Pesepak bola berusia 32 tahun tersebut meninggal di Rumah Sakit Dr Moewardi Solo, setelah sekitar sepekan dirawat di tempat tersebut.

Pemilik nama lengkap Diego Antonio Mendieta Romero di Assuncion itu meninggalkan seorang istri dan tiga anak yang semuanya tinggal di Paraguay.

Kisah tragis bagi Diego, karena mantan penyerang Persitara Jakarta Utara itu meninggal dalam kekurangan setelah Persis Solo, bekas klub terakhirnya itu masih berhutang bayaran.

Empat bulan gaji Mendieta selama merumput bersama tim kebanggaan masyarakat Solo itu belum dibayar.

Manajemen RS Dr Moewardi Solo menyatakan kematian mantan penyerang Persis Solo tersebut disebabkan oleh virus dan jamur yang telah menyebar di tubuhnya.

"Saat dirujuk Moewardi, almarhum sudah dalam kondisi lemah," kata Kepala Bagian Penyakit Dalam RS Dr Moewardi Solo Prof Dr Ahmad Guntur Hermawan.

Menurut dia, virus Cylomegalo terdeteksi telah menyerang mata hingga otak.

Selain itu, katanya, jamur Candidiasis telah menyerang kerongkongan dan saluran pencernaan.

Ia menjelaskan virus serta jamur tersebut telah menyebabkan daya tahan tubuh pesepak bola berasal dari Paraguay tersebut terus merosot.

Selain secara klinis, kata dia, faktor psikologis juga berpengaruh terhadap kondisi kesehatan Diego.

"Almarhum sering mengeluh kesepian karena seluruh kerabatnya berada di Paraguay," katanya.

Diego Mendieta dirawat di RS Moewardi sejak 27 November 2012.

Berbagai reaksi muncul menanggapi meninggalnya pemain asing yang baru pertama kali terjadi di persepakbolaan profesional Indonesia tersebut.

Mantan Ketua Umum Persis Solo FX Hadi Rudiatmo menilai kasus ini harus menjadi pengalaman bagi jajaran Persis dan PSSI.

Setelah melepas jabatannya di Persis, ia mengaku tidak tahu kondisi di internal klub tersebut.

Reaksi juga muncul dari pendukung Persis Solo yang tergabung dalam Pasoepati.

Sekretaris Jenderal Pasoepati Anwar Sanusi mengatakan kejadian yang menimpa salah seorang mantan punggawa Persis bukan yang pertama kali.

Sebelumnya, menurut dia, mantan pelatih Persis Junaidi meninggal dunia dalam situasi belum dilunasi hak-haknya oleh klub.

"Kini terjadi kapada Diego yang meninggal dalam kondisi belum dipenuhi hak-haknya," katanya.

Ia meminta manajemen Persis segara melakukan perbaikan demi peningkatan prestasi klub kebanggaan warga Solo ini.

"Kami ini cinta Persis Solo, bukan PSSI atau KPSI," katanya.

Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng juga menyampaikan duka cita mendalam atas meninggalnya Mendieta.

Ia meminta hak Mendieta selama merumput di Solo diselesaikan, termasuk pemulangan jenazah ke kampung halamannya.

"Siapa pun Mendieta, dia adalah atlet. Terlepas warga negara asing atau Indonesia, klub harus bertanggung jawab," katanya.

Kejadian itu, menurut dia, juga menjadi pelajaran berharga bagi klub untuk menjadi profesional.

"Kalau belum mampu profesionaal, mulailah dari amatir dulu," tambahnya.

Lunasi gaji
Sementara itu, Manajemen Persis Solo versi PT Liga Indonesia telah menyelesaikan tunggakan gaji mantan pemainnya yang meninggal dunia Diego Mendieta.

"Kekurang pembayaran gaji sudah langsung kami transfer ke istri Mendieta di Paraguay," kata mantan Manajer Persis Solo Totok Supriyanto.

Menurut dia, gaji yang dibayarkan tersebut sesuai dengan masa kerja Diego selama empat bulan bersama Persis.

Kekurangan hak yang dibayarkan oleh klub mencapai Rp131 juta, dengan rincian antara lain gaji selama empat bulan sebesar Rp81 juta serta kekurangan pembayaran kontrak Rp47 juta.

Adapun soal santunan yang mungkin diberikan, kata dia, hal tersebut masih dibicarakan dengan manajeman.

Jenazah Mendieta sendiri dipulangkan ke kampung halamannya pada Rabu (5/12) dengan menggunakan pesawat melalui Bandara Adi Soemarmo Solo.

Kepulangan jenazah Mendieta ke Paraguay dilepas oleh para pendukung Persis.

Suporter Persis memberikan penghormatan terakhir kepada Mendieta yang sempat disemayamkan di Rumah Duka Thiong Ting Solo.