Kantor Kejari Boyolali meriah oleh mural anti korupsi
Boyolali (ANTARA) - Persatuan Jaksa (Persaja) Boyolali memperingati Hari Antikorupsi Sedunia yang jatuh pada tanggal 9 Desember lewat lomba mural.
"Persaja Boyolali berkolaborasi dengan Mural Ceria dan Mowilex melaksanakan lomba Mural Ceria dalam rangka memperingati Hari Antikorupsi Sedunia yang jatuh tanggal 9 Desember," kata Kepala Kejaksaan Negeri Boyolali Tri Anggoro Mukti di sela lomba mural di Boyolali, Jawa Tengah, Sabtu.
Ia mengatakan tujuan dari kegiatan tersebut agar masyarakat dari seluruh kalangan menganggap pentingnya bahaya korupsi.
"Harapannya pesan antikorupsi ini bisa tersampaikan pada khalayak ramai khususnya masyarakat Boyolali," katanya.
Selain itu, melalui kegiatan tersebut pihaknya juga ingin memperkenalkan Kantor Kejaksaan Negeri Boyolali kepada masyarakat.
"Kami ingin mengenalkan bahwa Kantor Kejaksaan Negeri Boyolali dapat diakses semua masyarakat. Mungkin selama ini kalau ada yang menganggap angker masuk ke instansi pemerintah khususnya aparat penegak hukum, kami ingin menghilangkan kesan itu," katanya.
Ia mengatakan langkah tersebut sesuai dengan perintah Jaksa Agung ST Burhanuddin untuk menekankan penegakan hukum tajam ke atas humanis ke bawah.
"Itu yang selalu ingin kami sampaikan bahwa kami selalu dekat dengan masyarakat Boyolali. Kalau ada persoalan hukum dapat berkonsultasi dengan kami," katanya.
Terkait dengan lomba mural, dikatakannya, awalnya ada sebanyak 129 peserta yang memasukkan desain karyanya melalui daring. Selanjutnya, pihaknya melakukan seleksi menjadi sepuluh besar.
"Kemudian terseleksi lagi jadi lima besar dan kami aplikasikan di dinding Kantor Kejari Boyolali, kesan angker makin hilang, masyarakat jadi lebih terbuka," katanya.
Salah satu finalis dari Young Surakarta Ilham Nur Fatoni mengatakan desain mural antikorupsi yang diusungnya menggambarkan seorang anak yang membawa seekor tikus.
"Tikus itu kan simbol kerakusan. Selain itu juga ada aksen padi dan emas yang menggambarkan Indonesia adalah lumbung padi, punya sumber daya alam yang banyak. Kalau terus dikorupsi, generasi yang akan datang mau makan apa. Jadi anak ini kami gambarkan berburu tikus di lumbung padi," katanya.
Sedangkan aksen Garuda menggambarkan Pancasila.
"Pancasila harus selalu diingat, di situ ada nilai-nilai yang harus dipegang oleh masyarakat," katanya.
Ia berharap kegiatan serupa bisa dicontoh oleh instansi lain maupun instansi yang sama di daerah lain.
"Perlu kayak gini yang konsisten, dari kota lain bisa mencontoh. Melawan korupsi dengan mural, lebih ke mengenai generasi yang akan datang harus diingatkan, korupsi itu dampaknya nggak hanya hari ini tapi ke depan," katanya.
Pewarta : Aris Wasita
Editor:
Teguh Imam Wibowo
COPYRIGHT © ANTARA 2024