Teten dorong bisnis pertanian modern melalui koperasi
Kamis, 16 Februari 2023 22:24 WIB
Menteri Koperasi UKM Tenten Masduki memberikan bantuan modal kepada petani di Kabupaten Magelang. ANTARA/Heru Suyitno
Magelang (ANTARA) - Menteri Koperasi UKM Teten Masduki mendorong para petani membangun bisnis model pertanian modern melalui koperasi untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.
Teten Masduki di Magelang, Kamis, mengatakan sistem pertanian di Indonesia berbeda dengan di Australia, Amerika, dan Eropa, di mana luas lahan bisa ratusan hektare.
"Kalau di Indonesia petani itu rata-rata cuma memiliki 0,3 hektare per orang, jadi dalam sistem pertanian yang kecil-kecil ini sulit untuk membangun ketahanan pangan, misalnya untuk kebutuhan suplai ke pasar baik kuantitas, kualitas, kontinuitas itu sangat sulit," katanya.
Ia menyampaikan hal tersebut pada Sarasehan dengan petani dan pengurus KSP AMAJ di Janji Hati Coffe and Kitchen Nepal Van Java Kabupaten Magelang.
Lebih lanjut, Teten mengatakan dengan kondisi tersebut petani kurang produktif dan kurang efisien.
"Hal ini yang mau kita tiru bagaimana corporate farming seperti di Australia, New zeland, tetapi bukan dimiliki oleh satu orang. Kita lewat koperasi nanti korporatisasi petaninya dikonsolidasi, petani gabung dalam koperasi sehingga skala ekonominya dapat," katanya.
Ia menuturkan di kawasan Nepal Van Java ini ada 400 hektare milik ratusan petani, sudah cukuplah.
"Kami di Lampung bikin model yang sama 400 hektare melibatkan 600 orang untuk satu produk, yaitu pisang. Pisang yang di Singapura itu pasti dari koperasi petani pisang di Lampung," katanya.
Menurut dia, dengan model ini, para petani yang tergabung dalam koperasi itu bagaimana fokus mengurus tanamannya supaya bisa produktif, tidak usah pusing nanti mau menjual hasil panen ke mana.
"Menjual itu urusan off taker, jadi nanti koperasi sebagai agregator produk, koperasi bisa kerja sama dengan perusda atau langsung ke pasar," katanya.
Ia menyampaikan model seperti ini sudah dirintis di Ciwidey Bandung, ada 1.200an petani. Sekarang produk mereka sudah masuk ke jaringan pasar modern.
"Jadi kami mau bersama-sama membangun sistem pertanian yang terencana, apa yang ditanam petani varietas tanamannya, produknya, juga volumenya itu sesuai dengan apa yang diminta oleh pasar," katanya.
Dengan demikian, katanya nanti tidak ada lagi isu kelebihan suplai sehingga harga jatuh.
Teten Masduki di Magelang, Kamis, mengatakan sistem pertanian di Indonesia berbeda dengan di Australia, Amerika, dan Eropa, di mana luas lahan bisa ratusan hektare.
"Kalau di Indonesia petani itu rata-rata cuma memiliki 0,3 hektare per orang, jadi dalam sistem pertanian yang kecil-kecil ini sulit untuk membangun ketahanan pangan, misalnya untuk kebutuhan suplai ke pasar baik kuantitas, kualitas, kontinuitas itu sangat sulit," katanya.
Ia menyampaikan hal tersebut pada Sarasehan dengan petani dan pengurus KSP AMAJ di Janji Hati Coffe and Kitchen Nepal Van Java Kabupaten Magelang.
Lebih lanjut, Teten mengatakan dengan kondisi tersebut petani kurang produktif dan kurang efisien.
"Hal ini yang mau kita tiru bagaimana corporate farming seperti di Australia, New zeland, tetapi bukan dimiliki oleh satu orang. Kita lewat koperasi nanti korporatisasi petaninya dikonsolidasi, petani gabung dalam koperasi sehingga skala ekonominya dapat," katanya.
Ia menuturkan di kawasan Nepal Van Java ini ada 400 hektare milik ratusan petani, sudah cukuplah.
"Kami di Lampung bikin model yang sama 400 hektare melibatkan 600 orang untuk satu produk, yaitu pisang. Pisang yang di Singapura itu pasti dari koperasi petani pisang di Lampung," katanya.
Menurut dia, dengan model ini, para petani yang tergabung dalam koperasi itu bagaimana fokus mengurus tanamannya supaya bisa produktif, tidak usah pusing nanti mau menjual hasil panen ke mana.
"Menjual itu urusan off taker, jadi nanti koperasi sebagai agregator produk, koperasi bisa kerja sama dengan perusda atau langsung ke pasar," katanya.
Ia menyampaikan model seperti ini sudah dirintis di Ciwidey Bandung, ada 1.200an petani. Sekarang produk mereka sudah masuk ke jaringan pasar modern.
"Jadi kami mau bersama-sama membangun sistem pertanian yang terencana, apa yang ditanam petani varietas tanamannya, produknya, juga volumenya itu sesuai dengan apa yang diminta oleh pasar," katanya.
Dengan demikian, katanya nanti tidak ada lagi isu kelebihan suplai sehingga harga jatuh.
Pewarta : Heru Suyitno
Editor : Teguh Imam Wibowo
Copyright © ANTARA 2024