"The 4th Multidisciplinary International Conference (MIC)" sukses digelar
Senin, 28 Oktober 2024 22:00 WIB
Tangkapan layar The 4th Multidisciplinary International Conference (MIC). (ANTARA/HO-Dok Pribadi)
Semarang (ANTARA) - Universitas Borobudur Jakarta bersama Yayasan Meira Visi Persada sukses menggelar The 4th Multidisciplinary International Conference (MIC) yang tahun ini mengusung tema "Optimizing Artificial Intelligence to Advance Sustainable Development in Multidisciplinary Fields".
Konferensi yang berlangsung secara dalam jaringan (daring), Sabtu (26/10) tersebut diawali sambutan dari Ketua Yayasan Meira Visi Persada Meida Racmawati, PhD disusul oleh Direktur Program Pascasarjana Universitas Borobudur Prof Faisal Santiago, dan Dr. Suhardi, SE, MSe, Ak, CA, selaku Rektor Universitas Pertiba sebagai perwakilan dari pihak co-host konferensi.
Rektor Universitas Borobudur Prof Bambang Bernathos, dalam pernyataan di Semarang, menjelaskan bahwa The 4th MIC mempertemukan pemikir dan pakar global dari tiga benua dan tujuh negara yang berbagi wawasan inovatif dari berbagai disiplin ilmu.
Pada sesi pertama, empat pembicara kunci mengulas berbagai isu penting di bidang teknologi dan kesehatan.
Lilly D. Engineer memaparkan penerapan data medis untuk peningkatan kesehatan masyarakat, Herie Saksono membahas strategi digital inklusif yang relevan bagi masyarakat kepulauan Indonesia.
Kemudian, Dr. Yusharto Huntoyungo menyoroti peran kecerdasan buatan (AI) dalam mendukung target SDGs, dan Rania Lampou mengulas dampak revolusioner pembelajaran mesin (machine learning) dalam membentuk masa depan yang berkelanjutan.
Sesi kedua dilanjutkan dengan tema inovasi dan keberlanjutan yang dibawakan Muktar Bello, Ph.D. yang mengeksplorasi desain dan inovasi yang berfokus pada manusia (Human-Centered Design).
Kemudian, Wahyu Caesarendra, Ph.D yang memperkenalkan teknologi Machine Vision berbasis AI untuk mendukung industri pangan Indonesia, dan Dr. Mohd Faiq Abd Aziz menjelaskan peran strategis HR dalam keberlanjutan organisasi.
Diskusi ini menyoroti pentingnya perpaduan teknologi dan kreativitas dalam membangun masa depan yang lebih baik.
Sesi ketiga menyajikan perspektif berbeda yang mencakup pendidikan, hukum, dan teknologi.
Cinderella Javier memaparkan pentingnya pendidikan multibahasa berbasis bahasa ibu yang berlandaskan perspektif lokal, Dr. Intan Soeparna menelaah hubungan antara hukum, pembangunan berkelanjutan, dan kecerdasan buatan.
Sementara, Prof. Dr. Ade Saptomo menjelaskan pluralisme hukum di era digital serta interaksi antar-sistem hukum di Indonesia.
Pada Parallel Session, 215 presenter berkesempatan memaparkan hasil karya mereka dalam dua sesi, yang dibagi ke dalam 11 grup dan dipandu oleh moderator.
Sesi itu memberikan ruang bagi para peserta untuk mendalami diskusi, bertukar ide, dan mengeksplorasi inovasi lintas bidang.
Bambang mengatakan bahwa konferensi tersebut telah mempertemukan peserta dari berbagai latar belakang untuk berbagi ide dan menemukan solusi inovatif lintas bidang dan membuka peluang kolaborasi menuju pembangunan yang berkelanjutan dan transformasi teknologi di masa depan.
Konferensi yang berlangsung secara dalam jaringan (daring), Sabtu (26/10) tersebut diawali sambutan dari Ketua Yayasan Meira Visi Persada Meida Racmawati, PhD disusul oleh Direktur Program Pascasarjana Universitas Borobudur Prof Faisal Santiago, dan Dr. Suhardi, SE, MSe, Ak, CA, selaku Rektor Universitas Pertiba sebagai perwakilan dari pihak co-host konferensi.
Rektor Universitas Borobudur Prof Bambang Bernathos, dalam pernyataan di Semarang, menjelaskan bahwa The 4th MIC mempertemukan pemikir dan pakar global dari tiga benua dan tujuh negara yang berbagi wawasan inovatif dari berbagai disiplin ilmu.
Pada sesi pertama, empat pembicara kunci mengulas berbagai isu penting di bidang teknologi dan kesehatan.
Lilly D. Engineer memaparkan penerapan data medis untuk peningkatan kesehatan masyarakat, Herie Saksono membahas strategi digital inklusif yang relevan bagi masyarakat kepulauan Indonesia.
Kemudian, Dr. Yusharto Huntoyungo menyoroti peran kecerdasan buatan (AI) dalam mendukung target SDGs, dan Rania Lampou mengulas dampak revolusioner pembelajaran mesin (machine learning) dalam membentuk masa depan yang berkelanjutan.
Sesi kedua dilanjutkan dengan tema inovasi dan keberlanjutan yang dibawakan Muktar Bello, Ph.D. yang mengeksplorasi desain dan inovasi yang berfokus pada manusia (Human-Centered Design).
Kemudian, Wahyu Caesarendra, Ph.D yang memperkenalkan teknologi Machine Vision berbasis AI untuk mendukung industri pangan Indonesia, dan Dr. Mohd Faiq Abd Aziz menjelaskan peran strategis HR dalam keberlanjutan organisasi.
Diskusi ini menyoroti pentingnya perpaduan teknologi dan kreativitas dalam membangun masa depan yang lebih baik.
Sesi ketiga menyajikan perspektif berbeda yang mencakup pendidikan, hukum, dan teknologi.
Cinderella Javier memaparkan pentingnya pendidikan multibahasa berbasis bahasa ibu yang berlandaskan perspektif lokal, Dr. Intan Soeparna menelaah hubungan antara hukum, pembangunan berkelanjutan, dan kecerdasan buatan.
Sementara, Prof. Dr. Ade Saptomo menjelaskan pluralisme hukum di era digital serta interaksi antar-sistem hukum di Indonesia.
Pada Parallel Session, 215 presenter berkesempatan memaparkan hasil karya mereka dalam dua sesi, yang dibagi ke dalam 11 grup dan dipandu oleh moderator.
Sesi itu memberikan ruang bagi para peserta untuk mendalami diskusi, bertukar ide, dan mengeksplorasi inovasi lintas bidang.
Bambang mengatakan bahwa konferensi tersebut telah mempertemukan peserta dari berbagai latar belakang untuk berbagi ide dan menemukan solusi inovatif lintas bidang dan membuka peluang kolaborasi menuju pembangunan yang berkelanjutan dan transformasi teknologi di masa depan.
Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor : Edhy Susilo
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Segera Diresmikan Jokowi, MAJT Magelang sajikan pemandangan Candi Borobudur
19 September 2024 20:09 WIB