BNN Sukses Bongkar Jaringan Narkoba Internasional
Jumat, 29 Januari 2016 22:14 WIB
Kerja keras Badan Narkotika Nasional (BNN) Pusat dalam mengungkap peredaran narkoba dari kelompok jaringan internasional, akhirnya membuahkan hasil.
Berkat kerja sama dengan berbagai pihak untuk saling bahu membahu, akhirnya informasi awal soal kemungkinan adanya penyelundupan sabu dalam jumlah besar ke Indonesia dengan memanfaatkan barang impor bisa ditindaklanjuti bersama Bea dan Cukai.
"Tanpa ada sinergi dengan berbagai pihak, tentunya sulit terwujud sebuah keberhasilan, terlebih jika masih ada ego sektoral tentunya semakin berat," kata Kepala BNN Komjen Budi Waseso di Jepara, Kamis.
Menurut dia, sinergi yang terjalin sudah menunjukkan bukti keberhasilan dalam mengungkap sindikat narkoba kelompok Pakistan dengan penggerebekan gudang di Desa Pekalongan, Kecamatan Batealit, Kabupaten Jepara.
Kesulitan dalam mengungkap peradaran narkoba di pelabuhan, kata dia, akhirnya ada jalan keluarnya setelah menjalin kerja sama dengan Bea dan Cukai.
"BNN dan Bea Cukai sama-sama abdi negara sehingga harus bisa menjalin kerja sama," ujarnya.
Keberhasilan dalam mengungkap kelompok Pakistan, kata dia, juga hasil kerja sama dengan Bea dan Cukai.
Tercatat sudah ada 100 kilogram sabu yang diamankan dari 49 mesin generator set (Genset) yang dibongkar dan masih dimungkinkan bertambah karena masih ada 100 genset yang akan dibongkar.
Meskipun informasi awal dari BNN, namun keterlibatan Bea dan Cukai dalam mendeteksi keberadaan narkoba dari Tiongkok tersebut juga ikut menentukan keberhasilan dalam pengungkapan jaringan internasional tersebut.
Kata Budi Waseso, yang dilawan saat ini bukanlah persoalan yang sederhana terkait penggunaannya, melainkan dampak yang bakal dihadapi.
Dalam mengungkap sindikat narkoba jaringan internasional tersebut, juga dibutuhkan waktu yang cukup lama.
"Sejak enam bulan yang lalu kami mengintai pergerakan mereka hingga akhirnya saat ini bisa diungkap," ujarnya.
Untuk memuluskan aksinya, para sindikat asal Pakistan tersebut sengaja memanfaatkan warga pribumi sebagai kaki tangannya, karena salah satu tersangka yang diamankan merupakan warga Jepara.
Bahkan, kata dia, mereka juga menikahi warga pribumi agar lebih mudah dalam melakukan peredaran narkoba di Tanah Air.
Demikian halnya, dalam menyelundupkan barang haram yang diimpor dari Tiongkok tersebut, juga menggunakan modus-modus yang tergolong baru.
Salah satunya, hasil pengungkapan saat ini dengan cara memasukkannya ke dalam mesin genset yang dilapisi kertas karbon agar tidak mudah terdeteksi pemindai sinar X (X-Ray).
Berkat kerja sama dengan Bea dan Cukai, akhirnya hal itu bisa diatasi hingga akhirnya bisa diungkap beserta semua barang bukti dan delapan tersangka.
Dari delapan tersangka, empat orang di antaranya merupakan warga Negara Pakistan dan empat orang lainnya merupakan warga pribumi.
Jaringan Pakistan yang ditangkap di Desa Pekalongan, Kecamatan Batealit, Kabupaten Jepara, pada Rabu (27/1), diduga beroperasi mengedarkan sabu-sabu di Indonesia sejak tahun 2012.
Hal itu, dibuktikan dengan buku catatan jaringan Pakistan yang mencatat setiap transaksinya sepanjang tahun.
