Kondisi yang kadang disebut kemurungan selama libur atau holiday blues ini bisa merupakan bagian dari gangguan afektif musiman (Seasonal Affective Disorder/SAD), kata Mary Fristad, profesor psikiatri, psikologi dan nutrisi di The Ohio State University Wexner Medical Center.

Dalam artikel di Expert Voices laman LiveScience, Fristad menulis bahwa SAD secara biologis dipicu oleh kondisi selama musim dingin saat ritme tubuh keluar dari keselarasan dengan matahari.

Selain itu holiday blues bisa dipicu oleh beragam faktor seperti kesedihan karena kehilangan orang yang dikasihi, usaha untuk mengatasi perubahan atau rasa sakit, atau ekspektasi tidak realistis tentang gambaran liburan sempurna di tengah masalah keuangan dan keluarga.

Tekanan akibat terlalu banyak permintaan serta gangguan pola makan, hiburan, olahraga, kerja dan tidur juga bisa membawa efek buruk pada suasana hati selama liburan.

Fristad, yang sering menangani orang dengan holiday blues, menyarankan kombinasi strategi untuk mengelola perasaan sedih dan tertekan selama liburan.

Dia menyarankan tiga kategori "obat gratis" untuk masalah ini, yaitu memastikan diri cukup tidur, berolahraga dan makan sehat.

Ia juga menyarankan penjadwalan ulang waktu untuk menenangkan diri, rileks, berdoa, bermeditasi atau tertawa, atau bahkan menangis dan berteriak.

"Dan bingkai kembali ekspektasi supaya lebih realistis dan bias diwujudkan dengan waktu, uang dan energi yang ada tahun ini. Lebih baik membuat tradisi yang bisa dilakukan daripada versi dongeng yang Anda bayangkan," katanya.

Bagi mereka yang bersedih karena kehilangan orang-orang yang dikasihi, ia menjelaskan, ritual seperti menulis surat dan berkumpul bersama sanak keluarga untuk mengenang masa-masa indah bersama mereka akan lebih baik.

Ia juga menyarankan pembuatan resolusi guna memperbaiki kebiasaan yang menyehatkan dan memulainya dengan tidur cukup menjelang Tahun Baru.

Dan karena setiap orang memiliki kebutuhan tidur yang berbeda, dengarkan dan hormati kebutuhan tubuh Anda, kata dia.

Ketika kita kurang tidur, kita cenderung mengonsumsi banyak gula dan lemak serta makan berlebihan.

Dengan cukup tidur, lebih mudah untuk makan sehat serta berolahraga teratur untuk menjaga pandangan hidup yang positif. "Dan yang terpenting, bersabar dengan diri sendiri dan orang lain," katanya.