Ruli Adi ingin membuat loncatan untuk memajukan Purbalingga
Kamis, 2 Mei 2024 17:09 WIB
R Ruli Adi ziarah di makam ayahandanya, RM Subagio Wiryasaputra. ANTARA/Dokumentasi Pribadi
Purbalingga (ANTARA) - Mantan Direktur Sumber Daya Manusia dan Penunjang Bisnis PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) R Ruli Adi ingin membuat loncatan untuk memajukan Kabupaten Purbalingga yang saat ini menempati peringkat keempat kabupaten termiskin di Jawa Tengah.
Ditemui di Purbalingga, Kamis, Ruli Adi mengatakan loncatan itu akan diwujudkan jika masyarakat dan partai politik yang ada di Purbalingga menghendaki dia menjadi bupati di tanah kelahirannya tersebut.
"Saya pada awalnya memang tidak punya niat sedikitpun untuk mencalonkan diri sebagai bupati karena bupati menurutnya adalah sebuah pengorbanan dan pengabdian dan saya masih punya banyak kesibukan di Jakarta," katanya.
Akan tetapi, dia mengaku hatinya merasa terpanggil setelah mendapatkan data bahwa Purbalingga merupakan kabupaten termiskin keempat di Jawa Tengah.
Dari kondisi yang memiriskan hatinya itu ditambah pengangguran di Purbalingga yang luar biasa terutama dari kalangan laki-laki, dia merasa terpanggil untuk tidak egois dan hanya mementingkan pribadinya dengan terus berkarya di Jakarta.
"Saya berniat mendarmabaktikan seluruh jiwa raga saya untuk mengabdi kepada masyarakat Purbalingga, untuk membuat loncatan, bukan hanya sekedar kemajuan," kata buyut langsung laki laki tertua dari Dipokusumo V yang lebih dikenal dengan sebutan Kanjeng Candiwulan yang merupakan bupati Purbalingga ketujuh itu.
Ia merasa kurang tepat jika Purbalingga dipimpin oleh sosok yang hanya bisa memajukan daerah itu karena dapat dipastikan akan tetap menempati urutan terbawah mengingat daerah lain pun ikut maju dan berkembang.
Dengan demikian, kata dia, tidak ada pilihan lain karena Purbalingga harus membuat sebuah loncatan.
"Oleh karena itu, secara pribadi saya berpendapat siapa pun pemimpin di Purbalingga itu wajib hukumnya mempunyai wawasan konektivitas, relasi di tingkat nasional. Kalau tidak, maka akan sangat sulit bisa memajukan Purbalingga," tegasnya.
Menurut dia, hal itu disebabkan pendapatan asli daerah (PAD) serta anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) Purbalingga relatif kecil untuk bisa membuat sebuah pertumbuhan yang signifikan.
Oleh karena itu, kata dia, Purbalingga harus dipimpin oleh orang yang mempunyai konektivitas atau relasi di level nasional untuk bersama-sama membuat sebuah loncatan yang ada di Purbalingga, siapapun dia.
"Guna mengatasi permasalahan utama di Purbalingga, yaitu lapangan pekerjaan yang sedikit dan otomatis menimbulkan banyaknya pengangguran, maka dalam bayangan saya ada empat program yang saya pikir bisa dilaksanakan," katanya.
Ia mengatakan keempat program itu terdiri atas meningkatkan PAD dengan mengoptimalisasi aset daerah, salah satunya Taman Usman Janatin bisa disewakan kepada pihak ketiga, khususnya badan usaha milik negara (BUMN).
Dalam hal ini, kata dia, pada lahan Taman Usman Janatin tersebut dapat dibangun sebuah mal yang besar seperti halnya Sarinah di Jakarta dengan mengalokasikan lantai 1 khusus untuk produk-produk usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) Purbalingga.
Dengan demikian, lanjut dia, masyarakat dari Kabupaten Wonosobo hingga Cilacap bisa datang ke Purbalingga yang berdampak terhadap peningkatan PAD, retribusi, uang sewa, dan membuka lapangan kerja untuk laki-laki maupun perempuan, tidak seperti sekarang ini bekerjanya di purbalingga tapi belanjanya di tempat lain.
"Program kedua, mengupayakan perpanjangan runway (landasan pacu, red.) Bandara Jenderal Besar Soedirman yang sekarang kalau tidak salah 1,7 kilometer menjadi 2,8 kilometer kira-kira seperti itu agar Boeing bisa masuk, sehingga Bandara Jenderal Besar Soedirman bisa dijadikan embarkasi haji maupun umrah untuk masyarakat dari Wonosobo sampai Cilacap," katanya.
