Purwokerto (ANTARA) - Bupati Banyumas Achmad Husein menilai dalam pembicaraan tentang smart city menuju masyarakat cerdas 5.0 harus punya referensi yang jelas, pemikiran yang mendasar, dan dapat dilaksanakan.

"Jangan sampai kita berbicara tinggi-tinggi, muluk-muluk, seakan-akan bisa segalanya, namun dalam pelaksanaannya kemudian sama sekali tidak dapat diimplementasikan. Jadi, kita itu harus realitas dengan kondisi yang ada dengan kemampuan yang kita miliki, dengan sumber daya yang kita punyai pula," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Rabu.

Ia mengatakan hal itu saat memberikan Kuliah Umum "Banyumas Smart City Menuju Masyarakat Cerdas 5.0" di Sekolah Tinggi Ilmu Komputer (Stikom) Yos Sudarso, Purwokerto yang digelar secara luring dan daring melalui Youtube serta dihadiri Uskup Purwokerto Mgr Christophorus Tri Harsono dan Ketua DPRD Kabupaten Banyumas Budhi Setiawan.

Baca juga: Enam inovasi Program Klaten Smart City diuji maraton

Oleh sebab itu, kata dia, Banyumas dalam hal mewujudkan smart city menuju masyarakat cerdas 5.0 tidak terlalu mengangkasa, namun yang paling penting justru bagaimana implementasinya di masyarakat.

"Banyumas dengan apa yang ada, kita tidak dapat menyamakan misalnya dengan Surabaya, dengan Jakarta, dan dengan Bandung. Tapi, semangatnya harus lebih besar dari mereka. Apa yang kita punyai adalah apa yang ada," katanya.

Selanjutnya, pihaknya tinggal menggandengkan dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat sekarang ini

"Simpel, yang penting adalah masyarakat segera menikmati, segera berubah, lebih cepat," katanya.

Saat ditemui usai memberikan kuliah umum, ia mengharapkan, program magang bagi mahasiswa Stikom Yos Sudarso dapat masuk ke desa-desa guna membantu pemrograman yang dilaksanakan pemerintah desa seperti dalam pembuatan laporan keuangan yang terhubung dengan pemerintah pusat.

"Intinya membangun desa dengan teknologi informatika. Kalau yang di kota-kota tanpa disuruh, dapat jalan sendiri, kalau di desa memang harus dibantu," katanya.

Ia mengakui kendala yang dihadapi pemerintah desa utamanya jaringan internet, sehingga pihaknya atas perintah Gubernur Jawa Tengah untuk berkoordinasi dengan PT Telkom Indonesia dalam rangka memperkuat jaringan internet di desa-desa.

Bupati Achmad Husein mengatakan berdasarkan hasil pemantauan di Sekolah Dasar (SD) tercatat sebanyak 243 SD yang jaringan internetnya lemah.

"Berarti kalau (jaringan internet, red.) SD-nya lemah, di balai desa juga begitu. Tapi kalau dikategorikan itu, kira-kira 30-40 desa masih lemah di internet. Itu akan diperkuat," katanya.

Ketua Stikom Yos Sudarso Purwokerto Romanus Edy Prabowo mengatakan jika dilihat dari sejarah berbagai skripsi yang dibuat mahasiswa Stikom Yos Sudarso sudah banyak sistem informasi yang dibangun dan sebenarnya dapat menjawab kebutuhan-kebutuhan masyarakat.

"Kan mereka jalurnya personal, kenalan mereka, butuh informasi apa, mereka buat skripsinya. Saya kira kalau sudah terarah seperti ini, ada tantangan dari Pak Bupati, kami bisa arahkan mahasiswa untuk mengembangkan sistem informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat langsung di desa-desa seperti itu. Saya kira ini sangat mungkin dilakukan," katanya.

Uskup Purwokerto Mgr Christophorus Tri Harsono berpesan kepada institusi dan mahasiswa Stikom Yos Sudarso agar bermanfaat untuk masyarakat.

"Saya juga mendukung agar Stikom Yos Sudarso berkembang menjadi universitas," katanya.

Ketua DPRD Kabupaten Banyumas Budhi Setiawan juga mendorong institusi Stikom Yos Sudarso agar perguruan tinggi itu menjadi universitas dan menjadi kampus pilihan di Banyumas.

Baca juga: Bupati: Pengelolaan arsip berbasis teknologi wujudkan "smart city"
Baca juga: Kota Magelang masuk 25 besar Kota Cerdas