Tommy Mengaku Tertekan dan Ungkap Alasan Pel Sendiri Lapangan
Minggu, 22 Mei 2016 13:40 WIB
Pada game pertama, Axelsen tampak lebih siap meladeni bola-bola tanggung dari tunggal Indonesia peringkat delapan dunia itu. Namun ketika pemain Denmark berusia 22 tahun itu mengantamkan smes-smes tajam, Tommy hanya melayani dengan drop shot, permainan depan net, dengan sesekali smes.
"Pada game kedua saya banyak tertekan dan tidak dapat menjaga lapangan karena lapangan licin. Saya minta lapangan agar dilap tapi susah. Saya harus melap sendiri lapangan. Itu mengganggu konsentrasi saya," kata Tommy selepas pertandingan.
Axelsen yang mempunyai tinggi badan 194 cm memang tangguh menjangkau bola-bola belakang maupun bola depan. Denmark merebut game pertama 21-17.
Pada game kedua, Tommy telah menguasai permainan hingga skor 18-15. Sayang, Tommy harus merelakan partai pertama laga final kepada Axelsen dan kalah 21-18.
Pada tengah game kedua, atlet tunggal Indonesia itu sempat meminta waktu kepada wasit agar lapangan dilap. Tapi, wasit menolaknya. Justru Axelsen yang mendukung Tommy agar lapangan dilap. Pada kesempatan berikutnya, Tommy yang banyak mengeluarkan keringkat kembali meminta lapangan agar dilap.
Karena wasit tidak memberikan kesempatan untuk lap, Tommy mengambil handuknya dan melap sendiri lapangan.
"Saya minta lapangan agar dilap tapi susah. Saya harus melap sendiri lapangan. Itu mengganggu konsentrasi saya," kata Tommy.
Sementara, Axelsen yang menang partai pertama laga final melakukan selebrasi. Dia berlari kecil ke arah penonton dan meleparkan raket serta kasonya ke arah penonton.
Tommy telah mengantongi dua kemenangan dari lima pertemuan dengan pemain peringkat empat dunia itu. Tapi, Tommy kalah dalam dua pertemuan terakhir yaitu pada Indonesia Terbuka 2014 dan India Terbuka 2015. Kekalahan pada Piala Thomas 2016 tercatat sebagai kekalahan keempat Tommy dari Axelsen.
Pewarta : Antaranews
Editor:
Totok Marwoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024