Selain itu, kata dia, di Purbalingga juga harus ada kawasan industri seperti halnya Kawasan Industri Kendal yang di dalamnya terdapat berbagai industri yang mampu menyerap tenaga kerja laki-laki maupun perempuan.
Menurut Ruli yang pernah menjabat sebagai Direktur Utama Kawasan Industri Medan, pengelolaan Kawasan Industri Purbalingga itu nantinya akan melibatkan BUMN yang berpengalaman di bidangnya.
"Jadi menurut saya, tidak terlalu sulit untuk berkolaborasi soal itu," kata dia yang juga mantan Direktur Sumber Daya Manusia dan Umum PT Kereta Api Indonesia (Persero).
Lebih lanjut, dia mengatakan Purbalingga sebenarnya memiliki potensi wisata yang besar tetapi tidak memiliki sentra wisata.
Oleh karena itu, dia berencana menggandeng Perhutani untuk membuat sentra wisata di Desa Serang, Kecamatan Karangreja.
"Serang memiliki potensi wisata yang luar biasa, pemandangannya indah, dan sudah barang tentu hawanya sangat mendukung karena berada di kaki Gunung Slamet," katanya.
Selain menggandeng Perhutani, dia juga berencana bekerja sama dengan BUMN yang bergerak dalam bidang perhotelan untuk membangun hotel bintang lima dan lapangan golf di Serang.
Ia memiliki alasan tersendiri untuk membangun lapangan golf karena dengan adanya kawasan industri di Purbalingga, para investor maupun pengusaha akan melakukan pertemuan bisnis dengan berolahraga golf sembari berwisata di Serang.
Keberadaan hotel dan lapangan golf di Serang, kata dia, selain dapat meningkatkan PAD dan menyerap banyak tenaga kerja.
"Ditambah lagi kita harus mengeluarkan peraturan bupati yang mewajibkan investor atau pengusaha mengutamakan tenaga kerja lokal Purbalingga. Dengan demikian, permasalahan kronis yang dihadapi Purbalingga sekarang berupa pengangguran akibat kurangnya lapangan pekerjaan bisa teratasi," katanya.
Ia mengaku optimistis dengan berbekal pengalamanannya di berbagai BUMN, program-program tersebut dapat terwujud sehingga PAD Purbalingga dapat meningkat dan pengangguran akan berkurang.
"Namun tentunya semua itu jika masyarakat menghendaki saya menjadi bupati dan atas seizin Allah tentunya. Tapi kalau masyarakat dan parpol yang ada di Purbalingga tidak menghendaki ya sangat tidak masalah," kata Ruli dengan santainya.
Ditemui di Purbalingga, Kamis, Ruli Adi mengatakan loncatan itu akan diwujudkan jika masyarakat dan partai politik yang ada di Purbalingga menghendaki dia menjadi bupati di tanah kelahirannya tersebut.
"Saya pada awalnya memang tidak punya niat sedikitpun untuk mencalonkan diri sebagai bupati karena bupati menurutnya adalah sebuah pengorbanan dan pengabdian dan saya masih punya banyak kesibukan di Jakarta," katanya.
Akan tetapi, dia mengaku hatinya merasa terpanggil setelah mendapatkan data bahwa Purbalingga merupakan kabupaten termiskin keempat di Jawa Tengah.
Dari kondisi yang memiriskan hatinya itu ditambah pengangguran di Purbalingga yang luar biasa terutama dari kalangan laki-laki, dia merasa terpanggil untuk tidak egois dan hanya mementingkan pribadinya dengan terus berkarya di Jakarta.
"Saya berniat mendarmabaktikan seluruh jiwa raga saya untuk mengabdi kepada masyarakat Purbalingga, untuk membuat loncatan, bukan hanya sekedar kemajuan," kata buyut langsung laki laki tertua dari Dipokusumo V yang lebih dikenal dengan sebutan Kanjeng Candiwulan yang merupakan bupati Purbalingga ketujuh itu.
Ia merasa kurang tepat jika Purbalingga dipimpin oleh sosok yang hanya bisa memajukan daerah itu karena dapat dipastikan akan tetap menempati urutan terbawah mengingat daerah lain pun ikut maju dan berkembang.
Dengan demikian, kata dia, tidak ada pilihan lain karena Purbalingga harus membuat sebuah loncatan.
"Oleh karena itu, secara pribadi saya berpendapat siapa pun pemimpin di Purbalingga itu wajib hukumnya mempunyai wawasan konektivitas, relasi di tingkat nasional. Kalau tidak, maka akan sangat sulit bisa memajukan Purbalingga," tegasnya.
Menurut dia, hal itu disebabkan pendapatan asli daerah (PAD) serta anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) Purbalingga relatif kecil untuk bisa membuat sebuah pertumbuhan yang signifikan.
