Kudus (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, memperkirakan meniadakan pasar malam pada tradisi dandangan yang menampung ratusan pedagang dari berbagai daerah untuk menyambut Ramadhan, menyusul status pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level tiga.

"Sebetulnya masih dalam kajian untuk menentukan tradisi dandangan di Kudus bisa digelar atau tidak. Akan tetapi, saya memastikan keputusannya mengarah tidak akan terlaksana karena banyak hal yang dipertimbangkan," kata Bupati Kudus Hartopo di Kudus, Senin.

Hal yang menjadi pertimbangan di antaranya, kata dia, status Kabupaten Kudus yang menerapkan level tiga sehingga aturan seperti sebelumnya saat terjadi lonjakan kasus corona varian delta sehingga banyak aturan yang harus ditegakkan untuk mencegah penularan virus corona.

Kalaupun ada usulan dandangan diadakan, imbuh dia, apakah bisa membendung mobilitas pengunjung, baik dari luar kota maupun dalam kota.

"Jika saja hal itu tidak menjadi permasalahan pemerintah, tentunya dipersilakan. Sebaliknya, tentu harus ada kajian yang mendalam karena nanti menjadi permasalahan yang levelnya bukan regional melainkan nasional," ujarnya.

Ia memastikan para pedagang mengharapkan tradisi dandangan diadakan, tetapi pemkab tidak bisa merealisasikan karena banyak pertimbangan. Bahkan kawasan Balai Jagong juga belum mengizinkan pedagang kaki lima (PKL) berjualan.

Namun, kata dia, pedagang juga ditantang seandainya mengadakan ketika tidak bisa membendung mobilitas pengunjung siap dibubarkan. Tentunya, pedagang akan rugi karena sudah susah payah menggelar dagangan, namun akhirnya dibubarkan karena banyaknya pengunjung sehingga menciptakan kerumunan.

Hingga kini, tercatat sudah dua tahun terakhir pasar malam menyambut Ramadan ditiadakan karena saat itu kasus corona di Kabupaten Kudus cukup tinggi.

Pengalaman sebelumnya, tradisi dandangan mampu menampung 500-an pedagang, meliputi pedagang yang berjualan menempati gerai serta lesehan. Namun pada tahun sebelumnya ditiadakan karena pandemi.

Tradisi dandangan di Kudus biasanya diramaikan dengan kirab dandangan dengan menampilkan potensi budaya beberapa desa di Kudus dengan rute kirab di jalan-jalan protokol. Setibanya di Alun-alun peserta kirab melakukan adegan untuk menceritakan perkembangan Islam secara sederhana. Kemudian ditutup dengan pemukulan bedug yang dilakukan oleh pejabat instansi terkait, sekaligus dimulainya awal bulan puasa Ramadan.