"Ini idealnya harus sudah diantisipasi sebelum Lebaran (Idul Adha, red.). Kejadian sekarang seperti ini (terjadi kelangkaan daging, red.), sehingga menurut saya, harus segera dicari solusinya," kata dia saat dihubungi ANTARA di Purwokerto, Rabu.

Menurut dia, solusi yang terdekat berupa adanya masukan dari luar, yakni dengan impor sapi.

Kendati demikian, dia mengatakan jika pemerintah mengambil kebijakan impor sapi, harus benar-benar memperhitungkan jumlahnya sehingga kejadian di tahun 2009-2010 tidak terjadi lagi karena dapat menurunkan pendapatan di tingkat peternak.

"Jadi idealnya pada saat-saat tertentu, keran impor dibuka. Tetapi yang terjadi, sebelum kurban, ternak-ternak habis, ditambah lagi kejadian yang cukup mengerikan, yaitu penyembelihan betina-betina produktif yang banyak terjadi di RPH (rumah pemotongan hewan)," kata dia menegaskan.

Menurut dia, ada dua hal yang harus dilakukan untuk mengantisipasi kelangkaan daging, yakni dari sisi internal dengan memperketat penyembelihan sapi betina produktif serta upaya dari luar berupa impor sapi.

"Harus ada impor agar ternak-ternak kita tidak terkuras," katanya.

Ia mengatakan upaya mendatangkan sapi dari luar Pulau Jawa tidak bisa mengatasi kelangkaan daging sapi.

Menurut dia, hal itu disebabkan adanya kriteria teknis salah satunya mengatur ukuran sapi yang dapat dikirim antarpulau.

"Kalau itu dilakukan besar-besaran, nanti di sana (pulau asal sapi, red.) bisa terkuras," kata Akhmad Sodiq.

Ia mengatakan sentra sapi potong terbesar di Indonesia adalah Jawa Timur disusul Jawa Tengah dan Jawa Barat.

"Jika di wilayah sentranya saja sudah kesulitan, ini (upaya mendatangkan sapi dari luar Jawa, red,) tidak bisa diandalkan," katanya.