PIS yang merupakan subholding PT Pertamina (Persero) memperkuat industri energi dari sisi marine dan logistik. Dari 96 kapal tanker dan beragam layanan yang dimilikinya, salah satu peranan penting PIS yakni mengangkut bahan mentah berupa gas propana (C3H8) dan butana (C4H10).
Propana dibutuhkan di dalam negeri sebagai salah satu bahan utama untuk membuat elpiji atau Liquified Petroleum Gas (LPG) dengan penyusun utama lainnya yakni butana yang merupakan senyawa hidrokarbon.
Tingginya permintaan pasar dan pertimbangan harga jual serta daya beli masyarakat terhadap elpiji agar lebih terjangkau harganya, menjadikan Indonesia memerlukan pasokan tambahan dari luar negeri melalui impor dari Amerika Serikat dan Timur Tengah.
"Kami membawa (propana dan butana dari Amerika dan Timur Tengah,red.) ke Tanjung Sekong dan temporary ship to ship di Kalbut Situbondo untuk menggeser barang muatan bahan bakar dari kapal-kapal besar ke kapal kecil," kata Irfan Zainul Fikri selaku Direktur Armada PIS saat ditemui di Semarang, Jumat (28/10/2022).
Pengangkutan propana dalam bentuk gas cair bertekanan tersebut menggunakan unit Very Large Crude Carrier (VLCC) dan PIS memiliki dua unit dengan masing-masing kapasitas 2 juta barrels 1 unit General Purpose (GP) dengan kapasitas 110,000 Barrels.
Irfan menjelaskan untuk menjadi elpiji, bahan yang diangkut oleh kapal milik PIS tidak bisa langsung didistribusikan ke masyarakat, tetapi dari kapal disalurkan dengan menggunakan pipa untuk dipindahkan ke tangki penampungan guna proses pencampuran dua bahan utama tersebut.
Propan sendiri sebenarnya gas yang tidak berbau, namun untuk elpiji atau bahan bakar, ditambahkan bahan kimia mencaptan untuk menambahkan bau tidak sedap atau busuk dengan tujuan untuk mengetahui jika ada kebocoran dari wadahnya.
"Setelah dicampur dan diproses, propana ditempatkan dalam tabung atau tangki untuk dikompres dan diberikan tekanan, sehingga wujudnya berubah dari gas menjadi cair. Saat didistribusikan ke masyarakat skala rumah tangga, elpiji sudah dalam bentuk kemasan tabung 3 kg dan 12 kg yang dipasarkan oleh Pertamina Patra Niaga," jelas Irfan.
Pengiriman ke Semarang
Untuk pengiriman elpiji ke Semarang misalnya, kapal PIS dari Amerika Serikat atau Timur Tengah akan menuju Tanjung Sekong, Banten. Muatan gas tersebut akan diturunkan melalui pipa dari ujung kapal yang dihubungkan ke tangki penampungan untuk proses percampuran bahan utama pembuatan elpiji.
“Di Tanjung Sekong, dilakukan mixing antara bahan baku propana dan butana sesuai komposisi yang telah ditentukan,” kata Irfan.
Setelah itu Kapal Gas Attaka yang juga milik PIS menuju Pelabuhan Dalam Tanjung Emas Semarang dengan membawa elpiji sesuai dengan kebutuhan misal 5.000 meter kubik atau dalam jumlah lain.
“Perjalanan Kapal Gas Attaka dari Tanjung Sekong menuju Tanjung Emas Semarang, kurang lebih membutuhkan waktu tempuh normal minimal 10 jam. Kapal akan merapat di Pelabuhan Dalam Tanjung Emas Semarang untuk menurunkan muatannya,” kata Irfan.
Di saat menurunkan muatannya di Pelabuhan Dalam Tanjung Emas, telah siap sejumlah tangki yang akan menyalurkan elpiji ke berbagai stasiun pengisian bahan bakar elpiji (SPBE) di Jawa Tengah.
Kapal Gas Attaka merapat di Pelabuhan Dalam Tanjung Emas berkisar selama empat hari selain untuk menurunkan muatan, juga untuk pemenuhan kebutuhan para kru kapal.
