Bangun kios di Pasar Hewan Jelok, Pemkab Boyolali siapkan Rp9,7 miliar
Jumat, 30 Juni 2023 22:28 WIB
Lokasi pembangunan pengembangan kios pedagang di Pasar Hewan Jelok Cepogo, Boyolali, Kamis (29/6)/2023). ANTARA/Bambang Dwi Marwoto.
Boyolali (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Boyolali telah menyiapkan anggaran Rp9,7 miliar untuk pembangunan ratusan kios baru pengembangan di Pasar Hewan Jelok Cepogo untuk menampung pedagang lama di Pasar Hewan Sunggingan yang belum direlokasi.
Kepala Bidang Infrastruktur, Pembinaan dan Penataan Pedagang, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Diadagperin) Boyolali Aris Sulistyanto di Boyolali, Jumat, mengatakan pengerjaan dan penataan Pasar Hewan Jelok Cepogo berlanjut.
Penataan berfokus pada pembuatan los baru dan menutup jalan tikus. Selain itu, Disdagperin menargetkan penyelesaian proses relokasi pedagang lama dari Sunggingan, Boyolali Kota yang belum memiliki los di pasar baru.
Pihaknya menganggarkan dari APBD Boyolali senilai Rp9,7 miliar. Jadi dibangunkan los, ada sekitar 600 los untuk pedagang lama. Skala prioritas di Pasar Hewan Sunggingan yang pindah ke Jelok itu, diprioritaskan yang pedagang ternak sapi saja. Sedangkan, untuk pedagang yang selain ternak sapi dan kambing belum ada losnya.
Dia menyampaikan para pedagang non ternak belum disediakan los. Sehingga, mereka membuat bedeng-bedeng tempat berjualan secara mandiri. Rata-rata, kios yang di tempati terbuat dari kayu. Lokasinya menyebar di tengah-tengah pasar sapi ataupun di sisi selatan yang didirikan di atas selokan.
Hal tersebut membuat kondisi pasar hewan menjadi kumuh dan tidak tertata. Selain itu, ada juga pedagang baru yang berjualan di pasar baru. Sehingga, pedagang lama masih menunggu penempatan los baru.
Menurut dia, konsep satu pintu masuk itu, untuk menghindari kecurangan retribusi. Pihaknya belajar dari Pasar Hewan Sunggingan sebelum ada relokasi. Saat itu, banyak akses masuk ke pasar. Hal tersebut membuat kecolongan retribusi masuk dan berimbas pada pendapatan asli daerah (PAD) melayang. Petugas pungut retribusi tidak bisa memungut sapi masuk dan keluar. Lantaran banyak jalan tikus.
Selain itu, juga kesulitan ketika ada wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) serta lumpy skin diseases (LSD). Dinas tidak bisa melakukan penanganan maksimal lantaran pintu masuk ke pasar ada dibeberapa titik melalui jalan tikus. Sedangkan, penyebaran virus paling cepat terjadi di pasar. Padahal pihaknya bekerja sama dengan Dinas Peternakan (Disnakan) dengan penyiapkan biosecurity. Seperti sprayer disinfektan dan lainnya.
Sementara itu, Kepala Disperindag Boyolali Darmadi mengatakan telah menganggarkan untuk rehabilitasi sejumlah pasar. Salah satunya, rehabilitasi lanjutan di Pasar Hewan Jelok, Cepogo. Dinas menganggarkan Rp9,7 miliar untuk rehabilitasi lanjutan pada 2023. Dinas menganggarkan dari anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD).
"Pasar Hewan Jelok memang rehabilitasi lanjutan. Anggarannya memang paling besar, karena tambahan-tambahan lagi, sehingga ada los dan kios. Jadi anggarannya besar. Tahun ini, semua kalau Pasar Jelok sudah berproses pengerjaan. Targetnya sebelum November tahun ini, sudah selesai," ucapnya.
Kepala Bidang Infrastruktur, Pembinaan dan Penataan Pedagang, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Diadagperin) Boyolali Aris Sulistyanto di Boyolali, Jumat, mengatakan pengerjaan dan penataan Pasar Hewan Jelok Cepogo berlanjut.
Penataan berfokus pada pembuatan los baru dan menutup jalan tikus. Selain itu, Disdagperin menargetkan penyelesaian proses relokasi pedagang lama dari Sunggingan, Boyolali Kota yang belum memiliki los di pasar baru.
Pihaknya menganggarkan dari APBD Boyolali senilai Rp9,7 miliar. Jadi dibangunkan los, ada sekitar 600 los untuk pedagang lama. Skala prioritas di Pasar Hewan Sunggingan yang pindah ke Jelok itu, diprioritaskan yang pedagang ternak sapi saja. Sedangkan, untuk pedagang yang selain ternak sapi dan kambing belum ada losnya.
Dia menyampaikan para pedagang non ternak belum disediakan los. Sehingga, mereka membuat bedeng-bedeng tempat berjualan secara mandiri. Rata-rata, kios yang di tempati terbuat dari kayu. Lokasinya menyebar di tengah-tengah pasar sapi ataupun di sisi selatan yang didirikan di atas selokan.
Hal tersebut membuat kondisi pasar hewan menjadi kumuh dan tidak tertata. Selain itu, ada juga pedagang baru yang berjualan di pasar baru. Sehingga, pedagang lama masih menunggu penempatan los baru.
Menurut dia, konsep satu pintu masuk itu, untuk menghindari kecurangan retribusi. Pihaknya belajar dari Pasar Hewan Sunggingan sebelum ada relokasi. Saat itu, banyak akses masuk ke pasar. Hal tersebut membuat kecolongan retribusi masuk dan berimbas pada pendapatan asli daerah (PAD) melayang. Petugas pungut retribusi tidak bisa memungut sapi masuk dan keluar. Lantaran banyak jalan tikus.
Selain itu, juga kesulitan ketika ada wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) serta lumpy skin diseases (LSD). Dinas tidak bisa melakukan penanganan maksimal lantaran pintu masuk ke pasar ada dibeberapa titik melalui jalan tikus. Sedangkan, penyebaran virus paling cepat terjadi di pasar. Padahal pihaknya bekerja sama dengan Dinas Peternakan (Disnakan) dengan penyiapkan biosecurity. Seperti sprayer disinfektan dan lainnya.
Sementara itu, Kepala Disperindag Boyolali Darmadi mengatakan telah menganggarkan untuk rehabilitasi sejumlah pasar. Salah satunya, rehabilitasi lanjutan di Pasar Hewan Jelok, Cepogo. Dinas menganggarkan Rp9,7 miliar untuk rehabilitasi lanjutan pada 2023. Dinas menganggarkan dari anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD).
"Pasar Hewan Jelok memang rehabilitasi lanjutan. Anggarannya memang paling besar, karena tambahan-tambahan lagi, sehingga ada los dan kios. Jadi anggarannya besar. Tahun ini, semua kalau Pasar Jelok sudah berproses pengerjaan. Targetnya sebelum November tahun ini, sudah selesai," ucapnya.
Pewarta : Bambang Dwi Marwoto
Editor : Teguh Imam Wibowo
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Terpopuler - Bisnis
Lihat Juga
Hashim Djojohadikusumo pikat pendanaan hijau EUR 1,2 miliar untuk sektor kelistrikan
14 November 2024 21:08 WIB