Pertamina Patra Niaga laksanakan safety stand down untuk SPBU Jateng & DIY
Sabtu, 6 Juli 2024 10:56 WIB
Executive General Manager Regional Jawa Bagian Tengah PT Pertamina Patra Niaga Aribawa memberikan sambutan pada acara Safety Stand Down (SSD) yang dihadiri 1.000 perwakilan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) se-Jawa Tengah (Jateng) dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada Kamis (5/6). ANTARA/HO-Pertamina
Semarang (ANTARA) - PT Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Tengah (RJBT) untuk menjaga prosedur atau standard operating procedure (SOP) melaksanakan melaksanakan Safety Stand Down (SSD) yang dihadiri 1.000 perwakilan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) se-Jawa Tengah (Jateng) dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada Kamis (5/6).
SSD adalah sosialisasi terkait insiden yang dilaksanakan secara serentak kepada pihak-pihak terkait sebagai bentuk pembelajaran agar insiden yang sama tidak terjadi lagi di kemudian hari.
Kegiatan ini merupakan bentuk refleksi dan untuk mengingatkan kembali kepada SPBU untuk selalu mengutamakan keselamatan yang sesuai pada panduan SOP dalam pelayanan kepada konsumen mengingat barang yang dijual di SPBU adalah bahan-bahan yang mudah menyala dan terbakar.
Executive General Manager Regional Jawa Bagian Tengah PT Pertamina Patra Niaga Aribawa menyampaikan pada sambutannya bahwa SPBU perlu meningkatkan kehati-hatian dan kepatuhan terhadap SOP pelayanan konsumen saat beroperasi.
“Sarana dan prasarana serta alat pemadam api di SPBU wajib dilakukan pengecekan dan pemeliharaan secara berkala sebagai antisipasi dan dapat mengurangi resiko insiden. Kami juga mengimbau kepada seluruh tim SPBU baik pengawas maupun operator untuk bisa selalu sigap dalam menanggulangi pontensi kebakaran serta bahu-membahu apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,” kata Aribawa.
Aribawa menambahkan pelatihan penggunaan alat pemadam api yang tersedia di SPBU juga perlu dilakukan secara periodik.
Pada kesempatan yang sama Analyst Marketing Channel & HSE Project Jawa Bagian Tengah, Rifandi mengingatkan kembali kepada mitra SPBU bahwa penyampaian SOP harus dilakukan secara berulang terutama saat akan memulai operasional.
“Safety man (petugas keselamatan) yang bertugas di SPBU wajib melakukan peringatan terkait bahaya dan konsekuensi saat pengisian BBM sehingga operator bisa mengingatkan kepada konsumen untuk mematuhi SOP yang berlaku,” kata Rifandi.
Rifandi juga menyampaikan dari kasus yang sudah terjadi sebelumnya potensi munculnya api salah satunya adalah tidak mematikan mesin saat melakukan pengisian.
“Meskn kendaraan, baik berbahan bakar gasoline atau gasoil merupakan sumber panas yang menjadi komponen pelengkap segi tiga api yang menyebabkan terjadinya kebakaran sehingga mematikan mesin kendaraan baik mobil dan sepeda motor adalah wajib,” kata Rifandi.
Region Manager Retail Sales Jawa Bagian Tengah PT Pertamina Patra Niaga Bayu Suryo Kusumo menyampaikan bahwa kerugian akibat kejadian ini tidak hanya dari Pertamina saja namun juga masyarakat sekitar yang tinggal di daerah SPBU.
“Apabila SPBU terjadi hal-hal yang tidak di inginkan masyarakat yang biasanya membeli BBM di SPBU tersebut bisa jadi harus membeli lebih jauh maka wajib bagi kita untuk saling menjaga aspek keselamatan ini. SPBU perlu tegas menolak konsumen yang terang-terangan sebagai pelangsir atau pengecer yang bisa menimbulkan potensi adanya kebakaran,” kata Bayu.
Area Manager Communication, Relations, & Corporate Social Responsibility Jawa Bagian Tengah PT Pertamina Patra Niaga Brasto Galih Nugroho menambahkan kondisi berbahaya juga dapat terjadi apabila ada modifikasi dan kondisi kendaraan yang berpotensi memicu timbulnya api, seperti modifikasi tangki BBM dan sistem kelistrikan yang tidak sesuai dengan standar yang berlaku.
“Menjaga keselamatan di SPBU merupakan tanggung jawab bersama antara pihak SPBU dan konsumen,” tutupnya.
