Semarang (ANTARA) - PT Patra Jasa melalui unit bisnisnya Patra Semarang Hotel & Convention mengajak warga sekitar untuk mengubah sampah menjadi kerajinan tangan yang masuk dalam Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL).

Untuk mengubah sampah menjadi kerajinan tangan tersebut, Patra Jasa menggandeng pelaku UMKM dari Deqipas untuk memberikan pelatihan kepada warga bagaimana memanfaatkan sampah botol bekas, kardus, dan koran bekas menjadi karya yang bernilai.

Tidak hanya pelatihan, PT Patra Jasa juga memberikan bantuan satu unit mesin press, satu unit gerinda, dan membangun Gudang sampah.  

Bantuan tersebut diserahkan General Manager Patra Semarang Hotel & Convention Endang Lestari Ningsih dan diterimakan kepada Ketua RT 04, RT 07 & RW 01, Kelurahan Wonotingal, di Hotel Patra Jasa Semarang, Rabu (13/9).

"TJSL ini merupakan program rutin tahunan yang dilaksanakan oleh PT Patra Jasa melalui unit bisnisnya dengan tema yang berbeda di tiap tahunnya. Melihat pentingnya menjaga kebersihan serta keindahan di lingkungan sekitar hotel, kami turut serta mendukung program pemerintah dalam peningkatan ekonomi kreatif," kata Endang.

Endang menilai dengan TJSL mengubah sampah menjadi kerajinan tangan juga memiliki nilai ekonomis, karena Patra Jasa juga memiliki ruang bagi para pelaku UMKM untuk memasarkan hasil kerajinan tangannya di lobi hotel.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Semarang Suranggono menyambut baik program TJSL yang dilaksanakan oleh Patra Semarang Hotel & Convention tersebut karena membantu Pemerintah Kota Semarang dalam mewujudkan Kota Semarang sebagai kota yang bersih dan meningkatkan ekonomi kreatif, sehingga masyarakat lebih mandiri dan tingkat kesejahteraan ekonomi mengalami peningkatan.

"Tanjung jawab sosial dan lingkungan Patra Jasa ini bagus dan harapannya masyarakat juga antusias mengikuti pelatihan mengubah sampah jadi kerajinan tangan," katanya.

Dalam kesempatan tersebut, sejumlah warga mengaku senang mendapatkan pelatihan dari Patra Jasa karena ada banyak ilmu yang ia peroleh selama pelatihan.

"Awalnya susah dan pusing buatnya, tetapi setelah diajari bisa juga. Bisa untuk mengisi waktu luang karena suami kerja dan anak-anak sekolah," kata Sri Sulastri.