Semarang (ANTARA) - Exchanger Kripto dari Malaysia berbasis syariah yang juga merupakan anak Usaha dari GreenPro (GPRO - Perusahaan terbuka di NASDAQ) GreenX Exchange melakukan silahturahmi dengan berkunjung ke Kantor Pengurus Wilayah Nahdatul Ulama (PWNU) Jawa Timur. Hadir dalam kunjungan tersebut Phillip Tam selaku CEO dan Sebastian Loke selaku Kepala Divisi Pengembangan Produk untuk GreenX. 

"NU adalah organisasi muslim terbesar di dunia dan GreenX merupakan exchanger kripto pertama berbasis syariah yang mendapatkan advisory dari ISRA Malaysia. Untuk bisa memasuki market Indonesia, GreenX tentu perlu mendengar pendapat dari para ahli di NU," kata Philip Tam. 

Turut hadir dari PWNU Jatim antara lain DR.Kyai Misbahul Munir; DR. Kyai Hasan Ubaid; Kyai Rosidi; Prof DR Haris; H. Hambali; serta beberapa jajaran lainnya. 

Dalam pertemuan tersebut GreenX Exchange juga membawa proyek token yang berbasis aset nyata dari Hongkong yang juga berbasis Syariah. Token tersebut RXT Digital LTD, pemilik farming online- Dubai dan RXT Token Malaysia. Diwakili Dato Sri Azhar Abdul Latief selaku Chairman dan Mohd. Aris selaku Direktur Operasional. 

Pertemuan tersebut membicarakan sikap NU, khususnya PWNU Jatim dan juga MUI Jawa Timur yang masih memandang kripto sebagai alat spekulasi. 

GreenX dan RXT Digital menunjukkan bahwa kripto hanya sebagian kecil dari fungsi teknologi Blockchain, hal tersebut menjadi diskusi ke depannya. 
Dalam kesempatan itu, mereka berharap GreenX sebagai exchange kripto berbasis syariah dapat diterima juga oleh komunitas syariah di Indonesia. Pertemuan ditutup dengan rencana diskusi lanjutan dan foto bersama.