kerajinan bebek asal Klaten di pasar luar negeri memang biasanya ada dari Australia, Begia dan Amerika Serikat, tetapi adanya pandemi ini, memang tidak ada orderan. Gantinya, ada dari Belanda dan Jerman, sehingga produksi juga tetap berjalan seperti biasa.
"Saya dibantu enam tenaga kerja mampu memproduksi kertajinan bebek rata-rata baru sekitar 1.000 buah per bulan. Bebek ini membuatnya membutuhkan keahlian khusus dan ketelitian sehingga cukup rumit. Saya harus memproduksi sesuai pesanan pelanggan," Katanya.
Harga masih tetap seperti biasa bervariasi antara Rp15.000 per buah hingga Rp100.000 per buah tergantung ukuran. Jika satu set isi tiga buah harga antyara Rp75.000 per buah hingga Rp250.000 per buah.
Menyinggung ekspor produksinya, melalui pemasok asal Jepara di Semarang, dan pemasok pabrik Belanda di Klaten dan melalui Bali.
Persediaan bahan baku bonggol bambu pada masa pendemi, tidak ada masalah. Bahan baku dapat dicari di Cawas Klaten dan Ngawen Gunung Kidul Yogyakarta. Bahan baku persediaan masih aman.
"Kami memproduksi kerajian cendera mata bebek ini, pada masih pandemi masih eksis, dan omzet rata-rata per bulan mencapai sekitar Rp20 juta hingga Rp30 juta," katanya.
"Kerajinan bebek produksinya selama pandemi COVID-19 pada 2020 permintaan ekspor tetsp berjalan baik dan tidak ada kendala," kata Supriyanto (45), seorang pengrajin cendera mata bebek, di Desa Jambu Kulon RT 02/RW 10 Ceper, Kabupaten Klaten, Minggu.
Kerajinan cenderamata bebek produksinya yang mampu menembus pasar luar negeri masih digemari konsumen mancanegera antara lain dengan aksesori mengenakan bebek bertopi, sepatu bot, dan ski.
Baca juga: Stok pangan di Boyolali masa pandemi aman
Pasar mancanegara yang masih meminta kerajinan bebek produksinya antara lain Yunani, Jerman, dan Belanda. Pada masa pandemi COVID-19 hanya negara Yunani yang tidak melakukan order, tetapi lainnya mudah-mudah tidak terpengaruh.
"Ekspor terakhir ke Yunani pada Februari 2020, sedangkan lainnya masih tetap berjaln seperti biasa," kata supri.
Selama 2020 ekspor kerajinan bebek asal Klaten selain Yunani, pembeli asal Jepara yang dikirim ke Jerman pada Maret, kemudian ekspor ke Balanda, pada April, Juni, Agustus, September dan November. Rata-rata setiap bulan ekspor antara 500 hingga 1.000 buah.
"Alhamdulillah, selama pandemi COVID-19 2020 permintaan ekspor masih lancar," kata Supriyanto yang menekuni kerajinan itu, sejak 1999 hingga sekarang.
Permintaan kerajinan bebek asal Klaten di pasar luar negeri memang biasanya ada dari Australia, Begia dan Amerika Serikat, tetapi adanya pandemi ini, memang tidak ada orderan. Gantinya, ada dari Belanda dan Jerman, sehingga produksi juga tetap berjalan seperti biasa.
"Saya dibantu enam tenaga kerja mampu memproduksi kertajinan bebek rata-rata baru sekitar 1.000 buah per bulan. Bebek ini membuatnya membutuhkan keahlian khusus dan ketelitian sehingga cukup rumit. Saya harus memproduksi sesuai pesanan pelanggan," Katanya.
Harga masih tetap seperti biasa bervariasi antara Rp15.000 per buah hingga Rp100.000 per buah tergantung ukuran. Jika satu set isi tiga buah harga antyara Rp75.000 per buah hingga Rp250.000 per buah.
Menyinggung ekspor produksinya, melalui pemasok asal Jepara di Semarang, dan pemasok pabrik Belanda di Klaten dan melalui Bali.
Persediaan bahan baku bonggol bambu pada masa pendemi, tidak ada masalah. Bahan baku dapat dicari di Cawas Klaten dan Ngawen Gunung Kidul Yogyakarta. Bahan baku persediaan masih aman.
"Kami memproduksi kerajian cendera mata bebek ini, pada masih pandemi masih eksis, dan omzet rata-rata per bulan mencapai sekitar Rp20 juta hingga Rp30 juta," katanya.
Pewarta : Bambang Dwi Marwoto
Editor : Mugiyanto
Copyright © ANTARA 2024