Petani Cilacap Tertarik Tanam Padi Hipa 18
Sabtu, 12 Maret 2016 17:37 WIB
Kuswanto mengatakan hal itu kepada wartawan usai panen padi Hipa 18 pada lahan demontrasi plot (demplot) seluas 0,7 hektare di Desa Mernek.
Panen padi tersebut dilakukan oleh Direktur Utama PT Petrokimia Gresik Nugroho Christijanto, Wakil Bupati Cilacap Akhmad Edi Susanto, dan sejumlah pejabat lainnya.
Lebih lanjut, Kuswanto mengakui bahwa hasil panen padi Hipa 18 jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan varietas lainnya.
Menurut dia, hal itu diketahui dari hasil panen petani lain di Desa Mernek yang tidak menanam padi Hipa 18 pada musim tanam Oktober-Maret hanya berkisar 3-4 ton per hektare karena banyak yang rebah terkena angin dan hujan serta serangan hama dan penyakit tanaman.
"Pada musim tanam kali ini memang cuacanya cukup ekstrem namun kami bisa buktikan hasilnya bagus. Pada musim tanam mendatang (April-September), saya yakin hasilnya bisa lebih bagus lagi," kata dia yang juga Ketua Pos Penyuluhan Desa Mernek.
Pada musim tanam sebelumnya, dia mengaku menanam padi nonhibrida dan hasil panennya hanya 6 ton per hektare.
Oleh karena hasil produksinya lebih tinggi jika dibandingkan dengan padi nonhibrida, dia menganjurkan petani lainnya untuk menanam padi hibrida seperti Hipa 18.
Bahkan, kata dia, padi Hipa 18 juga tahan terhadap serangan hama wereng maupun bakteri kresek atau hawar daun.
"Saya mengharapkan padi hibrida ini (Hipa 18, red.) bisa diterima oleh petani secara umum agar produksinya lebih bagus, di atas 10 ton per hektare, sehingga swasembada pangan bisa tercapai," katanya.
Sementara itu, salah seorang anggota Kelompok Tani Margo Rahayu, Desa Karangrena, Kecamatan Maos, Nartim mengaku tertarik terhadap padi Hipa 18 yang hasil panennya hampir sama dengan padi hibrida lainnya, yakni Mapan 05.
Oleh karena itu, dia mengharapkan ketersediaan benih padi Hipa 18 tetap terjaga sehingga petani dapat memperolehnya dengan mudah.
"Biasanya, padi hibrida kalau sudah tiga-empat kali tanam, benihnya sulit diperoleh seperti Mapan 05 yang saat ini susah dicari," katanya.
Pewarta : Sumarwoto
Editor:
Hari Atmoko
COPYRIGHT © ANTARA 2024