Saat terbangun dari "tidur" panjangnya setelah mengalami peningkatan aktivitas pada pertengahan 2011, Kawah Timbang yang berada Dataran Tinggi Dieng, Kecamatan Batur, ini seolah menguap dengan mengeluarkan berbagai gas beracun seperti CO, CO2, H2S, dan CH4 yang dapat membahayakan manusia.

Oleh karena itulah Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) pada hari Senin, 11 Maret 2013, pukul 21.30 WIB, meningkatkan status Kawah Timbang dari normal (Level I) menjadi waspada (Level II).

Peningkatan status ini bukan tanpa alasan karena berdasarkan pengamatan PVMBG melalui Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Dieng, konsentrasi gas CO2 yang dikeluarkan Kawah Timbang cenderung meningkat.

Bahkan, konsentrasi CO2 yang dikeluarkan Kawah Timbang berada di atas ambang batas aman bagi kesehatan manusia yang sebesar 0,5 persen volume.

Hal itu diketahui berdasarkan pengukuran pada hari Sabtu (9/3) dan Minggu (10/3) dengan waktu pengukuran pada pagi dan sore hari menggunakan alat pengukur gas tipe Drager yang dilengkapi telemetri laju rendah (TLR), konsentrasi CO2 yang dikeluarkan Kawah Timbang berkisar 0,71--1,42 persen volume sehingga telah melampaui batas aman bagi kesehatan.

Terkait dengan kondisi tersebut, PVMBG merekomendasikan agar masyarakat tidak melakukan aktivitas di dalam radius 500 meter dari Kawah Timbang karena adanya ancaman bahaya gas CO/CO2 yang berbahaya bagi kehidupan.

Masyarakat juga diminta agar waspada jika melakukan penggalian tanah di sekitar Kawah Timbang dengan kedalaman lebih dari 1 meter karena dari tempat tersebut dapat berpotensi terancam bahaya gas CO/CO2.

Sejak adanya peningkatan status tersebut, sekitar 50 hektare ladang yang berada di dalam radius 500 meter bahaya gas beracun Kawah Timbang dibiarkan saja oleh pemiliknya karena mereka dilarang memasuki kawasan tersebut.

Selain itu, jalan masuk menuju ladang pun telah dipasangi papan larangan dan garis polisi serta dijaga oleh petugas gabungan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjarnegara serta institusi lainnya.

"Saat ini, ada ladang kentang yang siap panen dan ada pula yang akan ditanami kentang karena memang sedang musim tanam. Namun, ladang kentang yang siap panen itu berada di luar radius bahaya gas beracun Kawah Timbang," kata Kepala Desa Sumberejo Ibrahim.

Dengan demikian, kata dia, petani yang ladangnya siap panen tetap menjalankan aktivitasnya seperti biasa.

Menurut dia, petani sudah memahami kapan gas beracun itu keluar dari Kawah Timbang dan kapan akan menghilang.

"Gas beracun itu biasanya keluar pada pagi dan sore hari. Siang harinya, ketika matahari sudah terik, petani akan pergi ke ladang hingga menjelang sore," katanya.

Akan tetapi, petani yang ladangnya di dalam radius bahaya gas beracun atau 500 meter dari Kawah Timbang, kata dia, terpaksa harus menunda menanam kentang karena mereka dilarang memasuki zona tersebut hingga kondisi kawah tersebut dinyatakan aman oleh PVMBG.

Dia mengharapkan aktivitas Kawah Timbang segera kembali normal sehingga warga bisa berkegiatan seperti biasa.

Menurut dia, warga sekitar Kawah Timbang, terutama Dusun Simbar, Serang, dan Kaliputih menggelar ronda malam guna mengantisipasi berbagai kemungkinan yang dapat terjadi.

"Kalaupun nantinya status Kawah Timbang dinaikkan menjadi siaga dan warga harus dievakuasi, kami siap," katanya.

Warga lainnya, Suwarno, mengatakan bahwa krisis Kawah Timbang merupakan pemberian dari Tuhan untuk menguji kesabaran manusia.

"Kita hanya bisa berdoa dan memohon agar aktivitas Kawah Timbang dapat segera kembali normal," katanya.

Menurut dia, warga sekitar Kawah Timbang menilai peningkatan aktivitas yang terjadi saat ini masih tergolong biasa.

Ia mengatakan bahwa warga sudah memiliki pengalaman berdasarkan krisis Kawah Timbang yang terjadi pada tahun 2011 sehingga mereka lebih siap mental jika status kawah ini dinaikkan menjadi siaga.

"Alhamdulillah, peningkatan aktivitas Kawah Timbang tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar," kata dia yang juga Kepala Sekolah Dasar Negeri 1 Sumberejo.

Menurut dia, sekolah-sekolah di Desa Sumberejo juga telah berkoordinasi dengan dinas dan instansi terkait guna mengantisipasi berbagai kemungkinan yang dapat terjadi di Kawah Timbang karena saat ini siswa kelas 6 sedang mempersiapkan ujian akhir sekolah.

