Penantian Partisipasi Pemilih Pati dengan Calon Tunggal
Rabu, 19 Oktober 2016 07:25 WIB
Munculnya satu pasangan bakal calon di Kabupaten Pati memang menyisakan pertanyaan besar, mengingat selama ini daerah tersebut paling banyak memunculkan pasangan calon dari jalur independen.
Ketika salah satu pasangan berhasil mendapatkan rekomendasi dari delapan partai politik seperti yang terjadi saat ini, tentunya tidak ada permasalahan bagi calon dari jalur independen.
"Hanya saja, hingga masa pendaftaran untuk pasangan calon perseorangan berakhir, tak juga ada yang mendaftarkan diri," kata Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Pati Much Nasich di Pati, Selasa.
Padahal, kata dia, pengalaman Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Pati sebelumnya, selalu diramaikan dengan pasangan calon dari jalur perseorangan.
Dalam rangka menjaring pendaftar lagi, KPU tercatat memperpanjang masa pendaftaran pasangan calon hingga dua kali.
Masa pendaftaran pertama yang dimulai pada tanggal 21-23 September 2016, ternyata hanya terdapat satu pasangan bakal calon, yakni Haryanto-Saiful Arifin yang didaftarkan oleh gabungan delapan partai politik dari sembilan parpol dengan jumlah 50 kursi yang ada di Pati.
Kedelapan parpol tersebut, yakni PDIP, Partai Gerindra, PKB, Demokrat, Golkar, Hanura, PKS dan PPP dengan total dukungan 46 kursi.
Berdasarkan aturan, maka masa pendaftarannya diperpanjang pada 28-30 September 2016, kemudian muncul aturan baru bahwa parpol pengusung bisa mencabut dukungannya untuk dialihkan ke parpol lain.
Selanjutnya, KPU Pati kembali memperpanjang masa pendaftarannya menjadi 2-4 Oktober 2016.
Meskipun demikian, ternyata tidak ada yang mendaftar mengingat parpol yang tersisa saat ini hanya satu dengan empat kursi, sehingga tidak memenuhi syarat untuk mengusung pasangan calon.
Ia mengakui, dengan calon tunggal, maka tingkat kompetisi dalam mendapatkan dukungan masyarakat semakin berkurang karena calon yang ada sekarang merasa tidak ada lawan.
"Berbeda ketika ada lawannya, tentunya program yang ditawarkan akan jauh lebih menarik dan masing-masing tim pemenangan tentu akan berjuang keras merebut hati masyarakat," ujarnya.
Program kerja KPU Pati yang dijalankan selama ini, diakui tidak berbeda jauh dengan program yang dijalankan saat pelaksanaan Pilkada sebelumnya, seperti sosialisasi pemilu dengan sasaran pelajar yang merupakan pemilih pemula.
Selain itu, lanjut dia, KPU Pati juga memiliki program sosialisasi kepada masyarakat umum, termasuk dari Kesbangpolinmas Pati juga memiliki program sosialisasi kepada masyarakat, khususnya di kawasan pedesaan untuk mengajak masyarakat turut berpartisipasi dalam Pilkada Pati yang akan berlangsung pada 15 Februari 2017.
Terkait strategi khusus dalam meningkatkan partisipasi pemilih dengan calon tunggal, kata dia, KPU Pati memang belum memiliki karena baru terjadi kali ini dan anggaran yang dialokasikan justru hingga enam pasangan calon.
Pada Pilkada 2017, KPU Pati memasang target partisipasi pemilih hingga 70 persen dari total daftar pemilih tetap (DPT) Pilkada Pati 2017.
"Jika hanya mengandalkan kinerja KPU Pati dalam mengajak masyarakat untuk berpartisipasi aktif, tentunya kurang maksimal dan butuh dukungan dari delapan parpol pengusung serta peserta Pilkada Pati 2017," ujarnya.
Ia berharap, delapan parpol pengusung tersebut turut serta dan berpartisipasi aktif mengajak masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya pada 15 Februari 2017.
Tentunya, kata dia, mereka juga memiliki konstituen masing-masing yang bisa diandalkan untuk memberikan dukungan kepada pasangan calon yang diusung oleh delapan parpol tersebut.
"Kami akui, upaya meningkatkan partisipasi pemilih dengan calon tunggal memang banyak tantangannya, dibandingkan dengan banyak pasangan calon karena masing-masing akan berkompetisi mengajak berbagai elemen masyarakat untuk memberikan dukungan," ujarnya.
