Mencermati Peluang Atletik Jateng di PON 2012
Kamis, 9 Agustus 2012 20:01 WIB
ilustrasi
Betapa tidak, di Jateng bercokol atlet nasional yang malang melintang di berbagai kejuaraan nasional maupun internasional seperti Trianingsih, Suryo Agung Wibowo, Agus Prayogo, Dwi Ratnawati, dan lain sebagainya.
Mereka rata-rata pernah meraup medali emas minimal setingkat SEA Games seperti Trianingsih meraih tiga emas SEA Games 2011 dari nomor lari 5.000 meter, 10 ribu meter, dan maraton (42,195 kilometer).
Kemudian Agus Prayogo meraih dua medali emas dari lari 5.000 dan 10 ribu meter, kemudian Suryo Agung Wibowo meraih dua emas pada SEA Games 2009 Laos dari lari 100 dan 200 meter, Dwi Ratnawati meraih emas dari lempar cakram.
Mereka memang masih menjadi andalan Jateng pada pesta olahraga multievent empat tahunan di Riau mendatang. Dari mereka, Jateng berharap bisa mearup minimal delapan medali emas, yaitu Trianingsih tiga emas, Suryo Agung dan Agus Prayogo masing-masing dua emas, dan Dwi Ratnawati satu emas.
Pada PON XVII/2008 Kalimantan Timur, cabang olahraga atletik menyumbang lima medali emas untuk kontingan Jateng, yaitu dua dari Trianingsih (5.000 dan 10 ribu meter), dua dari Suryo Agung Wibowo (100 dan 200 meter), serta satu dari Dwi Ratnawati (lempar ckram).
Tetapi, dengan turunnya Trianingsih pada lari maraton di Olimpiade dan cedera yang diderita Suryo Agung Wibowo saat menjalani pelatnas pra-Olimpiade di Surabaya beberapa waktu lalu ternyata mengubah komposisi atlet yang diturunkan Jateng pada PON di Riau mendatang.
Trianingsih tidak mungkin turun pada nomor maraton di PON Riau karena aturan dari federasi olahraga atletik internasional melarang seorang atlet turun pada nomor maraton dalam jangka waktu yang sangat dekat.
"Aturannya seorang atlet hanya boleh turun di nomor maraton dua kali dalam setahun, sedangkan jarak pelaksanaan Olimpiade dengan PON hanya sekitar satu setengah bulan," kata Komisi Pembinaan dan Prestasi Pengprov PASI Jateng Heri Setiyono di Semarang, Selasa.
Trianingsih, kata dia, tetap turun pada tiga nomor tetapi untuk maraton digant menjadi lari 1.500 meter. "Kalau untuk lari 5.000 dan 10 ribu meter, memang Trianingsih belum mendapatkan pesaing yang berat," katanya.
Pada nomor maraton putri akhirnya Jateng mempercayakan pada Unik Setyorini dan Erni Ulatningsih karena berdasarkan aturan memang satu nomor maksimal diikuti dua atlet dari satu daerah.
Tetapi, kata dia, untuk lari 1.500 meter tentunya pesaingnya cukup berat yaitu dari mantan atlet Jateng Rini Budiarti yang sekarang membela DKI Jakarta dan Oliva Sadi (Nusa Tenggara Timur).
Catatan waktu terbaik Trianingsih untuk nomor ini adalah 4,30 menit sedangkan Oliva Sadi 4,28 menit, sedangkan Rini Budiarti juga berkisar itu. "Saya kira tiga pelari itu akan memperebutkan yang terbaik di nomor lari 1.500 meter," katanya.
Kemudian Peraih dua medali emas SEA Games 2011, Agus Prayogo juga turun pada tiga nomor lari yaitu 5.000 meter, 10 ribu meter, dan 1.500 meter. "Saya siap mengamankan dua emas dari 5.000 dan 10 ribu tetapi untuk 1.500 meter tidak berani menjanjikan," kata Agus Prayogo.
