"Beliau sangat membenci pembajakan dan selalu ia perangi, jika bicara pembajakan spontan emosinya meledak-ledak," kata Tantowi ketika ditemui di rumah duka di Rumah Kreatif Fadli Zon Cimanggis Depok, Senin.

Tantowi mengaku mendapat pesan dari Idris Sardi untuk mengabadikan karya-karyanya, karena hingga saat ini karya-karyanya masih tertumpuk di rumahnya.

Ia mengaku sudah menghubungi Santi, anak Idris Sardi, untuk membicarakan hal tersebut.

Ia mengatakan akan membawa sejumlah master karya Idris untuk diabadikan, beberapa di antaranya adalah musik "soundtrack" film yang berhasil dimenangkan almarhum dalam Piala Citra.

"Ada seperempat master karya almarhum yang belum diabadikan. Karyanya ada yang masih disimpan Santi (putri Idris Sardi, red.). Saya akan membicarakan masalah tersebut dengan putrinya," ujarnya.

Tantowi khawatir jika karya-karya almarhum Idris Sardi tidak diabdikan, dalam kurun waktu 5-10 tahun mendatang, banyak yang tidak mengenal Idris Sardi.

"Nanti anak-anak kita tak mengenal karya-karya Idris Sardi," ujarnya.

Dia mengatakan Idris Sardi merupakan aset besar sejarah di dunia perfilman dan dunia musik Indonesia.

Tantowi yang sudah mengenal Idris Sardi selama 30 tahun itu, mengaku mengenal dengan baik watak Idris Sardi dalam bermusik.

"Gaya bicara yang keras dan tegas merupakan ciri khas beliau. Kalau tak mengenalnya bisa sakit hati. Padahal sikapnya itu sangat baik bagi dunia musik Indonesia," katanya.

Maestro violin Indonesia meninggal dunia pada usia 76 tahun akibat penyakit yang dideritanya. Almarhum meninggal di Rumah Sakit Melia Cibubur, Senin pukul 07.25 WIB.

Almarhum dimakamkan di TPU Menteng Pulo, Jakarta Selatan. Jenazah diberangkatkan dari rumah duka Rumah Kreatif Fadli Zon di Cimanggis Depok, pukul 14.10 WIB.