Lomba Tingkat Partisipasi
Munculnya kekhawatiran masyarakat bahwa tingkat partisipasi pemilih dengan calon tunggal bakal turun, memaksa KPU Pati harus mencari ide kreatif untuk menarik minat masyarakat datang ke tempat pemungutan suara (TPS).
"Dengan sisa waktu yang ada, kami akan mencoba menggali ide-ide kreatif yang bisa meningkatkan tingkat partisipasi pemilih," ujar Much Nasich.
Jika memang memungkinkan, kata dia, KPU Pati akan menggagas lomba tingkat partisipasi pemilih terbanyak di tingkat TPS.
Ia mengakui, anggaran untuk itu memang tidak tersedia, sehingga harus berfikir kreatif untuk mencari donatur yang nantinya bersedia menyediakan hadiah untuk TPS yang mampu menghadirkan pemilih dalam jumlah paling banyak.
Selain itu, kata dia, KPU Pati juga akan mendorong Panitia Pemungutan Suara (PPS) agar sosialisasi tentang Pilkada Pati bisa dimaksimalkan.
Sesuai anggaran yang tersedia, masing-masing PPS hanya mendapatkan dukungan anggaran untuk menyelenggarakan satu kali sosialisasi.
"Kami akan mendorong mereka agar bersedia melakukan sosialisasi tambahan dengan memanfaatkan kegiatan di masyarakat," ujarnya.
Tim pemenangan pasangan Haryanto-Arifin justru memiliki rasa optimisme tinggi bahwa tingkat partisipasi pemilih di Kabupaten Pati akan tinggi, meskipun pasangan calonnya hanya satu.
Butuh Relawan Medsos
Pemerhati politik yang juga Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Pati Aida Husna mengganggap, untuk meningkatkan partisipasi pemilih, KPU Kabupaten Pati perlu memiliki relawan di media sosial yang akan memposting informasi tentang pemilu.
Apalagi, lanjut dia, saat ini banyak media sosial, mulai dari facebook, whatsapp, line hingga twitter.
Karena kesadaran kaum perempuan dalam berpolitik masih rendah, kata dia, kaum perempuan bisa menjadi sasaran untuk sosialisasi tentang Pilkada, sehingga kesadaran berpolitiknya bisa tumbuh.
"Jika selama ini banyak yang aktif di media sosial untuk memperbaharui status atau memposting aktivitas sehari-hari yang sudah lazim, dalam rangka mendukung pelaksanaan Pilkada Pati 2017 tentunya mereka bisa diarahkan untuk memposting hal-hal yang terkait Pilkada Pati," ujarnya.
Selain itu, kata dia, lewat kaum perempuan KPU Pati juga bisa mengajak mereka untuk menggugah kesadaran masyarakat dengan slogan "golput tak eksis" atau kata-kata lain yang menganggap tidak memilih bukanlah tindakan yang baik untuk masa depan Pati.
Ketua DPC PDIP Pati Ali Badrudin yang juga ketua tim pasangan Haryanto-Arifin mengaku, masih memiliki rasa optimisme yang tinggi bahwa masyarakat Pati tetap akan menggunakan hak pilihnya.
"Situasi Pati yang kondusif seperti sekarang, jangan disalah artikan sebagai salah satu indikator bahwa partisipasi mereka rendah. Justru sebaliknya cukup tinggi," ujarnya.
Apalagi, kata dia, dari delapan parpol pengusung, masing-masing memiliki konstituen, sehingga diyakini dalam Pilkada Pati 2017 juga akan turut menggunakan hak pilihnya.
Berdasarkan data dari KPU Pati, tingkat partisipasi pemilih paling tinggi saat Pemilu Legislatif tahun 2014 tercatat mencapai 73,38 persen.
Sementara pemilihan bupati tahun 2012 tingkat partisipasinya hanya 66,6 persen, pemilihan gubernur 2013 hanya 44,5 persen, dan pemilu presiden 2014 sebanyak 71,91 persen.
Dari 21 kecamatan di Kabupaten Pati, pada Pilpres 2014 tercatat ada dua kecamatan yang memiliki tingkat partisipasi pemilih hingga 80 persen lebih, yakni Kecamatan Batangan dan Juwana, selebihnya tingkat partisipasinya berkisar 62-77 persen dari jumlah DPT.
Pewarta : Akhmad Nazaruddin
Editor:
M Hari Atmoko
COPYRIGHT © ANTARA 2025