Ruwat Rawat Borobudur hibahkan seribu buku
Minggu, 21 Januari 2024 16:07 WIB
Penggagas Ruwat Rawat Borobudur Sucoro menyerahkan buku kepada General Manager Unit Borobudur PT Taman Wisata Candi Borobudur Prambanan dan Ratu Boko (TWC) Jamaludin Mawardi. ANTARA/Heru Suyitno
Magelang (ANTARA) - Kegiatan Ruwat Rawat Borobudur hibahkan 1.000 buku dalam mengawali peluncuran "Ruwat Rawat Borobudur ke-22 tahun 2024" di halaman Candi Borobudur sisi barat.
Penggagas Ruwat Rawat Borobudur Sucoro di Magelang, Jawa Tengah, Minggu, menyampaikan pihaknya membagikan 1.000 buku ke sejumlah perpustakaan dalam rangka kegiatan Ruwat Rawat Borobudur ke-22.
Sebanyak delapan buku yang dibagikan tersebut berjudul Dari Luar Pagar Taman Borobudur, Bumi Karma Borobudur, Harmoni Kehidupan dalam Ruwt Rawat Borobudur, Imajinasi Peradaban Borobudur dari Masa ke Masa, Sinau Maca Kahanan, Ajar Kanthi Nalar, Pustaka Aksara Borobudur, dan Pesan Alam Dalam Bumi Karma Borobudur.
Ia menyampaikan kegiatan Ruwat Rawat Borobudur dimulai pada 21 Januari 2024 sampai 30 September 2024.
Sucoro menyampaikan pada tahun-tahun sebelumnya dalam kegiatan ini selalu membagikan sayuran kepada masyarakat. Tahun ini agak sedikit berbeda, karena selama 22 tahun itu pihaknya mencatat banyak peristiwa yang terjadi, terutama dengan perubahan-perubahan pengelolaan Candi Borobudur.
"Alhamdulillah semua perubahan itu kami catat, semoga perubahan-perubahan itu menginspirasi, tentunya pada pengambil kebijakan pengelolaan Borobudur," katanya.
Dia mencoba membuat buku dan dibagikan ke sejumlah perpustakaan dengan harapan menginspirasi pada generasi muda untuk peduli pada pelestarian Candi Borobudur.
Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah 10, Manggar Sariayuati menyampaikan selamat atas terlaksananya Ruwat Rawat Borobudur ke-22.
"Jadi ini pencapaian yang luar biasa, perjalanan panjang membuktikan konsistensi dari teman-teman ini untuk melakukan kegiatan dimana ruwat rawat ini merupakan suatu upaya untuk pelestarian Candi Borobudur dari segi spiritual, dari segi budaya," katanya.
Kegiatan itu merupakan upaya kolaborasi antara pemerintah dengan masyarakat dalam pelestarian, tidak hanya fisik candi Borobudur.
"Sebenarnya kita itu melestarikan fisik candinya untuk melestarikan nilai-nilai di dalamnya. Jadi masyarakat di sini berhak untuk menginterpretasi budaya-budaya yang ada di sekitar Borobudur, kemudian mengapresiasi Candi Borobudur ini berdasarkan kebudayaan yang saat ini berkembang di sekitar sini," katanya.
Penggagas Ruwat Rawat Borobudur Sucoro di Magelang, Jawa Tengah, Minggu, menyampaikan pihaknya membagikan 1.000 buku ke sejumlah perpustakaan dalam rangka kegiatan Ruwat Rawat Borobudur ke-22.
Sebanyak delapan buku yang dibagikan tersebut berjudul Dari Luar Pagar Taman Borobudur, Bumi Karma Borobudur, Harmoni Kehidupan dalam Ruwt Rawat Borobudur, Imajinasi Peradaban Borobudur dari Masa ke Masa, Sinau Maca Kahanan, Ajar Kanthi Nalar, Pustaka Aksara Borobudur, dan Pesan Alam Dalam Bumi Karma Borobudur.
Ia menyampaikan kegiatan Ruwat Rawat Borobudur dimulai pada 21 Januari 2024 sampai 30 September 2024.
Sucoro menyampaikan pada tahun-tahun sebelumnya dalam kegiatan ini selalu membagikan sayuran kepada masyarakat. Tahun ini agak sedikit berbeda, karena selama 22 tahun itu pihaknya mencatat banyak peristiwa yang terjadi, terutama dengan perubahan-perubahan pengelolaan Candi Borobudur.
"Alhamdulillah semua perubahan itu kami catat, semoga perubahan-perubahan itu menginspirasi, tentunya pada pengambil kebijakan pengelolaan Borobudur," katanya.
Dia mencoba membuat buku dan dibagikan ke sejumlah perpustakaan dengan harapan menginspirasi pada generasi muda untuk peduli pada pelestarian Candi Borobudur.
Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah 10, Manggar Sariayuati menyampaikan selamat atas terlaksananya Ruwat Rawat Borobudur ke-22.
"Jadi ini pencapaian yang luar biasa, perjalanan panjang membuktikan konsistensi dari teman-teman ini untuk melakukan kegiatan dimana ruwat rawat ini merupakan suatu upaya untuk pelestarian Candi Borobudur dari segi spiritual, dari segi budaya," katanya.
Kegiatan itu merupakan upaya kolaborasi antara pemerintah dengan masyarakat dalam pelestarian, tidak hanya fisik candi Borobudur.
"Sebenarnya kita itu melestarikan fisik candinya untuk melestarikan nilai-nilai di dalamnya. Jadi masyarakat di sini berhak untuk menginterpretasi budaya-budaya yang ada di sekitar Borobudur, kemudian mengapresiasi Candi Borobudur ini berdasarkan kebudayaan yang saat ini berkembang di sekitar sini," katanya.
Pewarta : Heru Suyitno
Editor : Teguh Imam Wibowo
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Terpopuler - Unik
Lihat Juga
Hari Sumpah Pemuda, Keraton Surakarta bentangkan bendera sepanjang seribu meter
28 October 2024 12:47 WIB
Generasi muda di Semarang dilibatkan dalam implementasikan program makan siang bergizi
18 October 2024 20:22 WIB