"Saat ini gerakan itu terindikasi terbagi menjadi beberapa kelompok yang masing-masing mempunyai gerakan radikal sendiri dan itu harus segera kita arahkan," kata Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme Jawa Tengah Najahan Musyafak di Semarang, Kamis.

Hal tersebut disampaikan Najahan usai kegiatan sosialisasi hasil penelitian potensi terorisme dan pencegahan terorisme di daerah yang diselenggarakan oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan FKPT Jateng.

Ia mengungkapkan, berdasarkan hasil analisis BNPT, saat ini sudah mulai ada pergeseran target terorisme.

"Dulu target aksi terorisme adalah objek-objek vital lalu bergeser pada polisi dan sekarang bergeser pada pola pikir," ujarnya.

Menurut dia, pergeseran target yang kapan saja bisa berubah itu harus diwaspadai secara bersama-sama oleh semua elemen masyarakat karena tidak bisa dilakukan sendiri oleh salah satu pihak.

"Dengan pergeseran target pelaku terorisme tersebut maka kita juga harus melakukan strategi yang baru sebagai upaya antisipasi," katanya.

Kendati demikian, kata dia, yang jauh lebih penting adalah bagaimana kita bisa memahami Islam dalam konteks ke-Indonesiaan.

Ia mengatakan proses mengubah gerakan radikal menjadi nonradikal itu membutuhkan waktu yang cukup panjang dan dilakukan di dalam serta di luar lembaga pemasyarakatan.

"Dua wilayah tersebut itulah yang akan menjadi tugas FKPT di masing-masing daerah," ujarnya.

Ia mengungkapkan ada sekitar 40 narapidana kasus terorisme yang segera keluar lapas dan dilakukan pendekatan sekaligus dialog.

"Pendekatan kepada mereka perlu dilakukan karena di Jateng masih ada kegiatan-kegiatan yang mengarah pada kegiatan radikal," katanya.