Solo (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) menyatakan deflasi yang terjadi Kota Solo, Jawa Tengah, pada Mei 2024 menunjukkan terjaganya pasokan dan permintaan komoditas di pasaran.

"Deflasi ini salah satunya karena harga beras turun dan makin terkendali," kata Kepala Kantor Perwakilan BI Surakarta Dwiyanto Cahyo Sumirat di Solo,  Sabtu.

Ia mengatakan harga beras memberikan kontribusi sebesar 0,17 persen atau cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan komoditas lain. Hal itu tidak lepas dari tingginya tingkat konsumsi masyarakat di Solo Raya terhadap komoditas beras.

"Kami kemarin sempat khawatir, ada event sebesar Dekranas, SGS, takutnya inflasi naik. Namun malah justru terjadi deflasi 0,2 persen," katanya.

Terkait hal itu, dikatakannya, yang perlu dilakukan adalah  menjaga harga beras tetap stabil.

"Sedikit saja ada gangguan pasokan, entah harga secara umum, maka akan pengaruh besar pada inflasi dan deflasi. Alhamdulillah bulan kemarin terjaga dengan baik," katanya.

Ia juga memastikan deflasi terjadi bukan karena penurunan daya beli masyarakat, melainkan kondisi pasar yang makin kondusif.

"Justru ada perbaikan distribusi dan pasokan, jadi tidak bisa diartikan deflasi artinya ada penurunan daya beli. Justru ini hal yang baik, ada perbaikan di situ," katanya.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Surakarta Ratna Setyowati mengatakan turunnya harga komoditas pada Mei menjadikan Solo mengalami deflasi kedua kali. Pada Januari, Solo juga mengalami deflasi pertama di sepanjang 2024.

Kali ini, Solo mengalami inflasi sebesar 2,94 persen secara tahunan. Namun secara bulanan, Solo mengalami deflasi sebesar 0,19 persen.

Ia mengatakan deflasi salah satunya dipengaruhi oleh perkembangan harga komoditas yang turun. Selain itu, saat ini panen raya padi masih berlangsung di beberapa daerah sebagai dampak bergesernya periode tanam.