Siti Zuhro: Rangkap Jabatan Harus Diakhiri
Sabtu, 14 Desember 2013 17:15 WIB
Peneliti senior Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Prof. R. Siti Zuhro, M.A., Ph.D. (Dok.)
"Kasus Indonesia menunjukkan terlalu banyak pejabat publik yang merangkap jabatan," kata Prof. Wiwieq, sapaan akrab R. Siti Zuhro, ketika dihubungi dari Semarang, Sabtu petang.
Ia mencontohkan sejumlah pejabat yang rangkap jabatan, antara lain presiden mengurusi partai, demikian pula dengan menteri dan kepala daerah serta wakil kepala daerah.
Menurut dosen tetap pada Program Studi Magister Ilmu Komunikasi Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Jakarta dan Riau itu, jabatan publik tidak boleh diserahkan kepada orangnya saja, tetapi harus diserahkan pada aturan main yang disepakati oleh publik.
"Kalau yang bersangkutan menduduki jabatan politik tertentu, semestinya tidak boleh atau dilarang menduduki jabatan atau posisi di ranah tertentu," ucapnya.
Sebagai contoh presiden dan menteri, mereka sangat sibuk. Oleh karena itu, seharusnya tidak boleh rangkap jabatan di partai politik. Masalahnya, hal ini akan mengganggu ritme kerja dan juga akan memunculkan konflik kepentingan (conflict of interest).
Berdasarkan peraturan, lanjut Prof. Wiwieq, cuti menjadi suatu yang niscaya kalau kegiatannya sifatnya temporer. Akan tetapi, kalau kegiatan rutin, seperti menjadi ketua umum partai atau ketua dewan pembina partai, tidak perlu cuti. Alasan ini masih menimbulkan kerancuan dan acap kali diperdebatkan.
"Ke depan, jauh lebih baik kalau etika itu diangkat ke dalam norma peraturan perundangan, misalnya larangan rangkap jabatan," kata alumnus Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Jember, Jawa Timur, itu.
Menurut Prof. Wiwieq, yang aneh adalah ketika menjadi calon anggota legislatif saja orang sudah diharuskan mundur dari pejabat BUMN atau lainnya, tetapi ketika sudah terpilih menjadi menteri atau presiden masih rangkap jabatan.
"Hal tersebut menimbulkan anomali atau paradoks karena peraturan hukum kita kurang konsisten," kata alumnus Curtin University, Perth, Australia itu.
Pewarta : Kliwon
Editor : Kliwon
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Terpopuler - Politik dan Hankam
Lihat Juga
Zulkifli Hasan Berharap Jakarta Kembali Tenang dan Damai Setelah Pilkada
02 February 2017 6:50 WIB, 2017
Agus: Saya hanya Sampaikan "Salam Hormat" ke Pak Maruf dan Pengurus PBNU
01 February 2017 19:04 WIB, 2017
" Presiden Jokowi Ingin Bertemu Saya, Tapi Dilarang Dua-Tiga di Sekeliling Beliau," Kata SBY
01 February 2017 18:35 WIB, 2017
Tim Anies-Sandi: Kegiatan PT MWS pada Masyarakat Tentang Reklamasi Pulau G Memaksakan Ambisi
01 February 2017 17:17 WIB, 2017
Setnov: NU Salalu Hadir sebagai Organisasi yang Suarakan Perdamaian dan Kesejukan
01 February 2017 16:41 WIB, 2017
Ahok Menyayangkan ada Pihak yang Mengadu Domba bahwa Dia Menghina Integritas PBNU
01 February 2017 16:12 WIB, 2017
Din: Tudingan Ahok Terhadap Maruf Bernada Sarkastik dan Sangat Menghina
01 February 2017 15:58 WIB, 2017
SBY perlu Klarifikasi Pernyataan Kuasa Hukum Ahok yang Mengkaitkan Fatwa MUI
01 February 2017 14:56 WIB, 2017