Logo Header Antaranews Jateng

Donor Darah Berbagi Tak Kenal Materi

Senin, 18 Agustus 2014 07:15 WIB
Image Print
Petugas PMI melakukan proses pengambilan darah seorang pendonor, pada kegiatan donor darah bertajuk "A Drop for Hope - Saving Blood for Saving Mothers", yang diselenggarakan oleh Tupperware, di Semarang, Jateng, Sabtu (16/8). Kegiatan donor darah yan

Ayah empat anak tersebut bernama Eko Widianto, warga Genuksari, Semarang yang hadir dalam acara HUT Tupperware ke-23 di Java Supermal Semarang, Sabtu.

Eko mengaku rutinitas sebagai donor darah berawal saat ada tetangganya yang mengalami gagal jantung dan membutuhkan darah secepatnya.

"Saat itu, saya belum tahu bagaimana caranya dan langsung ke PMI untuk diperiksa. Golongan darah saya sama dengan yang dibutuhkan tetangga yakni golongan darah B," kata Eko yang diamini istri dan seorang anak perempuan yang mendampinginya.

Tidak sekadar sekali membantu tetangga, Eko kemudian rutin donor darah karena untuk menjaga kesehatan diri sendiri juga untuk membantu yang lain.

Peduli dan berbagi yang dilakukan Eko Widianto, hanya salah satu contoh yang dapat dilakukan oleh seluruh masyarakat karena menjadi donor darah tidak mengenal materi yang dimilikinya.

Marketing Manager PT Tupperware Indonesia Nurlaila Hidayaty atau yang akrab dipanggil Ety ini menjelaskan bahwa donor darah dapat dilakukan semua kalangan.

Melalui donor darah, semua orang dapat memberikan manfaat untuk dirinya juga untuk yang lainnya. Apalagi syarat utama menjadi donor darah menurut penjelasan Direktur Unit Donor Darah PMI Semarang dr Rini Astuti sangat mudah yakni sehat.

Soal usia, donor darah dapat dilakukan oleh mereka yang berusia 17 tahun hingga 60 tahun dan berat badan minimal 45 kilogram, serta tiga hari sebelum donor tidak minum obat kecuali vitamin. Hanya untuk donor perempuan, tidak dalam keadaan menstruasi.

"Tidak perlu takut, karena justru akan mendapat banyak keuntungan dengan donor darah," jelas Rini Astuti.

Sejumlah keuntungan dengan donor darah yakni dengan sekali donor dapat menolong tiga orang sekaligus (sekali donor, darah diproses menjadi tiga komponen darah); pemeriksaan kesehatan rutin tiga bulan sekali (penyakit Hepatitis B, Hepatitis C, Sipilis, dan HIV).

Keuntungan lainnya yakni menurunkan jumlah penderita jantung dan stroke karena dengan donor darah, sirkulasi darahnya lancar dan tidak ada lagi penyumbatan.

Kesempatan sama, Ketua PMI Kota Semarang Saman Kadarisman mengakui bahwa tingkat kesadaran donor saat ini sudah cukup baik dan tetap perlu terus ditingkatkan karena dengan adanya Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, permintaan darah meningkat.

Kebutuhan normal yang biasanya berkisar 200 kantong hingga 300 kantong menjadi 300 kantong hingga 330 kantong atau sekitar 9.000 hingga 10 ribu per hari setelah ada BPJS. Masyarakat yang sebelumnya belum mendapatkan kesempatan, setelah ada BPJS Kesehatan bisa dapat tranfusi darah.

Saat ini stok darah di PMI Kota Semarang 2.000 kantong dan permintaan darah tidak sekadar datang dari rumah sakit yang ada di daerah setempat, tetapi juga dari daerah sekitar seperti Kabupaten Grobogan, Kabupaten Semarang, Tegal, dan Salatiga juga dilayani.

Rini menambahkan untuk pengolahan darah mulai 1 Agustus 2014 sebesar Rp360 ribu per unit cost. Uang tersebut bukan untuk membeli darah, tetapi untuk biaya membeli kantong, pemeriksaan empat penyakit yakni Hepatitis B, Hepatitis C, Sipilis, dan HIV kepada calon donor, biaya pencocokan darah kepada pasien, peralatan, serta untuk menu donor.

Untuk memenuhi stok tersebut, PMI memanfaatkan momentum hari jadi perusahaan agar membantu kegiatan donor darah selain kegiatan aktif seperti bus yang "standby" setiap sore mulai pukul 16.00 WIB hingga 18.00 WIB di Jalan Pahlawan untuk mengkampanyekan dan melayani donor darah.

Hasilnya, setiap hari dapat diperoleh 40 kantong hingga 50 kantong dan PMI berharap dapat kembali menyediakan satu bus lagi yang akan ditempatkan di daerah Tembalang dengan syarat jumlah donor darah rutin ada setiap hari.

Ety menambahkan bahwa kegiatan donor darah pada hari jadi Tupperware tersebut serentak dilaksanakan di 23 kota se-Indonesia dengan target dapat memperoleh sekitar 15 ribu kantong darah.

Ia mengaku donor darah adalah kegiatan amal yang dilakukan setiap hari jadi dan kali ini merupakan kegiatan tahun ke-7 sejak tahun 2008 dengan jumlah kota yang terus bertambah sesuai umur Tupperware Indonesia.

Tidak sekadar donor darah, tambah Ety, Tupperware tahun sebelumnya juga telah berbagi dengan melatih anak jalanan di daerah Jakarta dan Depok dengan pelatihan menjahit, musik, dan salon dengan hasil cukup bagus karena sudah dapat mendatangkan pelanggan.

Jadi "Life Style"
Tupperware berharap tingkat kesadaran masyarakat terus bertambah untuk menjadi donor darah, bahkan bisa menjadi gaya hidup.

Tidak hanya Tupperware, tetapi juga oleh komunitas Blood 4 Life yang berusaha menjadi "jembatan" bagi yang memerlukan dengan mereka yang siap sebagai donor serta menjadi mitra PMI.

Joshua Krisnawan, perwakilan Blood 4 Life yang hadir dalam acara tersebut menjelaskan bahwa komunitasnya dibentuk oleh Valencia Mieke Randa pada tahun 2009.

Melalui media sosial, Blood 4 Life terus mendorong donor darah menjadi gaya hidup anak muda. Apalagi dengan perkembangan zaman, semua kalangan sudah melek media untuk mengakses informasi dan dapat berpartisipasi untuk mereka yang memerlukan.

Untuk meningkatkan kesadaran seluruh masyarakat, PMI juga terus menggencarkan semangat: "Menyumbang uang sudah biasa, tetapi menyumbang darah adalah luar biasa". Luar biasa, karena diperlukan kesadaran untuk berbagi kepada sesama.


Pewarta :
Editor: Hari Atmoko
COPYRIGHT © ANTARA 2025