Demak (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab), Demak, Jawa Tengah, terus berupaya menekan penyebaran penyakit demam berdarah dengue (DBD), salah satunya dengan melakukan optimalisasi gerakan satu rumah satu juru pemantau jentik (jumantik).

"Selain optimalisasi gerakan satu rumah satu jumantik, kami juga menggalakkan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) secara bersama-sama untuk mencegah penyebaran penyakit DBD," kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Demak Ali Maimun saat Pertemuan Koordinasi Pencegahan dan Pengendalian DBD serta zoonosis, di Demak, Senin.

Rencananya, kata dia, PSN akan dilakukan secara rutin setiap pekannya di semua wilayah, sehingga sarang nyamuk mudah dideteksi agar tidak ada perkembangbiakan nyamuk pembawa virus DBD.

PSN juga lebih efektif ketimbang fogging atau pengasapan. Namun, fogging tetap menjadi alternatif selain pula ada upaya pemberian bubuk larvasida serta ikanisasi di tempat penampungan air.

 

Menurut dia, kasus DBD selama tiga tahun terakhir menjadi perhatian serius karena kasusnya mengalami peningkatan.

"Pada tahun 2022 terdapat 305 kasus dengan tiga kematian, kemudian tahun 2023 sebanyak 285 kasus dengan dua kematian, dan tahun 2024 meningkat menjadi 334 kasus dengan empat kematian," ujarnya.

Sementara itu, Sekretaris Daerah Kabupaten Demak Akhmad Sugiharto menekankan pentingnya optimalisasi gerakan pemberantasan jentik, peningkatan kesadaran masyarakat, serta penguatan peran sekolah dalam pencegahan DBD.

"Penyakit lain yang patut diwaspadai, yakni leptospirosis yang dapat menyebar melalui kencing tikus, terutama saat musim hujan dan banjir," ujarnya.

 

Oleh karena itu, kata dia, diperlukan sosialisasi yang lebih masif oleh Dinas Kesehatan dan puskesmas kepada masyarakat dan sekolah-sekolah.

Sebagai langkah konkret, Pemkab Demak akan menggerakkan tim kerja bakti pascabanjir untuk membersihkan lingkungan terdampak guna mencegah penyebaran penyakit menular.

"Kami berharap adanya koordinasi lintas sektor dan lintas program ini dapat menghasilkan langkah-langkah strategis yang efektif dalam mengendalikan penyebaran penyakit menular di Kabupaten Demak," ujarnya.

Temuan kasus leptospirosis pada tahun 2022 tercatat ada 42 kasus dengan 13 kematian, tahun 2023 sebanyak 53 kasus dengan enam kematian, dan tahun 2024 sebanyak 65 kasus dengan lima kematian.

 

"Penyebaran leptospirosis terkait erat dengan kondisi lingkungan yang kurang higienis sehingga memerlukan upaya pencegahan lebih lanjut, terutama dalam pengelolaan sampah dan pengendalian populasi tikus," katanya.