SSD adalah sosialisasi terkait insiden yang dilaksanakan secara serentak kepada pihak-pihak terkait sebagai bentuk pembelajaran agar insiden yang sama tidak terjadi lagi di kemudian hari.
Kegiatan ini merupakan bentuk refleksi dan untuk mengingatkan kembali kepada SPBU untuk selalu mengutamakan keselamatan yang sesuai pada panduan SOP dalam pelayanan kepada konsumen mengingat barang yang dijual di SPBU adalah bahan-bahan yang mudah menyala dan terbakar.
Executive General Manager Regional Jawa Bagian Tengah PT Pertamina Patra Niaga Aribawa menyampaikan pada sambutannya bahwa SPBU perlu meningkatkan kehati-hatian dan kepatuhan terhadap SOP pelayanan konsumen saat beroperasi.
“Sarana dan prasarana serta alat pemadam api di SPBU wajib dilakukan pengecekan dan pemeliharaan secara berkala sebagai antisipasi dan dapat mengurangi resiko insiden. Kami juga mengimbau kepada seluruh tim SPBU baik pengawas maupun operator untuk bisa selalu sigap dalam menanggulangi pontensi kebakaran serta bahu-membahu apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,” kata Aribawa.
Aribawa menambahkan pelatihan penggunaan alat pemadam api yang tersedia di SPBU juga perlu dilakukan secara periodik.
Pada kesempatan yang sama Analyst Marketing Channel & HSE Project Jawa Bagian Tengah, Rifandi mengingatkan kembali kepada mitra SPBU bahwa penyampaian SOP harus dilakukan secara berulang terutama saat akan memulai operasional.
“Safety man (petugas keselamatan) yang bertugas di SPBU wajib melakukan peringatan terkait bahaya dan konsekuensi saat pengisian BBM sehingga operator bisa mengingatkan kepada konsumen untuk mematuhi SOP yang berlaku,” kata Rifandi.
Rifandi juga menyampaikan dari kasus yang sudah terjadi sebelumnya potensi munculnya api salah satunya adalah tidak mematikan mesin saat melakukan pengisian.
“Meskn kendaraan, baik berbahan bakar gasoline atau gasoil merupakan sumber panas yang menjadi komponen pelengkap segi tiga api yang menyebabkan terjadinya kebakaran sehingga mematikan mesin kendaraan baik mobil dan sepeda motor adalah wajib,” kata Rifandi.
Region Manager Retail Sales Jawa Bagian Tengah PT Pertamina Patra Niaga Bayu Suryo Kusumo menyampaikan bahwa kerugian akibat kejadian ini tidak hanya dari Pertamina saja namun juga masyarakat sekitar yang tinggal di daerah SPBU.
“Apabila SPBU terjadi hal-hal yang tidak di inginkan masyarakat yang biasanya membeli BBM di SPBU tersebut bisa jadi harus membeli lebih jauh maka wajib bagi kita untuk saling menjaga aspek keselamatan ini. SPBU perlu tegas menolak konsumen yang terang-terangan sebagai pelangsir atau pengecer yang bisa menimbulkan potensi adanya kebakaran,” kata Bayu.
Area Manager Communication, Relations, & Corporate Social Responsibility Jawa Bagian Tengah PT Pertamina Patra Niaga Brasto Galih Nugroho menambahkan kondisi berbahaya juga dapat terjadi apabila ada modifikasi dan kondisi kendaraan yang berpotensi memicu timbulnya api, seperti modifikasi tangki BBM dan sistem kelistrikan yang tidak sesuai dengan standar yang berlaku.
“Menjaga keselamatan di SPBU merupakan tanggung jawab bersama antara pihak SPBU dan konsumen,” tutupnya.
Pewarta : Nur Istibsaroh
Editor : Edhy Susilo
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Pertamina Patra Niaga JBT-Politeknik Cilacap hadirkan solusi inovatif bagi nelayan
03 October 2024 14:42 WIB
Pertamina Patra Niaga turunkan harga Pertamax Series dan Dex Series per 1 Oktober 2024
01 October 2024 13:33 WIB
PT Pertamina Patra Niaga JBT tanda tangani MoU dengan Perum Bulog Wilayah Magelang & Kedu
23 September 2024 15:49 WIB
Pertamina Patra Niaga JBT catat kenaikan konsumsi BBM dan LPG di libur Maulid Nabi
19 September 2024 15:43 WIB
PT Pertamina Patra Niaga JBT dan Dinas Perdagangan siidak pangkalan LPG 3 kg di Semarang
14 September 2024 15:04 WIB