Logo Header Antaranews Jateng

Kain Perca Disulap Jadi Kostum Batik Carnival Barbie

Rabu, 1 Maret 2017 20:47 WIB
Image Print
seorang perajin memanfaatkan kain perca batik untuk membuat kerajinan kostum batik carnival boneka barbie di Keprabon Banjarsari Solo, Rabu. (Foto: ANTARAJATENG.COM/Bambang DM)
Solo, ANTARA JATENG - Seorang perajin kostum batik carnival boneka barbie di Kelurahan Keprabon, Banjarsari, Kota Solo, Jawa Tengah, dengan mengandalkan kreativitas memanfaatkan kain perca batik, menghasilkan uang jutaan rupiah.

Rubiyanto (36), seorang perajin yang warga Jalan Keprabon No. 61 Banjarsari, Solo itu di Solo, Rabu, mengaku hanya mengandalkan kreativitas dan inovasi, berupa pemanfaatan kain perca batik untuk membuat kostum batik carnival boneka barbie yang banyak diminati masyarakat.

Ia mengatakan ide tersbeut muncul sejak 2013, ketika akan ada kegiatan Solo Batik Carnival di kota itu. Dia memanfaatkan kain bekas potongan bercorak batik dari tempat-tempat penjahit lalu dikumpulkan untuk dibuat berbagai warna kostum untuk boneka berbie.

Karya seninya membuat kostum itu sempat ditiru oleh seorang penjahit untuk pakaian Batik Carnival di Solo, beberapa waktu lalu.

Hingga saat ini, Rubiyanto masih melayani permintaan pelanggan produk itu di Solo dan sekitarnya, seperti Klaten, Boyolali, Sukoharjo, Wonogiri, dan Sragen.

"Saya menjual hasil kerajinan ini, masih di Solo dan sekitarnya belum sampai ke luar Jateng," kata Rubiyanto.

Ia memproduksi kostum batik carnival barbie tersebut hanya sendirian dengan kemampuan rata-rata dua buah per hari.

Rubiyanto mampu memasarkan produknya itu dengan ukuran panjang sekitar 35 centimeter rata-rata 24 buah per bulan dengan harga antara Rp75 ribu hingga Rp500 ribu per buah atau tergantung tingkat kerumitan produk.

"Saya mempunyai pelanggan hasil produk kerajinan ini, di toko-toko batik, pakaian, dan sejumlah `minimarket`," katanya.

Rubiyanto mengaku mempunyai bakat seni untuk membuat kreasi kostum batik barbie tersebut secara alami atau autodidak.

Ia mengaku omzet produksinya sekitar Rp10 juta per bulan. Biaya produksi sekitar 30 persen, sedangkan hal yang mahal adalah kreativitas dan ide.

"Hasilnya lumayan mampu menunjang kebutuhan sehari-hari dan menyekolahkan anak," kata Rubiyanto. 

Pewarta :
Editor:
COPYRIGHT © ANTARA 2024