"Selama ini, petani di Desa Maitan masih menggunakan cara sederhana dan tergolong masih alami dalam mengembangkan komoditas tersebut," ujarnya ditemui usai menghadiri acara silaturahmi dengan warga Desa Maitan, Kecamatan Tambakromo, Pati, di Pati, Selasa malam.

Ia mencontohkan, benih yang ditanam para petani setempat, merupakan hasil panen yang sebagian sengaja disimpan untuk dijadikan benih.

Padahal, lanjut dia, benih beras merah sudah banyak dijual di pasaran dengan berbagai varietas unggulan.

Hanya saja, dia memaklumi, kesulitan petani setempat dalam mendapatkan benih beras merah, karena di desa setempat memang tidak tersedia.

Selain itu, jarak tempat tinggal mereka dengan wilayah Kota Pati juga cukup jauh.

Untuk itu, kata dia, pihaknya akan memfasilitasi para petani dalam mengembangkan tanaman padi jenis beras merah, termasuk dalam pemasarannya karena selama ini hanya dijual kepada pengepul dengan harga yang kurang menguntungkan.

Menurut dia, perlu kerja keras agar produktivitas tanaman padi jenis beras merah di desa ini semakin meningkat.

"Pangsa pasar beras merah cukup bagus, karena merupakan beras yang dinilai lebih sehat," ujarnya.

Petani juga akan dicarikan tempat untuk menjual hasil panennya nanti, terutama pembeli yang bisa dipercaya tingkat kejujurannya.

"Biasanya, pembeli mempermainkan petani dalam hal tingkat kadar air beras ketika dijual maupun keakuratan timbangan. Jika ada pembeli yang jujur dan bisa dipercaya, tentunya bisa mendukung kesejahteraan petani karena pemasukannya semakin meningkat," ujarnya.

Selain itu, kata dia, pola pikir petani setempat juga perlu diubah, agar lebih maju dan terbuka dengan perkembangan zaman yang semakin modern.

"Mereka harus punya semangat untuk berubah, terutama hasil pertanian yang mereka hasilkan setiap tahun harus ada peningkatan harga jual. Artinya, perubahan tidak hanya pada cara pengolahan, melainkan kemasan produknya juga harus diperhatikan," ujarnya.

Ia berharap, jalinan kerja sama dengan petani di Desa Maitan juga membuka jalan bagi masyarakat desa setempat dalam mendapatkan informasi dan jalinan usaha di bidang pertanian secara luas.

Salah seorang tokoh masyarakat di Desa Maitan, Supatmin mengakui, pengolahan pertanian di desanya masih menggunakan pola alami dan cara-cara yang masih tergolong tradisional.

"Mudah-mudahan, jalinan kerja sama yang ditawarkan Direktur PT Indofood Sukses Makmur Franciscus Welirang terhadap petani di desa ini membuahkan hasil yang positif," ujarnya.

Dari areal lahan 100 hektare, katanya, sekitar 80 hektare di antaranya ditanami tanaman padi jenis beras merah.

Hanya saja, kata dia, penanaman tanaman padi hanya berlangsung satu kali dalam setahun, terutama musim tanam pertama, sedangkan musim tanam kedua dan ketika ditanami tanaman jagung.

Informasinya, kata dia, petani tidak hanya difasilitasi dalam hal pengembangan tanaman padinya saja, melainkan komoditas tanaman jagung juga demikian.

Ia mengakui, masih membutuhkan informasi yang cukup banyak terkait pengolahan tanaman padi jenis beras merah maupun tanaman jagung, termasuk cara pemasarannya.

Untuk saat sekarang, kata dia, harga jual jagung sebesar Rp2.800 per kilogram, sedangkan padi mencapai Rp4.000.