Polres Blitar tangkap ibu dan anak terlibat perdagangan orang
Rabu, 21 Juni 2023 15:03 WIB
Polres Blitar Kota saat gelar perkara kasus dugaan kasus perdagangan orang di Blitar, Jawa Timur, Rabu (21/6/2023). ANTARA/ HO-Polres Blitar Kota
Blitar (ANTARA) - Aparat Kepolisian Resor Blitar Kota, Jawa Timur, menangkap ibu dan anak karena terlibat dalam dugaan kasus perdagangan orang yang korbannya akan dikirim ke luar negeri.
Kapolres Blitar Kota AKBP Argowiyono mengemukakan pelaku yang ditangkap itu adalah ESP dan NA. Keduanya warga Desa Begelenan, Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar. Kasus itu terungkap berkat laporan dari korban yang berinisial SL (34), warga Kelurahan Ranomuut, Kecamatan Paal Dua, Kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara.
"Dua pelaku kasus tindak pidana perdagangan orang kami amankan dan satu korban. Pelaku adalah ESP dan NA. Untuk ESP bertugas sebagai tim pelaksana di lapangan menawarkan jasa dari Facebook kemudian promosi, dan NA bertugas wawancara kepada korban," paparnya di Blitar, Rabu.
Ia menjelaskan, tersangka ESP menawarkan kepada korban bahwa bisa mengirimkan atau membantu orang untuk bekerja di Singapura. Nantinya, akan dipekerjakan sebagai perawat bayi, perawat orang tua atau sebagai pengurus rumah tangga (IRT) dengan cara melalui PL (Pekerja Lapangan) juga lewat promosi.
Dalam aksinya, ESP menjelaskan kepada korban bahwa bisa segera memberangkatkan ke Singapura untuk bekerja karena telah memiliki ikatan kerja sama dengan agensi yang ada di sana yaitu Maidcity Agency dan Iconex.
Pelaku memberi iming-iming biaya di tanggung pelaku terlebih dahulu hingga bekerja di Singapura. Biaya tersebut akan di kembalikan oleh korban kepada tersangka dengan cara potong gaji selama enam bulan dengan besaran kurang lebih Rp5.000.000 sampai dengan Rp6.000.000.
Pelaku juga telah menyiapkan penampungan selama belum berangkat ke Singapura yaitu di rumah tersangka dengan jaminan mendapatkan makan, dan pelatihan kerja maupun pelatihan bahasa asing.
Selain menangkap dua orang yang statusnya sebagai ibu dan anak tersebut, polisi juga berhasil mengamankan sejumlah barang bukti seperti KTP, kartu vaksin, KK, ijazah SD, salinan akta kelahiran, yang semuanya milik korban.
Polisi menahan pelaku, karena dugaan melanggar Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang atau Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2017 tentang Perlindungan Pekerja Migran Indonesia.
Sementara itu, SL, yang merupakan korban mengaku sudah berada di rumah ESP sejak Senin, 5 Jun 2023. Selama di rumah tersebut, dirinya dilarang ke luar rumah. Bahkan, setiap malam seluruh pintu rumah selalu dikunci dan kuncinya disimpan oleh ESP.
Ia pun mengaku dijatah makan dua kali sehari yaitu pada siang dan malam. Namun, makan itu diberi, tanpa boleh mengambil sendiri.
Selama di rumah tersebut, SL juga mengaku dirinya sering di suruh bersih-bersih rumah serta hanya sedikit diajari Bahasa Inggris.
"Saya tahunya dari teman, karena mau berangkat ke Singapura. Saya selama itu di rumah, di kamar saja, tidak boleh ke luar rumah," ungkap SL.
Selama di rumah penampungan itu, ia mengaku tidak pernah ada kekerasan fisik. Namun, ia sempat ingin pulang, karena tidak betah dan justru dimintai uang Rp5.000.000, dengan alasan sudah proses.
