Logo Header Antaranews Jateng

Pelajaran Penting Setelah Ditaklukkan Filipina

Rabu, 26 November 2014 15:26 WIB
Image Print
Betapa tidak, tim asuhan pelatih Alfred Riedl dikalahkan tim Filipina dengan skor telak 0-4 pada babak penyisihan grup A ajang tersebut. Padahal selama ini, Filipina merupakan negara yang kurang menonjol di dunia sepak bola. Mereka (Filipina) justru lebih menonjol di cabang olahraga tinju karena memiliki legenda tinju dunia Emmanuel Dapidran Pacquiao.

Memang tragis, kedigdayaan timnas Indonesia kontra Filipina runtuh di Vietnam. Berdasarkan catatan pertemuan kedua tim sebanyak 22 kali tersebut timnas Indonesia selalu menang dalam 21 kali pertandingannya, bahkan tak tanggung-tanggung selama itu pemain-pemain Indonesia mampu melesakkan bola ke gawang Filipina sebanyak 91 gol dan hanya kemasukan 11 gol saja.

Kemenangan besar Indonesia atas Filipina terjadi pada ajang Piala AFF 2002 di Jakarta. Saat itu Indonesia mampu membombardir gawang Filipina dengan 13 gol dan hanya kemasukan satu gol.

Dengan kekalahan di Piala AFF 2014 ini, praktis Firman Utina dan kawan-kawan harus menunggu keajaiban untuk lolos ke semifinal karena dari dua kali pertandingan baru mengumpulkan nilai satu yaitu saat seri melawan tuan rumah Vietnam (2-2). Filipina sudah memastikan lolos ke semifinal karena mengumpulkan nilai enam dari dua kali pertandingan.

Posisi kedua ditempati tuan rumah Vietnam yang mengumpulkan nilai empat dari dua kali main, sekali menang (3-0 atas Laos) dan sekali seri (2-2 lawan Indonesia). Indonesia masih bisa melanjutkan pertandingan di Piala AFF dengan catatan menang besar atas Laos sedangkan Filipina mampu mengalahkan Vietnam.

Melihat kondisi tersebut target realistis yang bisa dicapai timnas Indonesia adalah terhindar dari juru kunci Grup A dengan memenangkan pertandingan terakhir babak penyisihan melawan Laos.

Pelatih asal Austria Alfred Riedl menyatakan bahwa kekalahan ini karena stamina dan kondisi fisik pemain yang buruk dan belum bisa optimal untuk turnamen seberat Piala AFF ini. Dua hari terakhir menjelang pertandingan tersebut Riedl sudah berusaha meningkatkan stamina pemain yang sudah terkuras setelah para pemain tampil membela klubnya masing-masing pada gelaran Liga Super Indonesia.

Bahkan, satu bulan sebelum tampil di Piala AFF 2014 ini, pemain yang menjadi incaran Riedl masih bolak-balik dari pelatnas ke timnya yang sedang berlaga pada babak delapan besar Liga Super Indonesia.

Tentunya, hasil ini menjadi pelajaran yang berharga bagi PSSI untuk menata kembali kompetisi di dalam negeri dengan sebaik mungkin. Memang, musim kompetisi di dalam negeri tahun ini berlangsung lama pasalnya tim yang menjadi peserta Liga Super Indonesia dibagi dalam dua wilayah yang tentu saja menguras energi yang besar.

Misalnya, dengan mengembalikkan jumlah peserta kompetisi Liga Super menjadi satu wilayah dengan 18 sampai 20 tim saja sehingga perputaran kompetisi menjadi lebih pendek sehingga jika ada gelaran besar tingkat internasional yang mewakili bangsa dan negara, pemain memiliki waktu yang cukup untuk menjalani pelatnas.

Memang, pemain yang dipanggil masuk timnas adalah mereka yang bermain cemerlang di timnya masing-masing sesuai dengan kondisi pelatih yang menangani tim nasional. Tetapi pemain tentunya perlu penyesuaian yang cukup dengan rekan-rekannya karena mereka berasal dari tim yang berbeda dengan ciri khas permainan yang berbeda pula.

Apa pun alasannya, kalah tetap kalah. Masing-masing tim negara peserta AFF memiliki masalah. Pelajaran penting bagi PSSI adalah secara jujur mengakui kelemahan kemudian berbenah dan berbenah.

Tentunya, PSSI sebagai penanggung jawab organisasi sepak bola di Tanah Air sudah memiliki agenda internasional yang akan diikuti timnas sehingga kompetisi yang diputar di dalam negeri harus disesuaikan dengan ajang internasional.

Sepak bola Indonesia masih bisa bersaing dengan negara-negara Asia Tenggara dengan catatan PSSI harus menata kembali kompetisi di Tanah Air.***


Pewarta :
Editor: Zaenal A.
COPYRIGHT © ANTARA 2024