Oleh karena itu, kata dia, Purbalingga harus dipimpin oleh orang yang mempunyai konektivitas atau relasi di level nasional untuk bersama-sama membuat sebuah loncatan yang ada di Purbalingga, siapapun dia.
"Guna mengatasi permasalahan utama di Purbalingga, yaitu lapangan pekerjaan yang sedikit dan otomatis menimbulkan banyaknya pengangguran, maka dalam bayangan saya ada empat program yang saya pikir bisa dilaksanakan," katanya.
Ia mengatakan keempat program itu terdiri atas meningkatkan PAD dengan mengoptimalisasi aset daerah, salah satunya Taman Usman Janatin bisa disewakan kepada pihak ketiga, khususnya badan usaha milik negara (BUMN).
Dalam hal ini, kata dia, pada lahan Taman Usman Janatin tersebut dapat dibangun sebuah mal yang besar seperti halnya Sarinah di Jakarta dengan mengalokasikan lantai 1 khusus untuk produk-produk usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) Purbalingga.
Dengan demikian, lanjut dia, masyarakat dari Kabupaten Wonosobo hingga Cilacap bisa datang ke Purbalingga yang berdampak terhadap peningkatan PAD, retribusi, uang sewa, dan membuka lapangan kerja untuk laki-laki maupun perempuan, tidak seperti sekarang ini bekerjanya di purbalingga tapi belanjanya di tempat lain.
"Program kedua, mengupayakan perpanjangan runway (landasan pacu, red.) Bandara Jenderal Besar Soedirman yang sekarang kalau tidak salah 1,7 kilometer menjadi 2,8 kilometer kira-kira seperti itu agar Boeing bisa masuk, sehingga Bandara Jenderal Besar Soedirman bisa dijadikan embarkasi haji maupun umrah untuk masyarakat dari Wonosobo sampai Cilacap," katanya.
Selain itu, kata dia, di Purbalingga juga harus ada kawasan industri seperti halnya Kawasan Industri Kendal yang di dalamnya terdapat berbagai industri yang mampu menyerap tenaga kerja laki-laki maupun perempuan.
Menurut Ruli yang pernah menjabat sebagai Direktur Utama Kawasan Industri Medan, pengelolaan Kawasan Industri Purbalingga itu nantinya akan melibatkan BUMN yang berpengalaman di bidangnya.
"Jadi menurut saya, tidak terlalu sulit untuk berkolaborasi soal itu," kata dia yang juga mantan Direktur Sumber Daya Manusia dan Umum PT Kereta Api Indonesia (Persero).
Lebih lanjut, dia mengatakan Purbalingga sebenarnya memiliki potensi wisata yang besar tetapi tidak memiliki sentra wisata.
Oleh karena itu, dia berencana menggandeng Perhutani untuk membuat sentra wisata di Desa Serang, Kecamatan Karangreja.
"Serang memiliki potensi wisata yang luar biasa, pemandangannya indah, dan sudah barang tentu hawanya sangat mendukung karena berada di kaki Gunung Slamet," katanya.
Selain menggandeng Perhutani, dia juga berencana bekerja sama dengan BUMN yang bergerak dalam bidang perhotelan untuk membangun hotel bintang lima dan lapangan golf di Serang.
Ia memiliki alasan tersendiri untuk membangun lapangan golf karena dengan adanya kawasan industri di Purbalingga, para investor maupun pengusaha akan melakukan pertemuan bisnis dengan berolahraga golf sembari berwisata di Serang.
Keberadaan hotel dan lapangan golf di Serang, kata dia, selain dapat meningkatkan PAD dan menyerap banyak tenaga kerja.
"Ditambah lagi kita harus mengeluarkan peraturan bupati yang mewajibkan investor atau pengusaha mengutamakan tenaga kerja lokal Purbalingga. Dengan demikian, permasalahan kronis yang dihadapi Purbalingga sekarang berupa pengangguran akibat kurangnya lapangan pekerjaan bisa teratasi," katanya.
Ia mengaku optimistis dengan berbekal pengalamanannya di berbagai BUMN, program-program tersebut dapat terwujud sehingga PAD Purbalingga dapat meningkat dan pengangguran akan berkurang.
"Namun tentunya semua itu jika masyarakat menghendaki saya menjadi bupati dan atas seizin Allah tentunya. Tapi kalau masyarakat dan parpol yang ada di Purbalingga tidak menghendaki ya sangat tidak masalah," kata Ruli dengan santainya.
Pewarta : Sumarwoto
Editor : Edhy Susilo
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Buyut Bupati Ke-7 Purbalingga optimistis didukung 3 parpol di Pilkada Purbalingga
31 May 2024 3:42 WIB