Purwokerto (ANTARA) - Ahli mikrobiologi klinik dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto Nia Krisniawati mengatakan masyarakat harus diberi pemahaman mengenai konsep penyakit X yang beberapa waktu terakhir muncul dalam berbagai pemberitaan.

"Masyarakat harus paham konsep disease (penyakit)  X itu apa. Itu bukan sedang terjadi, tetapi merupakan persiapan kita menghadapi pandemi yang lebih hebat dari COVID-19," kata Nia Krisniawati di Purwokerto, Jawa Tengah, Senin. 

Dengan demikian, kata dia, ketika pandemi yang tidak diketahui dan lebih hebat dari COVID-19 masyarakat sudah lebih siap untuk menghadapinya. Karena itu, masyarakat perlu diberi pemahaman mengenai konsep penyakit X agar jangan sampai salah mengartikannya.

"Itu bukan merupakan penyakit yang ada dan akan menyebar, tapi itu merupakan suatu konsep di mana kita ini melakukan persiapan, baik itu kesiapan global dari sumber dayanya, kemudian infrastrukturnya, rumah sakit, pengembangan penelitian, kemudian vaksin, dan lain-lain," katanya.

Oleh karena itu, lanjut dia, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) perlu menyosialisasikan konsep penyakit X tersebut secara masif kepada masyarakat.

"Kemenkes perlu menyosialisasikan karena bagi masyarakat yang enggak paham pasti akan berpikir virus apa lagi ini. Padahal disease X merupakan sebuah konsep saja, bagaimana caranya kita menghadapi pandemi berikutnya kalau seandainya ada virus yang lebih hebat dari SARS-CoV-2 (COVID-19)," katanya. 

Lebih lanjut Nia mengatakan penyakit X hanyalah sebuah konsep yang sudah dibicarakan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan hingga saat ini patogen penyebabnya belum diketahui.

Dalam pembicaraan WHO yang sudah muncul sejak tahun 2018 tersebut, kata dia, penyakit X semacam hipotetis, bukan hipotesis, terkait dengan cara menghadapi pandemi berikutnya.

"Kemarin 'kan kita sudah kena pandemi COVID-19 yang memang itu 'kan memang baru, belum pernah ada. Kemudian untuk penanganannya, penanggulangannya, bahkan vaksinnya itu 'kan memang saat itu kena, baru kita mengadakan R&D," katanya.

Ia menegaskan penyakit X tersebut diangkat oleh WHO sebenarnya sebagai langkah persiapan untuk menghadapi pandemi yang patogennya sama sekali belum diketahui.

Menurut dia, patogen yang potensial menyebabkan pandemi tersebut cukup banyak, sedangkan penelitian dan pengembangannya masih sedikit.

"Jadi enggak semuanya, contohnya kayak Ebola, kemudian Lassa Virus, Zika Virus,. Itu sudah ada, cuma research and development-nya itu 'kan memang masih dalam tahap pengembangan untuk vaksinnya dan lain-lain," kata dosen Fakultas Kedokteran Unsoed itu.

Oleh karena itu, kata dia, penyakit X dicetuskan untuk mencegah potensi pandemi di masa depan yang belum diketahui patogennya, sehingga perlu dilakukan berbagai persiapan seperti pengembangan vaksin, pengobatan, dan peningkatan kapasitas rumah sakit.

Bahkan, lanjut dia, penyakit X disebut-sebut bisa menyebabkan kematian hingga 20 kali lebih banyak dari COVID-19.

Terkait dengan hal itu, dia mengatakan penyakit X tersebut sudah dibahas dalam Forum G20 tahun 2023 dan telah melahirkan kerja sama internasional untuk melakukan penelitian serta pengembangan lintas negara.

"Kalau enggak salah, dana untuk wabah yang memang diperkirakan akan ada setelah COVID-19 itu memang sudah dipersiapkan dalam Forum G20," katanya.