"Saya berjualan di dalam kereta api sejak kelas dua SD sampai sekarang. Kami hanya berharap diizinkan mencari nafkah karena kami menggantungkan kebutuhan sandang dan pangan dari kereta api," kata Sugiyono Sudibyo (44) saat ditemui para anggota dewan di ruang Komisi B DPRD Semarang, Kamis.

Dalam kesempatan tersebut, Komisi B DPRD Kota Semarang juga mengundang pihak kereta api dan Dinas Pasar setempat.

Sugiyono menegaskan bahwa para pedagang asongan di atas kereta api tidak pernah mengganggu para penumpang atau menganggu jalannya kereta api.

"Kami bukan menganggu penumpang, tetapi kami hanya menjajakan dagangan yang mungkin tidak dipenuhi oleh restoran KA. Apalagi selera penumpang juga berbeda," kata ayah dua anak ini.

Budi Kristiono (31) pedagang asongan lainnya juga mengaku bahwa para pedagang hanya membutuhkan solusi agar mereka tetap dapat mencari nafkah.

"Kami tidak ingin cari ribut, tetapi apa solusinya agar kami tetap dapat mencari nafkah tanpa rasa takut," katanya.

Jumlah pedagang asongan yang berjualan di atas KA sebanyak 70 orang dan mereka sudah membagi wilayah di masing-masing kereta yang ada.

Mereka mengaku naik kereta api dari Stasiun Poncol Semarang dan menjajakan dagangan seperti kopi dan mie kemasan hingga Pekalongan, kemudian kembali menjajakan di dalam kereta menuju Semarang.