Menurut pelari yang tercatat sebagai anggota TNI AD dan berdinas di Secapa TNI AD Bandung tersebut, jarak lomba nomor 1.500 dan 10 ribu meter sangat mepet, bahkan tidak ada jeda waktu untuk istirahat.
Berdasarkan jadwal yang dikeluarkan PB PON, untuk lari 5.000 meter digelar 10 September kemudian penyisihan lari 1.500 meter dimainkan pada 13 September, sedangkan final 1.500 dan 10 ribu meter dimainkan 14 September 2012.
"Jadi begitu final 10 ribu meter usai langsung star untuk final lari 1.500 meter. Makanya dengan kondisi seperti ini saya mengabaikan nomor lari 1.500 meter," kata pelari asal Kota Magelang, Jateng.
Suryo Agung Wibowo
Peraih dua medali emas SEA Games 2009 Laos ini juga digadang-gadang bisa menyumbangkan dua medali emas untuk Jateng dari nomor lari 100 dan 200 meter.
Tetapi dengan kondisi cedera hamstreeng yang dideritanya tentu saja muncul pertanyaan apakah pelari asal Solo ini masih bisa meraih dua medali emas.
"Kalau untuk lari 100 meter, saya masih yakin dia (Suryo Agung Wibowo) masih bisa tetapi untuk lari 200 meter masih tanda tanya," kata Wakil Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi Pengprov PASI Jateng, Zen Yukri Iswandaru.
Menurut dia, untuk lari 200 meter diperlukan daya tahan tubuh yang kuat. "Kalau lari 100 meter mungkin hanya kecepatan saja karena jaraknya pendek tetapi untuk lari 200 meter tentunya memerlukan daya tahan tubuh yang lebih," katanya.
Tetapi kemaun Suryo Agung tampil pada PON mendatang sangat kuat mengingat selama ini yang bersangkutan terus menjalani terapi untuk proses penyembuhan cederanya.
"Dalam dua pekan ini Suryo Agung sudah menjalani terapi di Tegal (di tempat ayah mantan petenis nasional Prima Simpatiaji) dan Salatiga (di tempat pelatih atletik Jateng Bambang Siswoyo," kata Zen yang menjadi pelatih Suryo sejak masih di junior.
Sementara itu Dwiratnawati memang turun pada dua nomor yaitu lempar cakram dan tolak peluru tetapi hanya menjanjikan satu medali emas dari lempar ckram. "Berat Mas' untuk tolak peluru," kata Dwi Ratnawati.
Pada babak kualifikasi PON melalui kejuaraan atletik Jatim Open 2011, atlet asal Kabupaten Sragen ini hanya menempati peringkat ketiga dengan lemparan sejauh 12,50 meter di bawah Dewi Lentari dan (Nusa Tenggara Barat) dan Eky Febri (Jabar.
"Kalau untuk lempar cakram saya merasa optimistis bisa meraih medali emas karena pesiangnya sangat jauh. Lemparan terbaik saya adalah 50,68 meter saat tampil di Thailand Open," kata peraih medali perak SEA Games 2011.
Pada pesta olahraga multievent antarnegara Asia Tenggara 2011, Dwi Ratnawati hanya meraih medali perak dengan lemparan sejauh 49,90 meter.
Melihat kondisi seperti ini, kemungkinan untuk meraup delapan medali emas di PON Riau cukup berat, maksimal Jateng hanya bisa meraih enam emas karena kehilangan Trianingsih di maraton dan Suryo Agung Wibowo pada lari 200 meter.
Pewarta : Hernawan Wahyudono
Editor : Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2025
Terkait
Terpopuler - Pumpunan
Lihat Juga
"Sepenggal Kisah" BPJS Ketenagakerjaan bagi penggali kubur dan pemandi jenazah
22 November 2024 21:06 WIB