Produsen Ikan Pindang Tunggang-Langgang Cari Bahan Baku
Rabu, 28 Januari 2015 17:58 WIB
Hal itu, kata dia, disebabkan karena kondisi cuaca di laut yang tidak memungkinkan untuk berlayar.
Untuk mempertahankan pasokannya agar tetap bisa berproduksi selama musim baratan, katanya, pihaknya mendatangkan pasokan ikan salem berukuran sedang dari Tiongkok.
Sementara ikan layang, kata dia, masih bisa dipasok oleh nelayan lokal, meskipun kualitasnya tidak bagus.
Hasil tangkapan ikan para nelayan di wilayah Pati belum banyak, sehingga belum mampu memenuhi kapasitas produksinya.
Selain mengandalkan pasokan ikan dari nelayan Juwana, kata dia, tempat usahanya juga mengandalkan pasokan ikan dari Jakarta.
Ketersediaan bahan baku yang terbatas seperti sekarang, kata dia, berdampak pada harga jual bahan bakunya juga melonjak.
Untuk jenis ikan layang, kata dia, harga lelang sebelumnya hanya Rp1,3 juta per 180 kilogram, kini melonjak menjadi Rp2,6 juta.
Sementara harga ikan salam impor, kata dia, untuk setiap 15 kg sebesar Rp195 ribu.
Meskipun harga bahan baku ikan sangat mahal, kata dia, harga jual ikan pindangnya tetap diupayakan bisa terjangkau konsumen.
"Jika dinaikkan terlalu tinggi, dikhawatirkan tidak terserap pasar," ujarnya.
Awalnya, kata dia, harga ikan untuk dibuat ikan pindang kurang dari Rp20.000 per paket, kini bisa mencapai Rp30.000 per paket yang berisi antara 48 ekor ikan hingga 80 ekor ikan pindang.
Sementara harga ikan salem yang dibuat ikan pindang, kata dia, saat ini mencapai Rp50.000 per paket yang berisi 19 ekor.
Bambang, salah seorang nelayan asal Juwana mengakui, setiap musim baratan memang ada nelayan yang tidak melaut.
"Kalaupun ada yang melaut tentunya khusus kapal berukurang besar dan proses pencarian ikannya juga disesuaikan kondisi gelombang di laut," ujarnya.
Hal itu, kata dia, tentunya berpengaruh terhadap hasil tangkapan ikannya tidak sebanyak ketika di cuaca laut dalam kondisi normal.
Pewarta : Akhmad Nazaruddin
Editor:
Zaenal A.
COPYRIGHT © ANTARA 2024