Solo (ANTARA) - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) RI Nadiem Makarim ingin agar dunia industri menjadikan sekolah menengah kejuruan (SMK) bukan sekadar sekolah, tetapi juga sebagai laboratorium inovasi.

"Sebagai supply chain (rantai pasok), menjadi medan inovatif atau arena inovasi," katanya, saat meresmikan renovasi ruang praktik siswa dan ruang teori siswa SMK 2, SMKN 6 dan SMKN 5 Surakarta di SMKN 2 Surakarta, Senin.

Ia berharap dengan adanya kolaborasi antara industri dengan SMK, maka bisa memupuk ketangguhan para lulusan dalam menghadapi tantangan di masa depan.

"Mari terus kita tumbuhkan semangat berkembang dan inovasi untuk vokasi kuat, menguatkan Indonesia," katanya.

Mengenai istilah link and match, pihaknya berharap benar-benar dipahami oleh seluruh pihak.

"Kita harus jujur, ketika melempar terminologi link and match, seolah itu gampang, tetapi saat ini kita masuk ke era baru. Kalau kita melakukannya ke SMK, benar-benar partisipasi industri menjadi absolut. Bukan hanya infrastruktur, tetapi juga kurikulum," katanya.

Bahkan, dikatakannya, kolaborasi antara sekolah dengan industri ini menjadikan kepala SMK sebagai enterpreneur yang melatih anak muda untuk menciptakan barang produksi.

"Kalau barang produksi ini belum laku, artinya kurikulum belum 100 persen tepat. Dalam hal ini adalah menyediakan jasa dan barang untuk pasar," katanya.

Meski tidak menyebutkan angka, menurut dia, kenyataan yang terjadi saat ini adalah daya serap lulusan SMK di dunia kerja masih rendah karena jauhnya jarak kemampuan yang diberikan sekolah dengan yang dibutuhkan industri.

"Apalagi dengan perkembangan teknologi saat ini," katanya.

Oleh karena itu, ia mengapresiasi kontribusi perusahaan Astra dan Sinarmas yang terlibat dalam renovasi ruang praktik siswa di sekolah-sekolah tersebut.