Banyak yang mengatakan kalau Swedia lebih baik tanpa striker jangkung tersebut.

Namun, kesempatan bagi pemain paling subur di seri A liga Italia itu masih ada ketika pelatih Hamren memberinya satu tempat di tim nasional Swedia.

Flamboyan, blak-blakan, dan bertalenta, kata-kata itulah yang paling sering dipakai oleh media Swedia ketika mendiskripsikan penyerang 30 tahun ini. Bahkan pada awal-awal karirnya, Ibra dikatakan “tidak seperti orang Swedia”.

Ibra kemudian pindah dari Malmo ke Ajax, dimana dia melanjutkan sekolah sepak bolanya. Namun, suksesnya dicapai ketika memenangkan juara liga di Italia bersama Juventus, Inter, dan AC Milan.

Karirnya tidak bersinar hanya ketika Ibra berada di Barcelona, dimana permainan individu tidak mendapatkan tempat di sana.

Sejak kembali ke Italia, Ibra bersinar lagi. Pengalaman dan jiwa kepemimpinannya dihargai, terbukti dari melingkarnya ban kapten Swedia di lengan kanannya.

Namun itu bukanlah keputusan yang populer, ada yang beranggapan Swedia akan berhasil dipimpin oleh kapten yang individualis seperti Ibra. Ada juga yang justru khawatir dengan pengaruh Ibra pada para pemain muda.

Banyak dari mereka terkesima dengan talenta pemain 30 tahun itu, sehingga berusaha memberikan prioritas tempat pada Ibra di lapangan.

Satu yang tidak perlu diragukan adalah kemampuan Ibra mencetak gol, dia telah menyarangkan 29 gol dari 75 kali pertandingannya di tim nasional. Mungkin ini melebihi pencapaian striker eropa lainnya, dia merupakan pencetak gol yang luar biasa.

Kemampuan tendangan bebas dan penaltinya membuat dia selalu mengambil tembakan bola-bola mati. Ibra juga sempurna dalam menyundul bola.

Sekarang, adalah kesempatan terbaik baginya untuk membuat kesan manis di panggung dunia. Piala Eropa 2012 adalah waktunya membuktikan kritik itu salah jika diberikan padanya.