Purwokerto (ANTARA) - Badan Pusat Statistik Republik Indonesia (BPS RI) mengharapkan data hasil Sensus Pertanian 2023 (ST2023) dapat dimanfaatkan untuk membantu pemerintah daerah dalam menyusun rencana pembangunan.

"Kami mengucapkan terima kasih kepada teman-teman BPS, kepada masyarakat, kepada pemda, dan tentunya kepada media massa yang kemarin sudah mengawal pendataan Sensus Pertanian, yang pada saat ini kita bersama-sama untuk dikoordinasikan bagaimana data tersebut dioptimalkan untuk membantu pemerintah daerah dalam rangka tadi, penyusunan perencanaan pembangunan," kata Deputi Bidang Statistik Sosial BPS RI Ateng Hartono seusai pembukaan Rapat Koordinasi Daerah (Rakorda) BPS Provinsi Jawa Tengah di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Selasa.

Selain itu, kata dia, melalui rakorda tersebut Tim BPS Provinsi Jawa Tengah tentunya berkolaborasi dengan BPS kabupaten/kota terkait dengan bagaimana menguatkan atau mengevaluasi pekerjaan yang sudah dilakukan dan merencanakan pekerjaan pada tahun depan.



Menurut dia, hal itu disebabkan BPS pada tahun 2024 sudah mempunyai banyak pekerjaan yang menanti.

"Pada saat ini juga kami sedang pelatihan untuk teman-teman terkait survei inklusi keuangan bekerja sama dengan OJK (Otoritas Jasa Keuangan)," katanya.

Selanjutnya pada tahun 2024, kata dia, BPS akan menggelar Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) dan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas).

Ia mengatakan data yang dihasilkan dua survei tersebut diperlukan dua-duanya karena Sakernas untuk mengetahui data pengangguran, sedangkan Susenas untuk data kemiskinan.

"Itu semua di awal tahun dan ini harus dikolaborasikan, dikoordinasikan pada acara ini. Saya berharap juga data Sensus Pertanian yang tadi sudah sampaikan, bisa untuk optimalkan untuk perencanaan pembangunan," katanya menegaskan.

Mengenai data hasil ST2023, Ateng mengatakan pertanian secara luas meliputi tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan.

Ia mempersilakan data tersebut dilihat untuk mengetahui mana potensi yang besar di wilayah Jawa Tengah.

"Apakah tanaman pangannya, apakah di hortikulturanya. Kemudian setelah mencermati itu, komoditas apa yang tadi banyak diusahakan oleh masyarakat," katanya menjelaskan.



Ia mengatakan data yang bisa dicermati lagi adalah petaninya pada posisi usia berapa dan kelompok usianya karena itu penting sekali dalam rangka bagaimana untuk regenerasi.

Akan tetapi yang paling penting, kata dia, saat sekarang ada perubahan teknologi, yakni bagaimana modernisasi pertanian dengan penggunaan teknologi, baik pemasaran secara daring maupun menggunakan teknologi pertanian untuk meningkatkan produktivitasnya.

"Itu semuanya silakan dibedah dari data hasil Sensus Pertanian kita," kata Ateng.

Baca juga: Unit usaha pertanian perorangan di Jateng turun 13,25 persen