Logo Header Antaranews Jateng

Obama Minta Maaf ke Jepang setelah Klaim WikiLeaks Soal Mata-mata

Rabu, 26 Agustus 2015 15:49 WIB
Image Print
Presiden Amerika Serikat Barack Obama (kanan) didampingi Wakil Presiden Joe Biden (kiri) saat menyampaikan keterangan dari ruangan pers Gedung Putih, Washington, Kamis (18/6/15). (REUTERS/Jonathan Ernst)
Obama melakukan pembicaraan telepon dengan Perdana Menteri Shinzo Abe pada Rabu pagi, kata jurubicara Yoshihide Suga, dan menambahkan kedua pemimpin sepakat bekerja sama menghadapi masalah perekonomian global di tengah anjloknya pasar saham akibat kekhawatiran mengenai Tiongkok.

"Presiden Obama mengatakan dia sangat menyesal... karena kasus ini menimbulkan perdebatan panjang di Jepang," kata Suga dalam jumpa pers rutin, tanpa memberikan konfirmasi soal klaim mata-mata tersebut.

Ia menambahkan bahwa Abe menegaskan kembali "keprihatinan serius" atas kasus tersebut.

"Perdana Menteri Abe mengatakan (kepada Obama) bahwa jika kepentingan rakyat Jepang menjadi subjek kegiatan ini, maka ini akan membahayakan hubungan saling percaya di antara negara bersekutu," kata Suga seperti dilansir kantor berita AFP.

Dalam pembicaraan sebelumnya dengan Wakil Presiden Joe Biden, Abe menyuarakan keprihatinan serupa jika klaim mata-mata ini benar.

Pada Juli, WikiLeaks menyatakan memiliki dokumen penyadapan yang mengungkap kegiatan mata-mata selama bertahun-tahun oleh Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat (National Security Agency/NSA) terhadap pejabat-pejabat dan perusahaan-perusahaan besar Jepang.

Jepang merupakan salah satu sekutu kunci Washington di kawasan Asia Pasifik dan secara reguler menggelar konsultasi mengenai isu-isu pertahanan, ekonomi dan perdagangan.

Tidak seperti kanselir Jerman Angela Merkel dan Presiden Prancis Francois Hollande, Abe tampaknya tidak menjadi target langsung penyadapan. Sasarannya menurut WikiLeaks adalah politisi senior lain termasuk Menteri Perdagangan Yoichi Miyazawa.


Guncangan pasar

Obama dan Abe juga membicarakan guncangan pasar yang mengalami penjualan saham global besar-besaran, setelah Tiongkok memangkas nilai yuan untuk mendorong ekspor, sehingga memantik kekhawatiran terjadinya pelemahan ekonomi serta pengaruh lebih lanjut terhadap pertumbuhan global.

"(Abe dan Obama) akan bekerja sama erat dalam isu-isu ekonomi," kata Suga tanpa menjelaskan lebih jauh.

Ia menambahkan Obama menegaskan kembali dukungan Washington bagi pidato Abe menjelang peringatan ke-70 berakhirnya Perang Dunia II, dimana ia meminta maaf namun juga mengatakan generasi masa depan tidak perlu meminta maaf atas catatan perang Jepang.

"Presiden mengatakan ia menyambut baik (pidato Abe) secara keseluruhan," kata Suga, merujuk pada pidato Abe yang disampaikan beberapa waktu lalu.

Sekutu-sekutu Jepang, termasuk AS dan Inggris mendukung pernyataan Abe, namun Tiongkok dan Korea Selatan mengatakan ia gagal meminta maaf secara tepat atas agresi Tokyo selama masa perang.

Negara-negara tetangga Jepang sangat menderita akibat penjajahan Jepang di seluruh Asia dalam periode pertama abad ke-20.(Uu.S022)


Pewarta :
Editor: Mahmudah
COPYRIGHT © ANTARA 2024