Logo Header Antaranews Jateng

Sudah 13 Astronom Asing yang Mendaftar untuk Meneliti Gerhana Matahari Total

Rabu, 15 April 2015 11:20 WIB
Image Print
Gerhana matahari total terlihat dari satelit mini Proba-2 pemerhati-Matahari milik ESA, yang menggunakan SWAP imager untuk mengabadikan gambar saat bulan melintas di depan matahari dalam foto handout dari Observatorium Kerajaan Belgia, Jumat (20/3).
"Meski masih lama, tapi sejumlah astronom asing sudah mendaftar. Hingga 8 April 2015 lalu sudah 13 orang yang mendaftar guna penelitian gerhana matahari total itu," kata Kepala Lapan Thomas Djamaludin di Bandung, Rabu.

Menurut Thomas, mereka para astronom yang berasal dari delapan negara di antaranya Jepang, Australia, Amerika Serikat, Jerman bahkan Malaysia dan Vietnam.

Jumlahnya dipastikan terus bertambah karena fenomena alam gerhana matahari total merupakan fenomena langka.

"Kita memang bisa menemukan gerhana matahari setiap tahun, tapi itu hanya gerhana matahari biasa. Sedangkan untuk gerhana matahari total peristiwa itu sangat jarang terjadi," katanya.

Dalam menyambut gerhana matahari total (GMT) yang akan terjadi pada 9 Maret 2016 Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) menggelar lokakarya yang bertujuan mengumpulkan komunitas astronomi guna membahas fenomena itu dari sudut pandang penelitian, edukasi, dan wisata.

Pada lokakarya itu, Lapan menawarkan tiga aspek yang perlu diperhatikan dalam menyambut gerhana matahari total (GMT) 2016 yakni aspek penelitian, edukasi publik dan kebudayaan.

Ia menjelaskan, pada aspek edukasi publik, Lapan akan mengundang para astronomi amatir untuk ikut bergabung meneliti gerhana matahari total.

"Aspek ini kami harapkan bisa menjadi pintu masuk bagi generasi muda Indonesia yang ingin mengenal lebih dan menyukai dunia astronomi," katanya.

Selain itu, Lapan juga akan bekerjasama dengan para peneliti dari BMKG, Observatorium Bosscha, perguruan tinggi, dan Himpunan Astronomi Indonesia (HAI) guna memberikan pendidikan astronomi kepada masyarakat.

"Ada masyarakat yang belum paham tentang proses terjadinya gerhana matahari dan dampak yang ditimbulkan dari fenomena tersebut. Singkatnya, kami mengimbau agar masyarakat tak melihat langsung saat gerhana itu terjadi, karena efek yang ditimbulkan gerhana matahari bisa merusak mata," katanya.

Pewarta :
Editor: Totok Marwoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024