'Emas Hijau' Komoditas Andalan Masyarakat Lereng Sumbing
Rabu, 1 Juli 2015 15:25 WIB
Budi daya tanaman tembakau hingga saat ini masih menjadi andalan pendapatan petani dan memberikan dampak bagi pergerakan perekonomian daerah tersebut.
Tanaman tembakau tidak hanya ditanam di lereng Gunung Sumbing saja, tetapi juga di lereng Gunung Sindoro dan Prahu.
Tanaman yang menghasilkan bahan baku rokok kretek ini tersebar di 14 kecamatan dari 20 kecamatan di Kabupaten Temanggung, yakni Parakan, Candiroto, Ngadirejo, Tembarak, Kedu, Kledung, Wonoboyo, Tretep, Bulu, Bansari, Temanggung, Selopampang, Tlogomulyo, dan Kecamatan Jumo.
Pinggir mengatakan bahwa masa panen tembakau tahun ini agak mundur karena waktu tanam juga mundur karena tingginya curah hujan saat masa tanam. Biasanya Maret sudah tanam, tetapi pada pertengahan April kemarin baru tanam. Masa panen mulai akhir Agustus atau awal September 2015.
"Meskipun masa tanam telah diundur, curah hujan juga masih tinggi sehingga banyak tanaman yang mati," katanya.
Ia menuturkan bahwa tanaman tembakau hingga umur 50 hari masih membutuhkan air untuk pertumbuhan. Namun, jika curah hujan terlalu tinggi, juga tidak baik untuk tanaman tembakau karena akan membusuk atau kalau masih kecil tanaman mudah terbawa air hujan.
Meskipun tanaman sudah berumur lebih dari dua bulan, menurut dia, sebenarnya masih membutuhkan hujan kiriman agar pertumbuhan tanaman bisa maksimal.
"Walaupun tanaman tembakau telah menghijau, kami mengharapkan ada hujan kiriman satu hingga dua kali agar pupuk bisa diserap semua oleh tanaman sehingga pertumbuhannya dapat maksimal," katanya.
Ia mengatakan bahwa tahun ini dirinya menanam tembakau di lahan seluas 1 hektare dan telah mengeluarkan dana sekitar Rp20 juta untuk biaya penanaman dan pemeliharaan tanaman.
Untuk mendapatkan modal biaya tanam tersebut, kata dia, Rp10 juta di antaranya pinjam ke koperasi desa dan sisanya menggunakan uang tabungan. Berdasarkan pengalaman selama ini, pihaknya bisa mengembalikan uang pinjaman sehabis panen dan bahkan masih bisa menabung.
"Biaya tersebut tergolong rendah karena sebagian pupuk kandang tidak usah membeli karena kami mempunyai ternak kambing di rumah yang bisa dimanfaatkan kotorannya," katanya.
Ia berharap harga tembakau tahun ini bisa bagus, seperti tahun 2009 dan 2011. Waktu itu harga tembakau srintil mencapai Rp700 ribu--Rp850 ribu per kilogram.
Meskipun biaya tinggi, pihaknya tetap menanam tembakau. Apa pun nantinya yang terjadi karena tembakau merupakan satu-satunya tanaman yang bisa tumbuh baik pada saat musim kemarau di lereng Gunung Sumbing.
"Tembakau harus tetap jalan, kalau tidak bisa repot karena untuk mencukupi kebutuhan besar tetap dari tembakau," katanya.
Hal tersebut dibenarkan Kepala Desa Legoksari Subakir. Dia menyebutkan berapa pun biaya yang dikeluarkan petani akan tetap menanam tembakau karena hasilnya cukup lumayan dibanding komoditas yang lain, apalagi musim kemarau seperti ini tidak ada tanaman yang bisa bertahan kecuali tembakau.
Karena belum ada hujan kiriman, kata dia, beberapa petani yang ladangnya berada di tepi jalan biasanya melakukan penyiraman tanaman tembakau dengan menggunakan bak penampungan air yang diangkut dengan mobil pikap, kemudian disalurkan dengan selang.
Menurut dia, dari segi kualitas dengan cuaca yang kering seperti ini, bagus untuk tanaman tembakau. Akan tetapi, akan lebih bagus lagi kalau ada hujan kiriman sehingga tanaman tembakau akan tumbuh maksimal sehingga kuantitasnya juga bagus.
Ia menjelaskan satu hektare lahan tembakau di wilayah Desa Lamuk biaya produksi bisa mencapai Rp60 juta karena tenaga kerja sekarang mahal dan harga pupuk kandang juga naik. Misalnya, harga pupuk kandang yang semula Rp1,2 juta per truk, kini mencapai Rp1,5 juta per truk.
