Politikus PAN: Sikap Dipo Alam Coreng Citra Presiden SBY
Senin, 2 Januari 2012 17:32 WIB
"Pasalnya, Pak Dipo bergaya provokatif dan reaktif, sedangkan presiden bergaya persuasif dan santun. Gaya politik Pak Dipo sangat kontradiktif dengan gaya politik Presiden SBY," kata Ketua DPP Partai Amanat Nasional, Viva Yoga Mauladi, kepada ANTARA News di Jakarta, Senin.
Viva tidak yakin kalau Dipo melakukan hal itu atas instruksi Presiden SBY. "Jangan sampai terkesan bahwa pernyataan Pak Dipo yang konfrontatif itu atas instruksi Presiden SBY. Sebab, presiden termasuk orang yang taat konstitusi dan menghormati suatu kewenangan berdasarkan kedudukan, tugas pokok, dan fungsi," kata Viva.
Anggota Komisi IV DPR RI itu menambahkan, sikap konfrontasi Dipo yang telah dilakukan terhadap pers, gerakan mahasiswa, tokoh-tokoh agama, dan partai-partai koalisi pendukung pemerintah telah membuat hubungan negara (pemerintah) dengan society (pers, ormas, mahasiswa) berada dalam kondisi konfrontatif dan potensi konfliktual.
"Padahal seharusnya, tugas pemerintah adalah bagaimana mampu sebagai penyelenggara negara yang melaksanakan kewenangannya dan dapat merealisasikan tanggung jawabnya sesuai konstitusi dan peraturan perundang-undangan," kata dia.
Viva menyarankan kepada Dipo untuk lebih fokus menjalankan tugas dan fungsinya sebagai Seskab sesuai dengan Peraturan Presiden RI Nomor 82 Tahun 2010 tentang Sekretariat Kabinet, yaitu bertugas untuk memberi dukungan staf, administrasi, teknis, dan pemikiran kepada presiden selaku kepala pemerintahan.
Selain itu, memaksimalkan fungsinya untuk memperbaiki manajemen kabinet, termasuk penyiapan, pengadministrasian, penyelenggaraan, dan pengelolaan sidang-sidang kabinet.
Dipo, menurut Viva, kurang tepat dalam menafsirkan tugas fungsinya sebagai Seskab. Di perpres itu memang disebutkan memantau dan mengevaluasi serta menyampaikan analisis terhadap pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah.
Namun, lanjut dia, itu semua seharusnya disampaikan secara internal kepada presiden sebagai laporan karena sekrtariat kabinet berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada presiden, bukan justru disiarkan kepada media massa.
"Namanya saja hasil analisis, bisa benar bisa juga salah. Hasil analisis itu adalah salah satu bahan untuk perumusan kebijakan pemerintah. Jadi, hasil analisis itu tidak merupakan kebijakan pemerintah. Rasanya tidak pantas dan tidak patut bila disiarkan ke media massa. Apalagi sampai mengancam menteri-menteri yang dipilih sendiri oleh Presiden SBY," kata Viva.
Ia mengutarakan gaya konfrontasi dan reaksi Dipo Alam terhadap dinamika kelompok civil society justru akan semakin membuat jarak dalam pola hubungan antara kelompok civil society dan Presiden SBY.
"Pak Dipo jangan terkesan seperti pahlawan kesiangan dan seakan-akan sebagai kontributor nomor satu dalam pemerintahan Presiden SBY dengan melakukan konfrontasi dengan kelompok civil society dan melecehkan kontribusi koalisi partai politik pendukung pemerintah di pemilu.
"Sebaiknya Pak Dipo bekerja sesuai kedudukan, tugas pokok, dan fungsinya sebagai Seskab yang saat ini dalam realitasnya belum maksimal. Dengan membenahi manajemen internal setkab saat ini akan sangat membantu tugas-tugas pemerintahan SBY," ujar anggota Pansus RUU Pemilu itu.
Oleh karena itu, kata dia, bila Presiden SBY tetap membiarkan Dipo bergaya konfrontatif reaktif seperti sekarang ini dalam merespons dinamika politik, kesan publik akan berdampak negatif pada diri Presiden SBY sendiri dan berbahaya bagi perjalanan pemerintahan ke depan yang semakin dinamis. (Zul)
"Pasalnya, Pak Dipo bergaya provokatif dan reaktif, sedangkan presiden bergaya persuasif dan santun. Gaya politik Pak Dipo sangat kontradiktif dengan gaya politik Presiden SBY," kata Ketua DPP Partai Amanat Nasional, Viva Yoga Mauladi, kepada ANTARA News di Jakarta, Senin.
Viva tidak yakin kalau Dipo melakukan hal itu atas instruksi Presiden SBY. "Jangan sampai terkesan bahwa pernyataan Pak Dipo yang konfrontatif itu atas instruksi Presiden SBY. Sebab, presiden termasuk orang yang taat konstitusi dan menghormati suatu kewenangan berdasarkan kedudukan, tugas pokok, dan fungsi," kata Viva.