Sinergi dalam bisnis
Kapal Gas Attaka dari Pelabuhan Tanjung Sekong ke Pelabuhan Tanjung Emas Semarang, untuk menurunkan muatan menuju terminal elpiji dibutuhkan sinergi dengan anak perusahaan PIS yang bertugas membantu mengurus seluruh hal yang berkaitan dengan kelengkapan dokumen hingga izin bersandar di dermaga, yakni PT Pertamina Trans Kontinental (PTK).
“PIS akan langsung menghubungi PTK untuk membantu mengurus segala macam proses dokumen yang diperlukan sebagai syarat sandarnya kapal, PTK akan menanyakan sejumlah kelengkapan surat menyurat hingga memastikan kesehatan dari para kru,” kata Direktur Pemasaran PT Pertamina Trans Kontinental Imam Bustomi.
PT PTK, lanjut Imam, yang akan mengurus segala hal yang berkaitan dengan Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP), imigrasi, beacukai, dan stakeholder terkait. Untuk KSOP sendiri bertugas melakukan pengawasan dan penegakan hukum di bidang keselamatan dan keamanan pelayanan, koordinasi kegiatan di pelabuhan, pengaturan, pengendalian, dan pengawasan kegiatan kepelabuhan pada pelabuhan yang diusahakan secara komersial.
Setelah dilakukan pengecekan dan dinyatakan memenuhi syarat, kapal tanker bisa mengibarkan bendera sebagai tanda kapal telah diizinkan melakukan bongkar muat dan bersandar, serta pemenuhan kebutuhan lainnya.
“Saat kapal datang tidak dapat langsung merapat parkir, tetapi harus dijemput. Kami akan mengirimkan kapal tunda dan kapal pandu untuk mendorong atau menarik kapal tanker. Kami akan menanyakan berapa ukuran kapal yang akan sandar untuk menyesuaikan kebutuhan pengiriman kapal pandu dan tunda,” kata Imam.
Jika ukuran panjang kapal 150 sampai 250 meter, PT PTK mengirimkan dua kapal tunda dan kapal pandu. Sementara kapal dengan ukuran di atas 250 meter harus mengirim tiga kapal yang akan menarik dan menahan kapal. Prosesnya bisa berlangsung satu jam.
Muatan dari Kapal Gas Attaka dialirkan menuju tangki-tangki penampungan gas yang ada di pelabuhan, untuk kemudian dipindahkan ke truk tangki elpiji untuk dibawa ke Stasiun Pengisian Bahan Bakar Elpiji (SPBE), selanjutnya dipasarkan ke agen, pangkalan elpji, dan pengecer/pedagang sebelum sampai ke tangan masyarakat.
Di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang lanjut Imam Bustomi, PTK memiliki dua unit armada tugboat, tiga unit morine boat, dan satu kapal untuk patroli. Sementara untuk personil sebanyak 92 orang kru darat dan kru laut.
Tidak hanya di Semarang, tambah Imam, PTK beroperasi di 104 pelabuhan se-Indonesia (429 kapal dan 3.000 lebih kru dengan rata-rata masing-masing kapal membutuhkan 12 hingga 14 kru.
“PT PTK sendiri memiliki ship related services, marine services, dan logistic services dengan total ada 26 pelayanan. Palugada (apa yang lu butuh gue ada) istilahnya, butuh pelayanan apa saja, kami ada,” kata Imam Bustomi yang menyebutkan dari 26 pelayanan tersebut di antaranya berupa pelayanan ship agency, ship management, crewing, ship to ship, ship repair, dredging, fresh water supply, waste management, oil spill response, ship logistic supply, freight forwarding, hingga general service.
GM Marine Business and Operation Region II PTK Muhammad Gufron Muarif menambahkan untuk jumlah kunjungan kapal milik Pertamina yang masuk ke di wilayah Pelabuhan Tanjung Emas berkisar 30 sampai 36 unit per bulan.
“Untuk kapal pengangkut elpiji dua sampai empat kapal per minggu dan selain ke Pelabuhan Dalam Tanjung Emas langsung ke truk tangki, kapal juga bisa ke Opsico, muatan dialihkan ke tangki penampung dan setelah itu baru ke truk tangki,” kata Gufron.
Begitu tiba di pelabuhan Tanjung Sekong, untuk loading ship to ship kapal PIS untuk loading LPG saat sandar ship to ship misal pada Kapal Gas Attaka (shuttle ship) diperlukan pemuatan sesuai prosedural, serta koordinasi dan komunikasi antarkru yang baik, karena sumber daya manusia (SDM) dalam hal ini kru kapal sangat berpengaruh pada efektivitas pekerjaan.
