BNPT ungkap 600 akun berpotensi radikal di dunia maya
Selasa, 25 Januari 2022 12:34 WIB
Dokumentasi - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Boy Rafli Amar dan Menteri Luar Negeri Inggris Elizabeth Truss saat membuka kegiatan Joint Working Group (JWG) di Jakarta, Kamis (11/11/2021). ANTARA/HO-Humas BNPT
Jakarta (ANTARA) - Sebanyak 600 akun berpotensi radikal yang diawasi di dunia maya (internet), kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Boy Rafli Amar.
"Kami mencatat setidaknya ada 600 akun berpotensi radikal," kata Boy dalam rapat kerja bersama Komisi III DPR RI di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa.
Akun tersebut berisikan 650 konten propaganda. Dari angka itu, 409 konten bersifat umum atau konten bersifat informasi serangan, 147 konten anti dengan NKRI, 85 konten anti-Pancasila, tujuh konten intoleran, dan dua konten berkaitan dengan paham takfiri.
"Ada 40 konten karena pendanaan terorisme di dunia maya yang cukup dominan akhir-akhir ini," ungkap Boy.
Selain itu, ada 13 konten berkaitan dengan pelatihan. Pengawasan itu, kata Boy, bekerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan, di antaranya kepolisian, BSSN, BIN, TNI, dan Kominfo.
Boy menyebutkan terdapat lima tugas pokok BNPT berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2018, yakni merumuskan, mengoordinasikan, serta melaksanakan kebijakan, strategi, dan program nasional di bidang kesiapsiagaan nasional, kontraradikalisasi, dan deradikalisasi.
Selanjutnya, mengoordinasikan antarpenegak hukum dalam penanggulangan terorisme; mengoordinasikan pemulihan korban; merumuskan, mengoordinasikan, dan melaksanakan kebijakan, strategi, dan program nasional penanggulangan terorisme di bidang kerja sama internasional.
BNPT juga menjadi pusat analisis dan pengendalian krisis yang berfungsi sebagai fasilitas bagi Presiden untuk menetapkan kebijakan dan langkah penanganan krisis, termasuk pengerahan sumber daya dalam menangani terorisme.
"Kami mencatat setidaknya ada 600 akun berpotensi radikal," kata Boy dalam rapat kerja bersama Komisi III DPR RI di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa.
Akun tersebut berisikan 650 konten propaganda. Dari angka itu, 409 konten bersifat umum atau konten bersifat informasi serangan, 147 konten anti dengan NKRI, 85 konten anti-Pancasila, tujuh konten intoleran, dan dua konten berkaitan dengan paham takfiri.
"Ada 40 konten karena pendanaan terorisme di dunia maya yang cukup dominan akhir-akhir ini," ungkap Boy.
Selain itu, ada 13 konten berkaitan dengan pelatihan. Pengawasan itu, kata Boy, bekerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan, di antaranya kepolisian, BSSN, BIN, TNI, dan Kominfo.
Boy menyebutkan terdapat lima tugas pokok BNPT berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2018, yakni merumuskan, mengoordinasikan, serta melaksanakan kebijakan, strategi, dan program nasional di bidang kesiapsiagaan nasional, kontraradikalisasi, dan deradikalisasi.
Selanjutnya, mengoordinasikan antarpenegak hukum dalam penanggulangan terorisme; mengoordinasikan pemulihan korban; merumuskan, mengoordinasikan, dan melaksanakan kebijakan, strategi, dan program nasional penanggulangan terorisme di bidang kerja sama internasional.
BNPT juga menjadi pusat analisis dan pengendalian krisis yang berfungsi sebagai fasilitas bagi Presiden untuk menetapkan kebijakan dan langkah penanganan krisis, termasuk pengerahan sumber daya dalam menangani terorisme.
Pewarta : Fauzi
Editor : Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2025
Terkait
Raih predikat "Unggul", UIN Walisongo bertekad wujudkan pendidikan bermutu
14 November 2024 14:15 WIB
BNPT ingatkan mahasiswa Unsoed tentang pentingnya pendidikan kebangsaan
15 November 2023 11:02 WIB, 2023
BNPT sosialisasi pencegahan terorisme dan radikalisme di Kilang Cilacap
01 October 2023 14:47 WIB, 2023
Wali Pemasyarakatan Lapas Pasir Putih Kemenkumham Jateng terima penghargaan BNPT
29 July 2023 21:10 WIB, 2023