
Korban pengembang Malioboro City siapkan aksi "Wadul Panembahan"

Yogyakarta (ANTARA) - Para korban perusahaan pengembang perumahan PT Inti Hosmed yang tergabung dalam Perhimpunan Pemilik dan Penghuni Satuan Rumah Susun (P3SRS) Malioboro City Yogyakarta menyiapkan aksi budaya sebagai bentuk protes dan penolakan terhadap pengembang yang dianggap tidak memenuhi janjinya.
Koordinator P3SRS Malioboro City Yogyakarta Edi Hardiyanto dalam siaran pers Selasa, mengatakan, aksi budaya "Sowan Sultan" bertajuk Wadul Panembahan.
Menurut dia, aksi yang akan digelar pada Rabu (16/4) tersebut akan diawali dengan kirab dari Kawasan Tugu Pal Putih menuju halaman Keraton Yogyakarta dengan melewati kantor Gubernur dan DPRD DIY.
"Dalam aksi dengan tema 'Menyambung Tradisi, Menghidupkan Hak' itu, para korban Malioboro City akan melakukan ritual 'Wadul Panembahan' yang merupakan tradisi Jawa untuk menghormati dan meminta perlindungan dari Sultan," katanya.
Ia mengatakan aksi akan diisi dengan orasi dan pembacaan tuntutan terhadap pengembang agar memenuhi janji-janji yang telah dibuat sebagai bentuk ekspresi aspirasi para korban.
Menurut Edi, aksi digelar untuk meminta pertolongan kepada Sri Sultan Hamengkubuwono X, sebagai Raja Keraton Yogyakarta sekaligus Gubernur DIY atas nasib mereka yang telah menjadi korban mafia pengembang.
"Kita akan memohon bantuan Sultan HB X, atas nasib yang kita alami selama belasan tahun. Kita berharap kasus apartemen Malioboro City bisa diselesaikan dengan diterbitkannya Sertifikat Laik Fungsi (SLF) Pertelaan , serta hak kepemilikan AJBSHM, kemudian fasum harus segera diambil alih oleh pemerintah. Pemkab Sleman harus segera mengundang semua instansi terkait," kata Edi.
Aksi budaya "Wadul Panembahan" diharapkan dapat disaksikan oleh wisatawan maupun masyarakat luas untuk menunjukkan solidaritas dan dukungan terhadap korban Malioboro City.
Dalam aksi tersebut, para korban pengembang PT Inti Hosmed juga akan melepaskan dua ribu balon berwarna hitam sebagai simbol keprihatinan.
"Kami ingin menunjukkan bahwa kami tidak hanya sekadar korban, tapi kami juga memiliki tradisi dan budaya yang harus dihormati," pungkasnya.
Pewarta : Immanuel Citra Senjaya
Editor:
Edhy Susilo
COPYRIGHT © ANTARA 2025