Dia pun mengharapkan media massa dapat lebih objektif dalam memberitakan Kawah Timbang dengan tidak menyebutnya sebagai Gunung Dieng meskipun kawah ini berada di Dataran Tinggi Dieng.

"Kasihan para pelaku wisata di Dataran Tinggi Dieng karena mereka terkena dampak pemberitaan," katanya.

Sementara itu, Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) "Dieng Pandawa" Alif Faozi mengatakan bahwa pemberitaan yang menyebutkan bahwa yang mengalami peningkatan aktivitas adalah Dieng telah berdampak pada penurunan kunjungan wisatawan ke Kawasan Wisata Dataran Tinggi (KWDT) Dieng meskipun tidak separah saat krisis Kawah Timbang pada tahun 2011.

Bahkan, kata dia, banyak wisatawan asal Jakarta yang membatalkan rencana kunjungannya ke KWDT Dieng meskipun mereka telah memesan kamar di sejumlah "homestay".

"Penurunannya kali ini sekitar 25 persen, lebih kecil dibanding 2011 yang mencapai 80 persen," katanya.

Terkait dengan kondisi tersebut, Kepala PGA Dieng Tunut Pujiharjo memastikan KWDT Dieng aman untuk dikunjungi wisatawan karena lokasinya jauh dari Kawah Timbang, sekitar 20 kilometer.

Selain itu, kata dia, radius bahaya gas beracun Kawah Timbang hanya 500 meter sehingga tidak akan menjangkau KWDT Dieng.

"Sayuran yang diproduksi petani Dieng juga aman dikonsumsi manusia," katanya.

Lebih lanjut mengenai aktivitas Kawah Timbang, dia mengutarakan bahwa butuh parameter-parameter tertentu untuk menaikkan atau menurunkan status Kawah Timbang karena harus menggunakan data-data hasil pengamatan untuk dianalisis dan selanjutnya disimpulkan.

Dalam hal ini, kata dia, penentuan status tersebut tidak hanya dari data kimia maupun tingkat aktivitasnya, tetapi juga didukung hasil pengamatan visual.

Menurut dia, peningkatan aktivitas Kawah Timbang tidak memengaruhi kawah-kawah lainnya di Dataran Tinggi Dieng.

"Kalau gas beracun itu bisa keluar dari Kawah Timbang, kenapa harus mencari lubang di kawah lainnya. Namun, dari kami selaku pengamat, khawatir terhadap kemungkinan gas beracun itu keluar dari rekahan-rekahan di sekitar Kawah Timbang," katanya.

Ia mengatakan bahwa kemungkinan itu bisa terjadi jika ada gempa terasa tidak menutup kemungkinan ada patahan yang menutup Kawah Timbang sehingga gas beracun akan mencari jalan lain atau keluar melalui rekahan-rekahan di sekitarnya.

Dia mengakui bahwa selama krisis Kawah Timbang atau sejak peningkatan status dari normal menjadi waspada pada hari Senin (11/3) hingga sekarang telah terjadi lebih dari 20 kali gempa, baik gempa vulkanik dalam, gempa vulkanik dangkal, maupun gempa tektonik lokal.

"Padahal, dalam kondisi normal, rata-rata hanya terjadi 10 kali gempa per bulan," katanya.

Kekhawatiran itu muncul dari pengalaman pada tragedi Sinila pada 20 Februari 1979 yang menelan korban sebanyak 149 jiwa karena dalam kasus ini yang paling bertanggung jawab adalah Kawah Timbang.

Dalam hal ini, warga terjebak gas beracun Kawah Timbang yang keluar melalui rekahan-rekahan di lembah Sinila.

Oleh karena itu, Tunut mengimbau warga tetap tenang dan tidak melakukan aktivitas di dalam radius 500 meter bahaya gas beracun.

Selain itu, lanjut dia, masyarakat diimbau untuk tidak terprovokasi oleh berbagai isu negatif terkait dengan Kawah Timbang.

"Biarlah Kawah Timbang mengeluarkan gasnya untuk sementara waktu. Kami harap warga tetap sabar karena konsentrasi gas yang dikeluarkan Kawah Timbang masih fluktuatif," katanya.

Hal ini diketahui dari hasil pengukuran konsentrasi gas dengan jarak aman 700 meter dari Kawah Timbang pada Jumat (22/3) pagi diketahui, pada Titik Ukur I tidak terdeteksi adanya gas beracun.

Sementara itu, pada Titik Ukur II diketahui konsentrasi H2S sebesar 6 ppm, di Titik Ukur III konsentrasi CO2 sebesar 0,3 persen volume dan H2S sebesar 12 ppm, Titik Ukur IV terdeteksi adanya H2S sebesar 4 ppm , sedangkan di Titik Ukur V dan VI tidak terdeteksi adanya gas.

Berdasarkan pengamatan visual terhadap Kawah Timbang, cuaca terlihat cerah, angin bertiup sedang ke arah selatan dan kadang ke utara, uap air berwarna putih tebal yang disertai gas beracun terpantau meluncur dengan jarak 100--300 meter ke arah selatan atau Kali Sat, dan bau belerang tercium lemah pada jarak 1.000 meter.