Jimpitan Tembakau
Sejumlah desa di Kecamatan Tlogomulyo memberlakukan iuran bagi petani yang menanam tembakau setiap kali panen untuk kas desa yang biasa disebut jimpitan.
Pinggir Wahid menuturkan bahwa pada panen tembakau tahun lalu setiap keluarga di Desa Tlilir harus membayar uang jimpitan Rp750 ribu.
"Besaran uang jimpitan bergantung pada kebutuhan desa dan juga hasil panen tembakau. Saat di desa kami membangun masjid beberapa tahun lalu, uang jimpitan mencapai Rp2 juta per keluarga," katanya.
Hal yang sama juga dilakukan di Desa Legoksari, setiap keluarga di desa tersebut harus membayar uang jimpitan ke desa berdasarkan besar kecil hasil panen tembakau.
Subakir menuturkan bahwa setiap kali panen tembakau warga menyisihkan uang jimpitan untuk pembangunan desa.
Ia menyebutkan pada tahun 2014, dari sebanyak 400 keluarga di Desa Legoksari yang semuanya bercocok tanam tembakau, bisa mengumpulkan uang jimpitan sekitar Rp300 juta.
"Pemanfaatan uang jimpitan, antara lain untuk pembangunan infrastruktur, biaya uapacara adat, dan kegiatan keagamaan," katanya.
Bangunan fisik yang telah dilakukan dari hasil jimpitan, kata dia, antara lain membangun SD Negeri Legoksari, membangun balai desa, balai RW, masjid, gedung TK, mengaspal jalan desa, dan membangun gedung TPQ.
"Secara ekonomi, tanaman tembakau selain menyejahterakan petani, tidak sedikit sarana prasarana yang dibangun dari jimpitan tembakau," katanya.
Bahkan, kata dia, anggaran dana desa yang belum cair hingga saat ini, desa menggunakan dana operasional desa dari uang kas hasil jimpitan tersebut.
Wakil Bupati Temanggung Irawan Prasetyadi mengatakan bahwa budi daya tanaman tembakau sampai saat ini masih menjadi andalan pendapatan petani dan memberikan dampak bagi pergerakan perekonomian daerah ini.
Agar usaha pertembakauan bisa berjalan efektif dan efisien, menurut dia, petani selayaknya menjaga mutu dengan tidak mencampur dengan tembakau dari luar Temanggung.
"Kami yakin kalau petani bisa menjaga kemurnian tembakau Temanggung dengan varietas kemloko, tidak mencampur dengan tembakau daerah lain, harganya tetap bagus," katanya.
Dalam upaya menjaga kualitas tembakau asli Temanggung, Pemerintah Kabupaten Temanggung melakukan pemurnian benih tembakau varietas kemloko.
Kepala Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Temanggung Masrik Amin Zuhdi mengatakan bahwa varietas kemloko merupakan tembakau asli Temanggung yang diminati sejumlah pabrik rokok.
Untuk memenuhi kebutuhan petani pada masa tanam tahun ini, kata dia, Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Temanggung menyiapkan 135 kilogram benih tembakau varietas kemloko 1, kemloko 2, dan kemloko 3.
"Benih tembakau tersebut kami bagikan kepada para petani secara gratis," katanya.
Ia menjelaskan 10 gram biji atau benih tembakau bisa menghasilkan bibit tembakau untuk ditanam di luas lahan satu hektare sehingga benih 135 kilogram bisa mencukupi untuk kebutuhan 13.500 hektare lahan.
Luas lahan tanaman tembakau pada tahun ini, lanjut dia, hampir sama dengan tahun 2014 sekitar 14.000--15.000 hektare.
Untuk membantu petani, kata Masrik, Pemkab Temanggung maupun Pemprov Jawa Tengah memberikan bantuan pupuk NPK majemuk kepada 100-an kelompok tani.
Ia menjelaskan setiap hektare tanaman tembakau membutuhkan 450 kilogram pupuk NPK majemuk dan rata-rata setiap hektare mendapat bantuan pupuk sekitar 250 kilogram.
"Bantuan pupuk tersebut sebagai stimulan, sedangkan kebutuhan pupuk yang lain, seperti ZA dan SP36, petani harus mencukupi sendiri," katanya.
Pewarta : Heru Suyitno
Editor:
M Hari Atmoko
COPYRIGHT © ANTARA 2025