SDM Unggul
Irfan Zainul Fikri selaku Direktur Armada PIS menambahkan untuk SDM yang bertugas di kapal di antaranya, lama perjalanan pengangkutan bahan bakar elpiji yang berkisar 78 hari dalam kondisi normal dan bisa lebih lama lagi jika ada gangguan cuaca di laut atau hal teknis lainnya.
Kebutuhan akan SDM yang handal tersebut, kata Irfan, PIS terus mencari para taruna muda ke kampus-kampus untuk jadi pelaut yang memenuhi standar dan kualifikasi dalam pemenuhan kebutuhan sumber daya manusia (SDM).
PIS, lanjut Irfan saat ini mengelola 96 kapal tanker, 290 kapal, dan selanjutnya FSO (floating storage and offloading), serta kapal unit regasifikasi dan penyimpanan gas terapung atau Floating Storage and Regasification Unit/ FSRU) yang membutuhkan pelaut-pelaut handal dan dalam jumlah banyak.
“Kami terus melakukan regenerasi menggantikan para senior. Selain itu, para pelaut muda diperlukan untuk mengisi para kru yang kontraknya telah habis,” kata Irfan yang menyebutkan setidaknya di masing-masing kapal dibutuhkan sekitar 24 personel.
Untuk standarisasi yang diperlukan sebagai pelaut PIS, lanjut Irfan yakni yang memiliki skill talent, communication skill, dan memiliki kapabilitas yang kuat untuk bisa bersaing secara internasional karena tugas yang dijalankan sudah mendunia, go global, dengan banyak rute internasional yang ditempuh. Saat ini PIS telah menjangkau 12 rute pelayaran internasional.
“Kelemahan dan yang perlu terus ditingkatkan para pelaut Indonesia yakni skill Bahasa Inggrisnya, work ethic (etos kerja), dan agresif dalam bekerja. Pelaut Myanmar siap disuruh delapan bulan (di kapal,red.), tapi kru Indonesia bertanya kapan bisa pulang. Itu yang membuat sisi loyalitasnya kalah dengan Myanmar,” cerita Irfan.
Upaya untuk mendapatkan kru, para pelaut yang handal, PIS agresif mencari dengan mendatangi kampus dan salah satunya yang dikemas dalam Goes to Campus di Kota Semarang, Jawa Tengah pada 28 Oktober 2022 bertepatan dengan Peringatan Sumpah Pemuda.
Irfan dalam kesempatan itu menekankan kepada para taruna untuk mengasah kemampuan akademisnya, karena hal itu juga menjadi syarat utama agar tidak menjadi beban PIS.
“Mereka lah yang berada di front liner, mereka yang akan mewakili kami. Membawa nama PIS dan bisnis ini. Makanya jangan sampai justru menjadi beban setelah bergabung di PIS,” kata Irfan.
Untuk menyamakan persepsi, kebutuhan PIS akan taruna handal tersebut, Irfan mengaku pihaknya juga menyampaikan ke pihak kampus untuk mengintegrasikan silabus dengan kebutuhan industri saat ini, serta meramu rumusan yang tepat agar PIS mendapatkan taruna terpilih, apakah dengan ikatan dinas atau model lainnya. Contoh silabus yang perlu diintegrasikan, di kampus belum memberikan materi mengenai dual fuel engine, masih menggunakan dua tak, dan lainnya.
“Kami agresif ke kampus-kampus mencari taruna dengan best talent untuk mengisi SDM kami, agar tidak terjadi gap yang tinggi (dalam hal kualitas dan kuantitas,red.),” jelas Irfan.
Langkah PIS untuk mencari SDM yang unggul tersebut diapresiasi oleh Sekretaris Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan Antoni Arif Priadi.
“Kami berharap PIS bisa menjadi perusahaan yang lebih besar dan bisa turut serta dalam meningkatkan perkembangan SDM untuk menuju Indonesia Emas 2045,” kata Antoni.
Antoni menilai sejumlah negara lain telah menyiapkan SDM pelayarannya seperti dititikberatkan pada etika, integritas, dan juga standar global lainnya, sehingga PIS juga harus siap dengan hal-hal tersebut, agar industri pelayaran Indonesia juga berkembang.
