"Kami tahu saat ini pelajar dan mahasiwa Nduga telah membuat kubu-kubu masing-masing karena konflik kepentingan. Maka dari itu kami akan bentuk tim independen dari mahasiswa guna cari akar masalah dan solusi penyelesaianya," kata Markus Haluk di Jayapura, Papua, Rabu.

Markus sampaikan dari informasi yang didapatkanya saat ini sejumlah pelajar dan mahasiswa yang ada di Kota Jayapura dan sekitarnya mulai terkotak-kotak, membentuk kubu-kubu tersendiri karena konflik kepentingan eksekutif dan legislatif di Kabupaten Nduga sejak 23 Maret 2013 lalu.

"Konflik ini sudah sampai ke tengah pelajar dan mahasiswa Nduga yang ada di Sentani dan Jayapura. Kami berharap para pelajar dan mahasiswa lebih bijak sikapi masalah tersebut jangan sampai terbawa konflik kepentingan yang telah korban warga dan materi," katanya.

Konflik yang dimulai dari perbedaaan persepsi soal jumlah distrik (kecamatan,red), DPT, Dapil dan jumlah kursi dewan di Pemilu 2014 itu dilaporkan sudah menjalar hingga ke Sentani, Kabupaten Jayapura. Pada 29 Mei 2013, Eka Tabuni anggota DPRD Kabupaten Nduga tewas dibunuh oleh sejumlah orang yang diduga berasal dari daerah tersebut.

Sebelumnya telah dikabarkan bahwa pada 23 Maret Kepala Bagian Tata Usaha Kabupaten Nduga Yustinus Gwijangge terkena benda tajam ketika terjadi kericuhan saat rapat koordinasi penetapan jumlah distrik (kecamatan,red), DPT, Dapil dan jumlah kursi dewan untuk Pemilu 2014 yang diselenggarakan oleh KPU setempat.

Sehingga di Kabupaten Nduga telah terbentuk dua kubu berujung pada konflik horisontal dan menyebar ke sejumlah daerah terdekat.

"Kapolda Papua dan Gubernur Papua juga harus segera mediasi masalah ini," tambahnya.