Sekali bertransaksi, nilainya bisa mencapai 40.000 US Dollar.
Ia menganggap, narkoba dianggap sebagai mesin pembunuh generasi muda bangsa Indonesia, sehingga harus ada upaya kerja keras untuk melawannya.
Setiap harinya, diperkirakan ada 30-40 orang meninggal dunia akibat penyalahgunaan narkoba.
"Rata-rata korbannya merupakan generasi muda yang produktif," ujarnya.
Kewaspadaan tinggi terhadap narkoba, karena saat ini sudah masuk ke semua lini karena penyalahgunaan narkoba juga menyasar oknum TNI maupun Polisi.
Bahkan, kata dia, penyalahgunaan narkoba juga menyasar para santri, sehingga kalangan masyarakat yang dianggap memiliki kekuatan iman juga tidak mampu membendung penyalahgunaan barang haram tersebut.
Direktur Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan Heru Pambudi menyambut positif adanya kerja sama dengan pihak kepolisian dalam mengungkap musuh bersama, yakni peredaran narkoba.
"Harus ditanamkan bahwa kebersamaan dan sinergi merupakan era kedepan yang harus terus dibangun," ujarnya.
Ia menganggap, saat ini merupakan momentum yang tepat bahwa abdi negara merupakan satu kesatuan.
Untuk itu, dia menginstruksikan, jajarannya untuk selalu bersinergi dengan kepolisian karena dalam memberantas peredaran narkoba tidak bisa dikerjakan sendiri.
Peredaran narkoba, kata dia, memang semakin meningkat mengingat hasil penindakan oleh jajarannya selama 2015 semakin meningkat dua kali lipat dibandingkan hasil penindakan selama 2014.
Mafia narkoba, diyakini akan mencari jalur yang dianggap pengawasannya lemah.
Untuk itu, kata dia, pengawasan memang harus ditingkatkan, terlebih kawasan berikat tentunya akan selalu berkembang.
"Kami tegaskan, siap mendukung sepenuhnya pemberantasan narkotika dan nantinya akan menjadi satu kesatuan tim secara nasional dengan dipimpin oleh BNN," ujarnya.
Masyarakat Diminta Peduli
Kepala BNN Komjen Budi Waseso menganggap, pemberantasan narkoba harus melibatkan semua elemen, termasuk masyarakat untuk turut serta terlibat di dalamnya.
"Dengan pengungkapan kasus narkoba di Desa Pekalongan, Kecamatan Batealit, Jepara, tentunya perlu menjadi perhatian bahwa masyarakat juga harus waspada dengan hal-hal yang tidak wajar di sekitar lingkungannya," ujarnya.
Selain itu, pemilik bangunan yang menyewakan tempat juga diimbau mengetahui aktivitas sesungguhnya penyewanya, sehingga bisa ikut mempersempit ruang gerak peredaran barang haram tersebut.
Dengan sikap kewaspadaan tersebut, diharapkan kasus peredaran narkoba seperti yang terungkap di Jepara tidak terulang di Jepara maupun daerah lainnya.
Sripah, salah seorang warga yang rumahnya berdekatan dengan rumah kontrakan yang digerebek BNN mengaku, tidak mengenal orang yang mengontrak rumah tersebut.
"Kalaupun mengetahui hanya sekadar aktivitas keluar masuk beberapa orang yang sepertinya warga negara asing di rumah kontrakan tersebut," ujarnya.
Terkadang, kata dia, terdengar suara ramai dari rumah milik Ujang warga Desa Pekalongan yang dikontrak warga negara asing tersebut.
Bahkan, kata dia, pengontrak tersebut tidak pernah berbaur dengan warga, sehingga tidak ada yang mengenalnya.
Pewarta : Akhmad Nazaruddin
Editor:
Hari Atmoko
COPYRIGHT © ANTARA 2025