Pengusaha susu sapi di Kudus belum berani beli sapi perah baru
Kamis, 30 Juni 2022 20:20 WIB
Zaenal Abidin, pemilik Pemerahan Susu Sapi Sumber Segar Desa Garung Lor, Kecamatan Kaliwungu sedang mengurus ternaknya, Kudus, Kamis (30/6/2022). ANTARA/Akhmada Nazaruddin Lathif.
Kudus (ANTARA) - Pengusaha susu sapi di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, hingga kini belum berani membeli sapi perah baru, meskipun beberapa sapi sudah saatnya dijual karena produktivitasnya mulai menurun, menyusul terjadinya wabah penyakit mulut dan kuku.
"Sebelum terjadi wabah penyakit mulut dan kuku (PMK), sapi yang produktivitas susunya menurun menjadi enam liter per hari harus segera dijual untuk ditukar dengan sapi laktasi yang baru," kata Zaenal Abidin, pemilik Pemerahan Susu Sapi Sumber Segar Desa Garung Lor, Kecamatan Kaliwungu, Kudus, Kamis.
Pada kondisi normal, sapi miliknya bisa menghasilkan susu antara 10-12 liter per hari, sedangkan yang produktivitasnya menurun hingga enam liter per hari sudah saatnya dijual untuk dibelikan sapi laktasi yang baru yang bisa menghasilkan susu hingga 12 liter per hari.
Hanya saja, kata dia, dari 19 ekor sapi laktasi miliknya, tercatat dua ekor sapi yang seharusnya dijual untuk dibelikan sapi laktasi yang baru agar produksi stabil.
Ia mengakui dalam sehari bisa menghasilkan 200-an liter susu, sedangkan saat ini menurun menjadi 170-an liter akibat adanya susu yang produktivitasnya menurun dan belum diganti dengan sapi laktasi baru.
Baca juga: Vaksinasi PMK di Kudus prioritaskan sapi perah
Sebagai antisipasi agar sapi miliknya tidak terpapar PMK, untuk sementara dirinya menghentikan pembelian sapi perah yang sebelumnya rutin mendatangkan dari Kabupaten Boyolali.
"Pasalnya, Kabupaten Boyolali sebagai daerah penghasil sapi perah juga termasuk salah satu daerah wabah PMK," ujar Zaenal.
Untuk sementara, kata dia, pembelian sapi menunggu situasinya kondusif dan sesuai petunjuk dari Dinas Pertanian dan Pangan Kudus.
Meskipun sedang muncul wabah PMK, lanjutnya, permintaan susu sapi hingga kini masih stabil dan belum terpengaruh dengan informasi penyebaran PMK.
Kementerian Pertanian telah melakukan distribusi vaksin darurat PMK sebanyak 651.700 dosis sejak Jumat (24/6) dan telah diterima berbagai daerah kantong ternak nasional. Vaksin darurat dipersiapkan sebanyak tiga juta dosis, dan selanjutnya pemerintah akan terus menambah jumlah vaksin PMK hingga 29 juta dosis.
Baca juga: Dampak PMK, pedagang sapi di Klaten kurangi stok
Baca juga: Peternak di Blora gunakan ramuan untuk cegah PMK
Baca juga: Boyolali mulai vaksinasi sapi perah di zona hijau PMK
"Sebelum terjadi wabah penyakit mulut dan kuku (PMK), sapi yang produktivitas susunya menurun menjadi enam liter per hari harus segera dijual untuk ditukar dengan sapi laktasi yang baru," kata Zaenal Abidin, pemilik Pemerahan Susu Sapi Sumber Segar Desa Garung Lor, Kecamatan Kaliwungu, Kudus, Kamis.
Pada kondisi normal, sapi miliknya bisa menghasilkan susu antara 10-12 liter per hari, sedangkan yang produktivitasnya menurun hingga enam liter per hari sudah saatnya dijual untuk dibelikan sapi laktasi yang baru yang bisa menghasilkan susu hingga 12 liter per hari.
Hanya saja, kata dia, dari 19 ekor sapi laktasi miliknya, tercatat dua ekor sapi yang seharusnya dijual untuk dibelikan sapi laktasi yang baru agar produksi stabil.
Ia mengakui dalam sehari bisa menghasilkan 200-an liter susu, sedangkan saat ini menurun menjadi 170-an liter akibat adanya susu yang produktivitasnya menurun dan belum diganti dengan sapi laktasi baru.
Baca juga: Vaksinasi PMK di Kudus prioritaskan sapi perah
Sebagai antisipasi agar sapi miliknya tidak terpapar PMK, untuk sementara dirinya menghentikan pembelian sapi perah yang sebelumnya rutin mendatangkan dari Kabupaten Boyolali.
"Pasalnya, Kabupaten Boyolali sebagai daerah penghasil sapi perah juga termasuk salah satu daerah wabah PMK," ujar Zaenal.
Untuk sementara, kata dia, pembelian sapi menunggu situasinya kondusif dan sesuai petunjuk dari Dinas Pertanian dan Pangan Kudus.
Meskipun sedang muncul wabah PMK, lanjutnya, permintaan susu sapi hingga kini masih stabil dan belum terpengaruh dengan informasi penyebaran PMK.
Kementerian Pertanian telah melakukan distribusi vaksin darurat PMK sebanyak 651.700 dosis sejak Jumat (24/6) dan telah diterima berbagai daerah kantong ternak nasional. Vaksin darurat dipersiapkan sebanyak tiga juta dosis, dan selanjutnya pemerintah akan terus menambah jumlah vaksin PMK hingga 29 juta dosis.
Baca juga: Dampak PMK, pedagang sapi di Klaten kurangi stok
Baca juga: Peternak di Blora gunakan ramuan untuk cegah PMK
Baca juga: Boyolali mulai vaksinasi sapi perah di zona hijau PMK
Pewarta : Akhmad Nazaruddin
Editor : Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
OJK Jateng luncurkan ekosistem keuangan inklusif Kampung Olahan Susu di Salatiga
03 September 2024 13:58 WIB
Terpopuler - Bisnis
Lihat Juga
Hashim Djojohadikusumo pikat pendanaan hijau EUR 1,2 miliar untuk sektor kelistrikan
14 November 2024 21:08 WIB