Sementara itu, hingga kini, dua pelaku yang merupakan ibu dan anak masih ditahan di Mapolres Blitar Kota.
Baca juga: Polres Jepara ungkapPolres Jepara ungkap kasus TPPO
Kapolres Blitar Kota AKBP Argowiyono mengemukakan pelaku yang ditangkap itu adalah ESP dan NA. Keduanya warga Desa Begelenan, Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar. Kasus itu terungkap berkat laporan dari korban yang berinisial SL (34), warga Kelurahan Ranomuut, Kecamatan Paal Dua, Kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara.
"Dua pelaku kasus tindak pidana perdagangan orang kami amankan dan satu korban. Pelaku adalah ESP dan NA. Untuk ESP bertugas sebagai tim pelaksana di lapangan menawarkan jasa dari Facebook kemudian promosi, dan NA bertugas wawancara kepada korban," paparnya di Blitar, Rabu.
Ia menjelaskan, tersangka ESP menawarkan kepada korban bahwa bisa mengirimkan atau membantu orang untuk bekerja di Singapura. Nantinya, akan dipekerjakan sebagai perawat bayi, perawat orang tua atau sebagai pengurus rumah tangga (IRT) dengan cara melalui PL (Pekerja Lapangan) juga lewat promosi.
Dalam aksinya, ESP menjelaskan kepada korban bahwa bisa segera memberangkatkan ke Singapura untuk bekerja karena telah memiliki ikatan kerja sama dengan agensi yang ada di sana yaitu Maidcity Agency dan Iconex.
Pelaku memberi iming-iming biaya di tanggung pelaku terlebih dahulu hingga bekerja di Singapura. Biaya tersebut akan di kembalikan oleh korban kepada tersangka dengan cara potong gaji selama enam bulan dengan besaran kurang lebih Rp5.000.000 sampai dengan Rp6.000.000.
Pelaku juga telah menyiapkan penampungan selama belum berangkat ke Singapura yaitu di rumah tersangka dengan jaminan mendapatkan makan, dan pelatihan kerja maupun pelatihan bahasa asing.
Selain menangkap dua orang yang statusnya sebagai ibu dan anak tersebut, polisi juga berhasil mengamankan sejumlah barang bukti seperti KTP, kartu vaksin, KK, ijazah SD, salinan akta kelahiran, yang semuanya milik korban.
Polisi menahan pelaku, karena dugaan melanggar Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang atau Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2017 tentang Perlindungan Pekerja Migran Indonesia.
Sementara itu, SL, yang merupakan korban mengaku sudah berada di rumah ESP sejak Senin, 5 Jun 2023. Selama di rumah tersebut, dirinya dilarang ke luar rumah. Bahkan, setiap malam seluruh pintu rumah selalu dikunci dan kuncinya disimpan oleh ESP.
Ia pun mengaku dijatah makan dua kali sehari yaitu pada siang dan malam. Namun, makan itu diberi, tanpa boleh mengambil sendiri.
Selama di rumah tersebut, SL juga mengaku dirinya sering di suruh bersih-bersih rumah serta hanya sedikit diajari Bahasa Inggris.
"Saya tahunya dari teman, karena mau berangkat ke Singapura. Saya selama itu di rumah, di kamar saja, tidak boleh ke luar rumah," ungkap SL.
Selama di rumah penampungan itu, ia mengaku tidak pernah ada kekerasan fisik. Namun, ia sempat ingin pulang, karena tidak betah dan justru dimintai uang Rp5.000.000, dengan alasan sudah proses.
Sementara itu, hingga kini, dua pelaku yang merupakan ibu dan anak masih ditahan di Mapolres Blitar Kota.
Baca juga: Polres Jepara ungkapPolres Jepara ungkap kasus TPPO
Pewarta : Asmaul Chusna
Editor : Edhy Susilo
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Kos-kosan di Kelurahan Mewek Purbalingga jadi lokasi prostitusi daring, polisi tangkap dua orang
13 November 2024 15:16 WIB