Petugas Bendung Waduk Bade, Sutardi di Boyolali, Selasa mengatakan, akibat musim kemarau menyebabkan terjadinya penyusutan air waduk hingga tersisa sekitar 10 persen.

Menurut Sutardi, ketinggian elevasi air Waduk Bade kini 233,84 meter dengan volume air 294,84 meter kubik, sehingga banyak daerah genangan menjadi daratan yang dimanfaatkan untuk pertanian.

"Ketinggian air waduk rata-rata mencapai sekitar satu meter. Namun, air di dekat pintu air kedalaman masih sekitar 2,35 meter," katanya.

Menurut dia, waduk Bade memiliki luas sekitar 97,5 hektare, tetapi luas lahan genangan mencapai sekitar 68,5 hektare.

Namun, kata dia, waduk tersebut kondisinya parah karena tingkat sedimentasi mencapai sekitar 985,5 ribu meter kubik.

Meskipun, kondisi air waduk tersisa sekitar 10 persen, tetapi hal itu belum termasuk kritis. Padahal, jika kondisi normal elevasi mencapai 239,50 meter dengan volume 2,7 juta meter kubik.

"Elevasi normal itu, ketinggian air bisa mencapai delapan meter," katanya.

Menurut petugas pemangku daerah irigasi Waduk Bade, Martono, bahwa Waduk Bade jika kondisi normal mampu mengairi lahan pertanian mencapai sekitar 500 hektare.

"Kondisi waduk, akibat kekeringan, kini mengalami penyusutan cukup parah. Air tersisa hanya mampu mengairi sekitar 25 hektare lahan sawah di sekitar waduk saja," katanya.

Menurut dia, pihaknya khawatir jika tidak segera turun hujan dua bulan ke depan, lahan pertanian milik para petani bisa terjadi gagal panen akibat kekurangan air.
Kendati demikian, pihaknya sudah melakukan koordinasi dengan para petani untuk beralih cocok tanam dari tanaman padi menjadi palawija.

"Kami sudah mengimbau petani untuk menanam jenis palawija yang tidak terlalu banyak butuh air," katanya.