Anggota Komisi IV DPR RI itu menambahkan, sikap konfrontasi Dipo yang telah dilakukan terhadap pers, gerakan mahasiswa, tokoh-tokoh agama, dan partai-partai koalisi pendukung pemerintah telah membuat hubungan negara (pemerintah) dengan society (pers, ormas, mahasiswa) berada dalam kondisi konfrontatif dan potensi konfliktual.
"Padahal seharusnya, tugas pemerintah adalah bagaimana mampu sebagai penyelenggara negara yang melaksanakan kewenangannya dan dapat merealisasikan tanggung jawabnya sesuai konstitusi dan peraturan perundang-undangan," kata dia.
Viva menyarankan kepada Dipo untuk lebih fokus menjalankan tugas dan fungsinya sebagai Seskab sesuai dengan Peraturan Presiden RI Nomor 82 Tahun 2010 tentang Sekretariat Kabinet, yaitu bertugas untuk memberi dukungan staf, administrasi, teknis, dan pemikiran kepada presiden selaku kepala pemerintahan.
Selain itu, memaksimalkan fungsinya untuk memperbaiki manajemen kabinet, termasuk penyiapan, pengadministrasian, penyelenggaraan, dan pengelolaan sidang-sidang kabinet.
Dipo, menurut Viva, kurang tepat dalam menafsirkan tugas fungsinya sebagai Seskab. Di perpres itu memang disebutkan memantau dan mengevaluasi serta menyampaikan analisis terhadap pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah.
Namun, lanjut dia, itu semua seharusnya disampaikan secara internal kepada presiden sebagai laporan karena sekrtariat kabinet berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada presiden, bukan justru disiarkan kepada media massa.
"Namanya saja hasil analisis, bisa benar bisa juga salah. Hasil analisis itu adalah salah satu bahan untuk perumusan kebijakan pemerintah. Jadi, hasil analisis itu tidak merupakan kebijakan pemerintah. Rasanya tidak pantas dan tidak patut bila disiarkan ke media massa. Apalagi sampai mengancam menteri-menteri yang dipilih sendiri oleh Presiden SBY," kata Viva.
Ia mengutarakan gaya konfrontasi dan reaksi Dipo Alam terhadap dinamika kelompok civil society justru akan semakin membuat jarak dalam pola hubungan antara kelompok civil society dan Presiden SBY.
"Pak Dipo jangan terkesan seperti pahlawan kesiangan dan seakan-akan sebagai kontributor nomor satu dalam pemerintahan Presiden SBY dengan melakukan konfrontasi dengan kelompok civil society dan melecehkan kontribusi koalisi partai politik pendukung pemerintah di pemilu.
"Sebaiknya Pak Dipo bekerja sesuai kedudukan, tugas pokok, dan fungsinya sebagai Seskab yang saat ini dalam realitasnya belum maksimal. Dengan membenahi manajemen internal setkab saat ini akan sangat membantu tugas-tugas pemerintahan SBY," ujar anggota Pansus RUU Pemilu itu.
Oleh karena itu, kata dia, bila Presiden SBY tetap membiarkan Dipo bergaya konfrontatif reaktif seperti sekarang ini dalam merespons dinamika politik, kesan publik akan berdampak negatif pada diri Presiden SBY sendiri dan berbahaya bagi perjalanan pemerintahan ke depan yang semakin dinamis.
Pewarta : -
Editor : Totok Marwoto
Copyright © ANTARA 2025
Terkait
Terpopuler - Politik dan Hankam
Lihat Juga
Zulkifli Hasan Berharap Jakarta Kembali Tenang dan Damai Setelah Pilkada
02 February 2017 6:50 WIB, 2017
Agus: Saya hanya Sampaikan "Salam Hormat" ke Pak Maruf dan Pengurus PBNU
01 February 2017 19:04 WIB, 2017
" Presiden Jokowi Ingin Bertemu Saya, Tapi Dilarang Dua-Tiga di Sekeliling Beliau," Kata SBY
01 February 2017 18:35 WIB, 2017
Tim Anies-Sandi: Kegiatan PT MWS pada Masyarakat Tentang Reklamasi Pulau G Memaksakan Ambisi
01 February 2017 17:17 WIB, 2017
Setnov: NU Salalu Hadir sebagai Organisasi yang Suarakan Perdamaian dan Kesejukan
01 February 2017 16:41 WIB, 2017
Ahok Menyayangkan ada Pihak yang Mengadu Domba bahwa Dia Menghina Integritas PBNU
01 February 2017 16:12 WIB, 2017
Din: Tudingan Ahok Terhadap Maruf Bernada Sarkastik dan Sangat Menghina
01 February 2017 15:58 WIB, 2017
SBY perlu Klarifikasi Pernyataan Kuasa Hukum Ahok yang Mengkaitkan Fatwa MUI
01 February 2017 14:56 WIB, 2017