Sekretaris Jenderal DPP PPNSI Riyono di Semarang, Senin, mengatakan, keputusan pemerintah mengenakan bea masuk kedelai sebesar lima persen per 1 Januari 2012 memang menggembirakan, namun belum mampu mendorong secara cepat petani untuk menekuni tanaman kedelai.

Pemerintah menetapkan tarif bea masuk kedelai sebesar lima persen per 1 Januari 2012 melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 13/PMK.011/2011 pada Pasal 2 ayat 2.

"Keputusan ini walaupun terlambat, lumayan baik masih bisa melindungi petani kedelai domestik. Namun, (peraturan itu) belum bisa dikatakan baik karena tarif bea masuknya masih kecil, hanya lima persen," katanya.

Kenaiakan tarif bea masuk ini menyebabkan harga kedelai impor yang dijual di pasaran, terutama para pengrajin tempe, hanya naik sekitar Rp200-250/kg.

Menurut Riyono, seharusnya pemerintah memberlakukan tarif bea masuk minimal 10 persen agar kedelai impor tidak semakin membanjiri pasar tradisional.

Volume impor kedelai diperkirakan mencapai 2,2 juta ton dengan nilai Rp4,6 triliun, sedangkan produksi kedelai domestik pada 2011 diperkirakan 934.000 ton.

Membanjirnya kedelai impor, kata Riyono, akhirnya menurunkan harga kedelai lokal, yang kualitas rasa serta hasil olahan produknya lebih baik. Pengenaan bea masuk lebih tinggi bisa mengendalikan kedelai impor.

"Mengapa petani dipaksa menaman kedelai kalau volume impor masih terus meningkat? Seharusnya pemerintah lebih fokus untuk meningkatkan produksi kedelai dengan memberikan kebijakan yang pro-petani serta menekan laju impor dengan bea masuk yang tinggi," katanya.

Ia mengatakan, kalau bea masuk impor kedelai 10 persen maka akan memaksa pedagang menaikkan harga kedelai hingga Rp400 rupiah/kg, bukan hanya Rp250/kg.

Memang, kata Riyono, kedelai impor secara fisik lebih unggul, butirannya besar dan warna lebih cerah sehingga secara ekonomis lebih menguntungkan pengrajin tempe dibanding kedelai lokal yang kecil dan agak kusam.

"Ini menjadi tantangan pemerintah dan universitas untuk menghadirkan jenis kedelai lokal yang setara dan hasilnya bisa lebih bagus dari kedelai impor, agar petani bergairah menanam kedelai," demikian Riyono.