Menurutnya di Indonesia, telah banyak kampus yang siap mencetak para perwira handal dan kebutuhannya sangat tinggi baik untuk dalam negeri maupun luar negeri.
“Tantangannya adalah kemampuan anak-anak dalam berbahasa Inggris dan satu lagi budaya tidak homesick (kangen rumah atau perasaan tertekan secara emosional saat jauh dari rumah),” kata Antoni.
Ia mengakui seperti Pertamina membutuhkan kru terbaik, karena secara bisnis telah berkembang dengan cepat, sehingga kebutuhan tinggi dalam jumlah juga kualitas SDM. Apalagi dalam bisnis yang bergantung pada SDM.
“Bisnis kan butuh efisien dan kapal sangat tergantung dengan operatornya. Pertamina menyadari itu, jadi kalau dapatnya kru yang jelek, pasti di atas kapal akan banyak terjadi pemborosan. Entah itu kapalnya yang tabrakan dan lainnya, itu kan duit semua, makanya Pertamina mencari orang terbaik supaya efisiensi di atas kapal itu terjadi,” kata Antoni.
Untuk merekrut kru yang handal tersebut, menurut Antoni tidak dapat dicari dengan instan dan diperlukan langkah panjang seperti mendidiknya agar perusahaan tahu SDM yang direkrutnya salah satunya dengan bersinergi dengan kampus.
“Itu hanya bagian kecil saat mengeluarkan biaya mendidik dari awal, tetapi setelah lulus, keuntungan yang diperoleh perusahaan sangat besar (karena kualitasnya terjamin),” katanya.
Ia menegaskan sejumlah hal penting yang perlu dimiliki menjadi pribadi yang layak sebagai SDM handal yakni selain mahir dalam berbahasa Inggris dan memiliki karakter yang baik, yakni mudah beradaptasi dengan orang asing karena mereka memiliki budaya yang berbeda.
Untuk pendidikan taruna Indonesia, Antoni menilai Indonesia sudah maju dan yang perlu diperbaiki dari sisi karakter karena latar belakang sekolah yang berbeda mulai dari sekolah dasar, hingga pendidikan menjadi taruna.
Kebutuhan dalam negeri
Badan pusat Statistik (BPS) mencatat Indonesia mengimpor propane (kode HS 27111200) dari Amerika Serikat selama periode Januari-September 2022 dengan nilai impor sebesar US$ 782,10 juta.
Jumlah tersebut melalui empat pelabuhan yakni Balikpapan, Kalbut Situbondo, Tanjung Sekong, dan Tanjung Uban. Dari empat pelabuhan tersebut hanya di Kalbut Situbondo dan Tanjung Sekong yang rutin dari Januari-September, sementara yang lain ada jeda misal di Tanjung Uban pada Februari dan Maret tidak ada impor yang tiba di pelabuhan tersebut.
Tahun 2021, impor propane dari Amerika Serikat dengan periode yang sama, BPS mencatat nilai impor Indonesia dari Amerika Serikat sebesar US$823,12 juta melalui pelabuhan Balikpapan, Kalbut Situbondo, Merak, Semangka Bay, dan Tanjung Uban.
Sementara data SETP pada Laporan Tahunan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2019, 2020, dan 2021, impor propana masih mendominasi dari total bahan berbahaya dan beracun (B3) yang diimpor.
Tahun 2019, jumlah propana diimpor 55 persen atau 163.610 ton dari total B3 yang diimpor ke Indonesia; tahun 2020 dominasi propana menurun menjadi 21 persen dari total impor B3, namun terjadi lonjakan jumlah impor sebanyak 733 persen atau menjadi 1.197.547 ton.
Semester pertama tahun 2021, propana kembali mendominasi dengan impor 95 persen dari total B3 yang diimpor yakni 47.000.785 ton atau meningkat 3.918 persen dibandingkan propana yang diimpor tahun 2020.
Dari data tersebut, menunjukkan jumlah impor propana Indonesia masih sangat tinggi, salah satunya dimanfaatkan sebagai bahan utama pembuatan elpiji untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Kebutuhan Jateng dan DIY
Untuk kebutuhan elpiji di Jateng dan DIY selama lima tahun terakhir terus mengalami peningkatan sejak 2017 sampai 2021 baik dari total kebutuhan elpiji PSO dan non-PSO rumah tangga.
