Bunga Melati Tidak Seharum Harganya
Jumat, 21 Desember 2012 5:40 WIB
Dokumen foto tenaga kerja perempuan memetik bunga melati. (ANTARA/Oky Lukmansyah)
Persoalan anjloknya harga bunga melati setiap memasuki masa panen masih terus "menghantui" warga yang berada di pesisir pantai Sigandu, Kabupaten Batang karena alasan perusahaan teh kelebihan pasokan dan penggunaan bahan kimia sebagai pencampur teh hingga permainan harga dari para tengkulak.
Selain itu, monopoli harga bunga melati yang ditetapkan oleh pabrik teh semakin menyulitkan para petani bunga melati tidak berkutik meraih untung yang seperti diharapkan mereka.
Padahal, kebutuhan sejumlah perusahaan teh, seperti di Kota Pekalongan dan Tegal masih menggantungkan pasokan bunga melati dari petani Depok.
Mantan Ketua Kelompok Petani Melati Sigandu Kabupaten Batang, Agung Ujianto mengatakan bahwa sebenarnya permasalahan yang dihadapi para petani melati sudah berlangsung cukup lama dan selalu "buntu" setiap mencari penyelesaian karena mereka mempunyai kepentingan yang berbeda.
Petani melati di Batang terbagi menjadi tiga kategori, yaitu petani dengan lahan milik sendiri, petani lahan sewa, dan petani penggarap dengan biaya penanaman sendiri, serta biaya penanaman melati dari pemilik lahan.
Kategori petani penggarap dengan biaya penanaman sendiri akan menerapkan sistem setiap harga satu kilogram melati akan disetorkan pada pemilik lahan sekitar Rp1.500 sedangkan petani penggarap dengan biaya tanam seluruhnya ditanggung oleh pemilik lahan maka mereka akan mendapatkan sepertiga dari hasil panen melati.
Ia mengatakan bahwa persoalan lain yang dihadapi petani melati Depok, adalah hasil produk bunga melati tidak bisa langsung dijual ke pabrik yang membutuhkan bahan pewangi teh itu melainkan mereka menyetor pada pengepul yang menetapkan harga bunga melati lebih rendah daripada harga pabrik.
"Jika seumpanya pabrik teh itu membeli bunga melati sebesar Rp10 ribu/perkilogram maka pengepul hanya berani Rp9 ribu per kilogram saja. Tentu saja harga itu tidak sebanding dengan biaya produksi yang mencapai Rp8 juta sampai Rp10 juta/ hektarenya," katanya.
Sistem Ijon
Harapan petani melati meraih untung besar saat memasuki masa panen akan makin sulit karena saat memasuki masa tanam, mereka telah "menggadaikan" tanaman melatinya dengan sistem ijon pada para pengepul.
Agung mengatakan bahwa dengan sistem ijon atau petani meminjam sejumlah uang pada pengepul ini, mereka tidak dapat menentukan harga bunga melati melainkan pengepul yang menetapkan harga melati saat masa panen.
"Para pengepul ini akan datang saat petani memasuki masa panen untuk menagih utang pada petani melati. Sedangkan para petani belum mampu membayar utangnya sebelum bunga melati terjual sehingga harga bunga itu akan dikendalikan oleh pengepul," katanya.
Menurut dia, hasil produksi melati di Kabupaten Batang mampu mencapai sekitar lima ton per hari dengan luas lahan sekitar 150 haktare yang tersebar di wilayah Desa Depok, Sigandu, Ujungnegoro, dan Kenconorejo.
Sedangkan produksi melati terbagi menjadi dua, yaitu melati putih sebagai pencampur teh dan melati gambir yang harganya lebih tinggi dibanding melati putih karena baunya lebih wangi.
"Tanaman melati gambir ini hanya berada di Desa Ujungnegoro. Sedangkan tanaman melati ini dapat dipanen setelah tanaman itu berumur empat bulan hingga satu tahun. Akan tetapi masa panen bunga melati akan mempunyai kualitas baik jika tanaman melati sudah berusia satu tahun hingga enam tahun," katanya.
Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Batang Migayani Thamrin mengatakan sebenarnya naik dan turunnya harga bunga melati pada tingkat petani karena kemungkinan produksi bunga melati melimpah sehingga perusahaan menolak membeli bahan pewangi teh itu.
"Naik dan turunnya harga bunga melati sudah biasa terjadi di tingkat petani. Akan tetapi untuk menaikkan harga bunga melati yang sempat jatuh ini, kami akan mencarikan pangsa pasar bunga melati," katanya.
Menurut dia, hasil produksi bunga melati berasal dari Kabupaten Batang, melalui pihak ketiga sudah diekspor ke sejumlah negara tetangga, seperti Singapura dan Malaysia.
"Oleh karena itu, untuk mengantisipasi merosotnya harga bunga melati, kami akan berusaha meningkatkan ekspor bunga melati. Jadi bunga melati itu tidak hanya dijual ke pabrik teh saja, melainkan juga diekspor," katanya.
Pewarta : Kutnadi
Editor : Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2025
Terkait
Terpopuler - Pumpunan
Lihat Juga
"Sepenggal Kisah" BPJS Ketenagakerjaan bagi penggali kubur dan pemandi jenazah
22 November 2024 21:06 WIB