Mantan Presiden Korsel Roh Tae-woo meninggal
Arsip--Seorang perempuan Korea menangis di depan pusara salah satu kerabatnya, yang menjadi korban Pergerakan Gwangju 18 Mei 1980, di sebuah taman makam di Gwangju, sekitar 320km sebelah selatan Seoul, Korea Selatan, Jumat (17/5). Di tahun 1980, pemerintah militer yang dipimpin oleh Chun Doo-Hwan dan Roh Tae-woo mengerahkan pasukan dan tank untuk membungkam ribuan warga sipil yang bergerak untuk menuntut berakhirnya kekuasaan militer, menyebabkan tewasnya ratusan warga di Gwangju. Chun dan Roh kemudian menjadi Presiden negara tersebut. REUTERS/Hyong Min-woo/Yonhap
Roh adalah veteran perang yang punya peranan penting sekaligus kontroversial pada masa peralihan dari kepemimpinan otoriter menuju demokratis.
Kondisi kesehatan Roh memburuk sejak 2002, tahun ketika ia menjalani operasi kanker prostat.
Dalam beberapa tahun belakangan ini, ia berkali-kali dirawat di rumah sakit.
Roh dalam beberapa dasawarsa berubah dari seorang tokoh yang terlibat dalam kudeta militer menjadi presiden pertama Korea Selatan yang terpilih melalui pemilu demokratis.
Namun, karir politiknya berakhir dengan hukuman penjara yang ia terima karena pengkhianatan dan korupsi.
"Saya saat ini merasa malu menjadi seorang mantan presiden," kata Roh sambil berlinang air mata ketika ia secara terbuka menyampaikan permintaan maaf melalui televisi pada 1995.
Permintaan maaf ia sampaikan karena dirinya diam-diam menumpuk dana gelap sebesar 654 juta dolar AS (sekitar Rp9,2 triliun) saat menjabat.
Sumber: Reuters
Pewarta : Tia Mutiasari
Editor : Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
PLN Icon Plus perkuat keandalan konektivitas pada Raker Presiden dan Retreat Kabinet Merah Putih
31 October 2024 13:00 WIB