Total kebutuhan elpiji di Jateng dan DIY di tahun 2017 sebanyak 1.132.692 MT; tahun 2018 sebanyak 1.187.642 MT; tahun 2019 sebanyak 1.251.655 MT; tahun 2020 sebanyak 1.303.985 MT; dan pada tahun 2022 total kebutuhan elpiji Jateng dan DIY mencapai 1.353.188 MT.
Area Manager Communication, Relations, & Corporate Social Responsibility (CSR) Regional Jawa Bagian Tengah PT Pertamina Patra Niaga Brasto Galih Nugroho dalam keterangan persnya pada 28 Juli 2022 menjelaskan dalam menjamin ketersediaan elpiji untuk masyarakat, Pertamina tidak segan-segan melakukan penambahan fakultatif atau extra dropping elpiji seperti yang pernah dilakukan di Kota Surakarta.
Pertamina memberikan penambahan fakultatif atau extra dropping elpiji 3 kg hingga 14.600 tabung selama rentang 25 Juli hingga 6 Agustus 2022 sebagai langkah dalam memenuhi tingginya permintaan masyarakat.
“Jumlah tersebut merupakan tambahan fakultatif di luar penyaluran regular yang disalurkan sebanyak 5.100 tabung di periode 25-30 Juli 2022 dan periode 1-6 Agustus 2022 sebanyak 9.500 tabung,” rinci Brasto.
Brasto menjelaskan pada kasus penambahan fakultatif di Kota Surakarta tersebut dilakukan sehubungan dengan konsumsi elpiji yang mengalami peningkatan sejak momen Idul Adha tahun 2022, karena banyak kegiatan di masyarakat seperti pesta pernikahan, acara pelepasan hati, dan kegiatan lainnya. Banyaknya kegiatan di masyarakat tersebut berpengaruh pada kenaikan konsumsi elpiji 0,5 persen dari rata-rata konsumsi normal.
Pertamina sendiri telah masif memberikan edukasi ke masyarakat bahwa elpiji tabung 3 kg diperuntukkan bagi masyarakat tidak mampu dan usaha mikro, sementara bagi masyarakat mampu dan usaha di atas level mikro atau yang sudah masuk kelas kecil dan menengah, diharapkan menggunakan elpiji nonsubsidi dan tidak menggunakan elpiji subsidi agar subsidi elpiji dapat tepat sasaran.
Untuk indikator ketercukupan elpiji di pasaran, dapat dilihat dari ketersediaan di akses pembelian jalur distribusi resmi yaitu di pangkalan elpiji seperti, di Kota Surakarta ada 1.185 pangkalan elpiji 3 kg yang tersebar di seluruh kelurahan di Kota Surakarta.
Hadirnya SPBU yang menjual elpiji juga merupakan salah satu langkah Pertamina untuk memudahkan masyarakat mendapatkan elpiji.
Sementara untuk menjaga agar elpiji 3 kg disalurkan tepat sasaran, Pertamina juga telah dengan secara berkala mengadakan monitoring bersama Dinas Perdagangan (Disdag), Kepolisian Resor (Polres), Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), dan Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) Kota Surakarta.
Seluruh stakeholder tersebut pada Rabu (27/7) mengunjungi dua pangkalan elpiji, lima warung, dan dua toko kelontong di Kecamatan Jebres dan Kecamatan Banjarsari di Kota Surakarta untuk memastikan elpiji3 kg disalurkan kepada masyarakat yang berhak.
“Kami berkomitmen penuh dalam hal pendistribusian sesuai dengan kuota dan regulasi yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Kuota ini yang harus kami jaga dengan berkoordinasi dan melibatkan pemerintah daerah dan kepolisian terhadap pendistribusian.
Apabila didapatkan ada pengoplosan dan tindak pidana penyalahgunaan LPG subsidi, maka menjadi ranah pidana yang dapat ditindak oleh kepolisian sesuai ketentuan yang berlaku," kata Brasto.
Pertamina juga mengimbau bagi masyarakat yang membutuhkan informasi lebih lengkap dimana lokasi agen dan pangkalan terdekat dapat menghubungi Pertamina Contact Center di 135 dengan menyertakan informasi kecamatan dan kelurahan domisili.
PIS telah menghadirkan energi dalam negeri, sejumlah stakeholder terkait juga telah berupaya untuk mengamankan agar pasokan terus ada dan tepat sasaran bagi yang subsidi dan harganya terjangkau bagi yang non-PSO.